Beranda / Horor / The Blue Eyes / Kom Met Mij Mee!

Share

Kom Met Mij Mee!

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-12 12:52:31

TBE 32

Pria bertubuh tinggi besar tersebut masih berdiam diri di atas pagar. Sinar dari samping kanan tubuhnya membuatku merasa aneh dan bertanya-tanya dalam hati apakah sinar itu..

Pak Rohim lari tunggang langgang dari pos dan langsung berlindung di belakang kami.

"Dia bawa senjata," ujar Pak Rohim dengan suara bergetar.

"Iya, itu ada di tangan kanannya," balasku.

Aku tidak menyadari bila Johan bergerak masuk ke rumah dan kembali lagi dengan membawa golok di tangan. Risty menarik Johan yang hendak mendatangi pria di hadapan. Opick mencekal tangan Johan dan mencoba mengambil goloknya.

"Jangan gegabah, Jo. Kita lihat dulu dia mau bertindak apa," cegahku.

"Betul, apalagi bila ternyata dia tidak hanya membawa satu senjata, bisa juga lebih," timpal Risty.

"Kalian tunggu di sini!" perintah Kakek Munir. Beliau jalan pelan dan berhenti beberapa langkah di seberang pria itu.

Aku maju sedikit dan diikuti oleh yang lainnya. Kami berusaha untuk tetap waspada akan segala kemungkinan yang bisa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Blue Eyes    Kita Bertemu Kembali

    TBE 33Aku menunjuk ke sebelah kiri rumah. Johan mengangguk tanda mengerti maksudku. Kami mengendap-endap melintasi jendela kemudian berbelok ke kiri yang ternyata merupakan sebuah lorong panjang. Menyusuri tempat ini, aku seolah-olah merasakan deja vu. Seakan-akan pernah melewati tempat ini sebelumnya. Pada jendela terakhir, terdengar suara obrolan dua orang. Satu orang pria dan satu orang perempuan.Aku memberi kode pada Johan untuk berdiam diri dan berusaha menguping percakapan kedua orang tersebut."Jouw vader selalu bikin masalah!" ketus sang perempuan."Jangan begitu, Dew. Bagaimanapun beliau adalah ayahku, dan juga mertuamu," sahut sang pria."Ini sudah kejadian kesekian kalinya, kita didatangi orang yang kehilangan anak gadis mereka. Kupikir jouw vader itu sudah insyaf.""Aku juga tidak tahu akan begini, Dew. Kupikir juga vader tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. Ini sudah lewat tiga tahun dari laporan terakhir."Aku beradu pandang dengan Johan yang sama terkejutnya deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • The Blue Eyes    Rumah Abadi

    TBE 34Matahari mulai beranjak naik saat tim dari kepolisian tiba di villa. Beberapa petugas dari kelurahan dan kecamatan setempat pun telah turut hadir. Di bawah pohon rambutan adalah tempat yang pertama kali dibongkar. Sesuai dugaan, kerangka manusia ditentukan di situ. Menurut pihak forensik, kerangka manusia ini berjenis kelamin perempuan. Posisi saat ditemukan pun masih rapi. Hal itu memperkuat dugaan bahwa saat dikebumikan dulu, orang ini telah dikafani. Kerangka manusia tersebut disatukan dalam selembar kain, kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik besar berwarna hitam. Diberi tanda angka satu di luar kantung.Tempat kedua yang dibongkar adalah di depan garasi. Setelah penggalian sepanjang lima meter, akhirnya tim kepolisian menemukan dua kerangka manusia yang juga masih rapi. "Kok cuma dua? Harusnya kan ada tiga," tanya Johan sambil berbisik."Nggak tahu, aku juga jadi bingung," sahutku.Kakek Munir memberi tanda pada kami untuk mengikutinya ke rumah Pak Tono. Sementar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • The Blue Eyes    Jangan Pergi Lagi, Mas!

    TBE 35Perjalanan kembali ke Jakarta kali ini membuatku merasa sedikit sedih. Terutama setelah proses pemindahan kerangka ke bukit kecil tersebut, Viana memang tidak pernah lagi menampakkan diri di hadapanku. Mengenang masa-masa awal pertemuan kami membuatku sangat merindukannya dan masih berharap agar suatu saat nanti bisa bertemu kembali dengannya.Sepanjang perjalanan menuju Ibu Kota, pikiranku terbagi antara Viana dan Risty. Kedua sosok perempuan itu benar-benar telah membuatku bingung dengan perasaan sendiri yang menyayangi mereka secara bersamaan. Hal yang benar-benar aneh dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Kala mobil yang dikemudikan Johan ini hendak lurus ke Ciawi, aku justru memintanya untuk berbelok ke Cijeruk. Entah kenapa aku seolah-olah tengah kembali menjelma sebagai Haryadi Atmaja yang tengah mengendarai motor bersama dengan Viana di malam yang membuat kisah cinta mereka bermula. Terbayang kembali perjalanan itu dan aku mengarahkan Johan ke tempat yang pernah menj

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • The Blue Eyes    Brownie

    TBE 36Hiruk pikuk Kota Jakarta kembali membuatku pusing. Setahun tidak terjebak kemacetan menjadikan makian berulang kali terlontar dari mulut. Meskipun jarak tempuh dari rumah menuju kantor sebetulnya tidak terlalu jauh, tetapi karena kepadatan jalan raya membuat jaraknya seakan-akan ratusan kilometer. Setibanya di tempat parkir sebuah gedung perkantoran di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, aku turun dan menutup serta mengunci pintu Xpander putih yang sudah menemani sejak dua tahun silam, tetapi diistirahatkan ketika aku memutuskan untuk menyepi di Salabintana, Sukabumi. Sudut bibirku terangkat membingkai senyuman, merasa senang karena Dani dan pak Idim benar-benar menunaikan janji untuk merawat kendaraanku dengan baik. Setelah beberapa saat termenung, aku memutar tumit dan jalan menuju pintu masuk gedung. Dua petugas keamanan serentak menghormat, lalu menyalami dan menyapaku dengan ramah.Hal yang sama juga dilakukan beberapa karyawan lama yang pastinya mengenaliku, sedangk

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • The Blue Eyes    Petunjuk Keberadaan Peter

    TBE 37Angin yang bertiup kencang tidak menyurutkan niatku untuk terus bertahan duduk di kursi teras belakang bersama dengan Risty. Perempuan itu tampak sibuk merapikan catatannya yang berisi daftar barang-barang yang harus dipersiapkan untuk acara lamaran kami yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Sekaligus daftar barang-barang antaran pernikahan yang akan digelar satu bulan setelah lamaran. Ibunya Risty saat ini tinggal di Malang bersama dengan ayah tiri dan kedua adik lelakinya. Ayah kandung Risty yang merupakan anak bungsu Kakek Munir telah wafat saat Risty masih kecil. Kala Risty SMP, ibunya menikah kembali dan ikut pindah bersama suami barunya yang merupakan duda beranak satu. Sebab itulah semua urusan pembelian ditangani sendiri oleh Risty dan aku mendukung dengan menyediakan dana serta doa agar semuanya berjalan lancar.Aku baru dua kali melihat ibunya Risty yang bernama Rini, dan kedua adik lelaki kandungnya yang bernama Dirga dan Irfan, itu pun melalui sambungan video jar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • The Blue Eyes    Tindakan Balas Dendam

    TBE 38"Apa Viana menemui Mas?" tanya Risty, sesaat setelah kami berada di mobil.Aku tidak langsung menjawab, melainkan menekan pedal gas hingga mobil keluar dari pekarangan rumah. Setelah melewati depan blok barulah aku menoleh ke kiri dan mengamatinya sesaat, sebelum berkata, "Ya, tadi malam dia datang. Dan ... dia sekarang ada di kamar utama." "Sudah kuduga, karena sejak tadi ada hawa aneh di area depan kamar itu." Risty menyentuh bagian samping kiri rambutku dan berucap, "Ubanmu pun keluar lagi, bahkan lebih banyak." "Mukaku berubah nggak?" "Kayaknya nggak." Dia menunjuk ke punggung tangan. "Tapi yang itu udah kelihatan kerut," sambungnya. Aku mendengkus pelan, lalu bertanya, "Apakah akan begini terus sampai aku sepenuhnya tua?" "Mungkin begitu, kayak kata guru spiritualku." "Kapan aku bisa ketemu beliau?" "Nanti, Mas. Beliau harus melakukan sesuatu agar pada saat bertemu nanti bisa langsung membebaskanmu dari lingkaran pesona Viana.""Viana cuma ingin melindungiku, Ris."

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • The Blue Eyes    Diciumin Hantu

    TBE 39Aroma harum yang menguar mencapai hidungku yang sensitif. Aku membuka mata dan memindai sekitar, kemudian menyadari bila saat ini aku tengah menginap di rumah Kakek Munir. Aku bangkit dan duduk, mengumpulkan nyawa yang masih belum kembali sepenuhnya sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Setelahnya aku berdiri dan jalan gontai ke kamar mandi yang berada di sudut kiri ruangan ini. Saat aku keluar belasan menit berikutnya, kamar sudah dalam kondisi terang-benderang berkat gorden yang dibuka lebar-lebar hingga sinar sang surya menembus masuk melalui jendela yang juga telah terbuka. Aku melihat Risty tengah merapikan tempat tidur dengan sangat serius. Perlahan aku jalan menghampiri dan memeluk pinggangnya dari belakang. Gadis itu menjerit tertahan sebelum akhirnya diam dan mengusap dada sambil menoleh dan mendelik ke arahku. "Mas nih, ngagetin mulu," protesnya. "Masa kamu nggak lihat aku di depan pintu kamar mandi?" tanyaku tanpa menghiraukan omelannya. "Aku lagi serius, lagian jal

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • The Blue Eyes    Tabir Cinta Viana

    TBE 40Acara kencan yang tertunda dari minggu lalu akhirnya bisa terealisasi. Aku menggandeng tangan kanan Risty dengan rasa bangga yang tidak bisa ditutup-tutupi, terutama karena saat ini pendampingku itu tampil sangat memukau. Gaun panjang berbahan halus ungu muda itu membalut tubuh rampingnya dengan pas. Rambutnya diikat sedikit di bagian tengah sementara sisanya dibiarkan tergerai di punggung. Wajah aslinya yang sudah cantik itu kini didandani make up tipis yang kian memancarkan keelokan parasnya. Tas bahu putih kecil dan sepatu senada menyempurnakan penampilan gadis tersebut. Aku tahu Risty bukan tipe yang senang dengan gaun terbuka bagian atasnya, sehingga bila saat ini kami dipandangi banyak pengunjung restoran tidak membuatku khawatir bila aset keindahannya turut dinikmati banyak pria. Bahkan aku sangat bangga karena sebentar lagi dia akan menjadi milikku seutuhnya. "Dari tadi mandangin mulu, Mas," lirih Risty, beberapa saat setelah kami duduk di kursi yang sudah kupesan da

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31

Bab terbaru

  • The Blue Eyes    We Zien Elkaar Weer

    TBE 58"Ini pertemuan kita yang terakhir, Anto," lirih Viana sembari mengurai pelukan dan menatapku saksama. "Kenapa?" tanyaku tanpa memutuskan pandangan. "Aku dan kakekmu sudah menyelesaikan urusan dunia, dan itu berkat bantuanmu. Jadi, tidak ada alasan bagi kami untuk terus berada di sini." Viana mengulaskan senyuman, kemudian berkata, "Meskipun vila itu milik orang tuanya Farid dan Johan, tapi harta di rumah kecil belakang adalah milikmu." "Aku tidak mau harta itu dan tidak akan pernah menggunakannya." "Kalau begitu, bagikan saja pada keluarga para korbannya Peter, terutama pada keturunan keluarga terakhir Kang Yayan. Anggap saja itu hadiah dariku." Aku menoleh ke kanan dan Risty mengangguk, seolah-olah memberikan kode agar aku menyetujui permintaan Viana. Kemudian aku menoleh ke kiri di mana Opick dan Johan serentak mengangguk seperti halnya Risty. Aku mengarahkan pandangan ke depan dan mengamati Viana sesaat. "Baik, akan kulakukan permintaanmu. Walaupun harus dilakukan satu

  • The Blue Eyes    Serang Lagi! Cepat!

    TBE 57Mobil tiba-tiba terdorong dan menabrak tunggul-tunggul pohon sebelum akhirnya berhenti di dekat saung kecil di sebelah kiri rumah. Aku memfokuskan pandangan pada segerombolan makhluk astral yang sepertinya tengah mempersiapkan penyerangan. Suara-suara aneh mereka perdengarkan dan membuatku merinding. Aura mistis terasa berat di sekeliling dan menjadikanku membatin bila mereka berhasil mengintimidasi. Aku terkesiap kala Opick dan Risty maju tiga langkah. Keduanya melakukan gerakan silat yang hampir sama secara berulang-ulang. Perlahan rasa hangat menguar dan menipiskan aura dingin dari pihak lawan. Aku mengambil lipatan kertas yang diselipkan di saku celana dan membukanya, lalu membaca doa yang diberikan guru dengan suara pelan. Gemuruh dari seberang menjadikanku waspada. Muncul rasa takut karena sepertinya pihak lawan mengeluarkan tenaga penuh. Aku membeliakkan mata ketika Risty dan Opick mengubah posisi tubuh hingga berhadapan. Mereka menyatukan telapak tangan kiri, sementar

  • The Blue Eyes    Pertempuran Terakhir

    TBE 56Malam kian larut. Aku mengajak Risty beristirahat di kamar depan. Sementara Johan dan Opick masih mengobrol di ruang tamu. Aku berbaring di kasur bagian kanan. Risty menyusul seusai mematikan lampu utama. Sinar lampu yang menembus lubang angin di bagian atas jendela membuat suasana kamar tidak terlalu gelap. Aku memiringkan badan ke kiri dan memegangi tangan Risty. Sesaat kami saling menatap, sebelum aku memajukan tubuh dan mengecup dahinya. "Perasaanku nggak enak," lirihku sembari menarik diri. "Sama. Kayak ada yang ngawasin kita dari baru nyampe sini," jawab Risty. "Iya. Entahlah ini cuma halusinasi atau bukan, tapi di pohon-pohon kayak ada sosok yang kelebatan." "Aku juga ngerasa gitu. Dan yakin banget itu bukan Viana. Karena dia menunggu di mobil." "Apa Johan dan Opick tahu, ya?" "Aku rasa mereka tahu. Makanya tadi Kang Opick bolak-balik ke mobil, terus ngucurin air doa dari guru ke sekeliling rumah." "Aku mau bergadang aja." "Jangan. Mas tidur aja karena harus rec

  • The Blue Eyes    Rumah Kebun

    TBE 55Mobil yang dikemudikan Johan berhenti di depan pagar rumah besar model lama. Aku mengintip dari balik kaca, mengamati tempat yang diyakini bisa menunjukkan arah di mana sosok Peter Gantala berada. Gangguan demi gangguan serta kemunculan Viana beberapa waktu terakhir membuatku memutuskan bergerak mencari informasi pada orang yang mungkin bisa membantu. Saat aku menceritakan keinginan ke tempat ini, Risty, Johan dan Opick kompak menyetujui. Mereka tahu bila masalah yang tengah terjadi berawal dari sini dan harus diselesaikan di tempat yang sama. Sebab bila tidak, aku tidak akan bisa hidup tenang. Seperti halnya vila, rumah ini adalah saksi bisu kehidupan Peter Gantala puluhan tahun silam. Opick dan Johan yang berada di bagian depan serentak turun. Aku beradu pandang dengan Risty sesaat sebelum membuka pintu dan keluar. Setelah menutup pintu kembali, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, demikian pula dengan yang lainnya. Aku menghela napas dalam-dalam dan melepaskannya sedi

  • The Blue Eyes    Firasat Tidak Enak

    TBE 54Ruangan luas ini terasa sunyi. Hanya detak jam dinding besar model zaman dulu yang berada di dekat tangga menjadi satu-satunya hal yang terdengar. Aku dan Risty berulang kali beradu pandang. Kami sudah sepakat akan menunggu sang pemilik rumah berbicara terlebih dahulu. "Anak kami, Danu dan Heru didatangi seseorang beberapa hari sebelum istri Anda datang, Nak Anto. Danu nggak cerita ke kami karena dia nggak tinggal dengan kami, karena sudah menikah dan punya satu anak," ujar Pak Usman beberapa puluh menit kemudian. "Heru juga baru cerita setelah didatangi polisi yang memintanya datang ke kantor buat ditanyai. Saya dan teman pengacara yang menemani mereka dipanggil sampai tiga kali hingga terbukti tidak terlibat dalam peristiwa tersebut," lanjutnya. "Ya, saya baca laporan itu. Tapi tetap jadi tanda tanya bagaimana bisa mobil yang baru beberapa hari diservis remnya bermasalah," ungkapku. "Saya tidak menyalahkan anak-anak Bapak dan Ibu, karena saya punya keyakinan bila pelaku pen

  • The Blue Eyes    Stop! Jangan Disebut!

    TBE 53Pembicaraan dengan Viana beberapa hari lalu masih terngiang di telinga. Aku kembali merunut peristiwa sebelum dan sesudah kecelakaan yang dialami Dewi. Kesulitan mendapatkan bukti-bukti kuat dan saksi mata menjadikan kasus itu masih jalan di tempat, padahal sudah hampir dua tahun berlalu.Pihak kepolisian dan tim pengacaraku sudah berusaha keras untuk menuntaskan penyelidikan, tetapi sampai sekarang belum membuahkan hasil. Otak yang penuh membuatku pusing dan akhirnya mendatangi ruang kerja Farid siang ini. Pria bertubuh montok itu melirik saat aku melenggang memasuki ruangan dan duduk di sofa hitam di ujung kanan ruangan. Selama beberapa saat kami saling memandang, sebelum sahabatku yang mengaku tampan dan gagah tersebut berdiri serta jalan mendekat."Tumben ke sini, To," ucap Farid. "Jangan bilang karena kamu kangen denganku," selorohnya yang membuatku spontan tersenyum. "Aku mau cerita, tapi jangan disela," tuturku. "Tentang apa?""Misteri kecelakaan Dewi." Farid mengeru

  • The Blue Eyes    Kalian Sama Judesnya

    TBE 52Pemandangan langit terbenam di pantai ini benar-benar indah. Aku terpesona dan nyaris tidak beranjak dari tempat, sebelum akhirnya Risty menarik tanganku dan menyeret menuju kamar kami yang berada di kawasan hotel dengan pantai pribadi.Risty sudah sejak lama menginginkan bisa menginap di tempat ini karena tertarik dengan promosi pihak hotel di berbagai media sosial. Demi memenuhi impiannya, aku rela menggelontorkan dana berjumlah besar agar bisa menginap selama beberapa hari, sebelum nantinya kami akan berpindah ke kawasan wisata lain di Pulau Bali. Seusai mandi dan berganti pakaian, kami menunaikan salat Magrib berjemaah. Setelahnya, kami keluar dan jalan menuju restoran. Melewati koridor panjang dan area luas di tempat ini membuatku terkagum-kagum, demikian pula dengan Risty. Berulang kali kami berhenti untuk mengambil swa foto dengan berbagai gaya. Namun, Risty lebih banyak menjadi modelnya dibandingkan aku yang lebih senang memotretnya. Sekali-sekali aku akan memvideokan

  • The Blue Eyes    Satu Peristiwa Besar

    TBE 51"Kata Bibi, di rumah itu memang ada orangnya. Tapi jarang keluar," ujar Risty, sesaat setelah aku menceritakan tentang kejadian beberapa puluh menit lalu. "Ada berapa orang?" tanyaku."Nggak tahu. Coba Mas tanya ke Bibi." "Besok deh. Aku mau tidur awal." "Hmm." "Sini." "Ehm?""Sini, peluk sampai aku tidur.""Males. Ujung-ujungnya minta jatah." "Nggak, aku capek hari ini. Beneran cuma pengen dipeluk." Risty memandangiku sesaat, kemudian menggeser tubuhnya mendekat dan merangkul pundakku yang spontan menempelkan badan ke dadanya serta memeluknya erat. Aku memejamkan mata sambil menghidu aroma tubuhnya yang selalu membuatku tenang. Aku mengatur napas sambil membaca doa sebelum tidur. Tidak lupa menyerap energi yang Risty alirkan lewat usapan di punggungku karena itulah salah satu caranya melindungi.Perlahan sukma melayang tak tentu arah sebelum akhirnya aku tidak dapat mengingat apa pun. Aku terbangun saat merasa dingin di area kaki. Saat memaksakan membuka mata, aku terk

  • The Blue Eyes    Kain Biru Berkibar Dekat Jendela

    TBE 50Aku menyusuri lorong remang-remang dengan banyak pintu di kanan dan kiri. Sekali-sekali tangan ditempelkan ke dinding untuk menahan tubuh yang letih. Pandangan kian mengabut dan menjadikanku kesulitan melihat jelas. Hawa dingin kian terasa di tengkuk dan membuatku yakin bila sudah hampir sampai ke ujung. Beberapa langkah dari sebuah lengkungan putih, aku berhenti dan mengatur napas. Kala hati sudah mantap aku meneruskan langkah memasuki suatu area terang dan berhenti sesaat untuk memindai sekitar. Sayup-sayup terdengar suara lembut memanggil. Aku menguatkan diri terus melangkah meskipun sedikit terseok. Lantai berguncang, kian lama kian kencang. Aku tidak mau menoleh ke belakang karena takut melihat siapa yang mengikuti. "Kamu tidak akan bisa lari dariku, Haryadi!" seru seseorang dengan suara berat dan bergaung di belakang. Aku tidak memedulikan seruan itu dan sekuat tenaga mempercepat langkah sambil berpegangan ke beberapa benda yang berada di sepanjang lorong terang. Soso

DMCA.com Protection Status