Home / Pendekar / Perjanjian Leluhur / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Perjanjian Leluhur: Chapter 291 - Chapter 300

397 Chapters

291. Bukan Untuk Dicintai

Beberapa kereta barang menerobos kegelapan malam di jalan makadam. Kereta penumpang meluncur paling depan. Kereta itu berisi lima dara cantik jelita, dengan satu perempuan dewasa tak kalah cantiknya. "Aku berharap ketemu dengan Pendekar Lembah Cemara," kata Liang Thai. "Konon ia adalah pangeran tertampan di jazirah ini." "Kau sudah menjadi gundik Pangeran Indrajaya," sahut Liang Bha Yi. "Apakah boleh menjadi gundik Pangeran Nusa Kencana?" "Kasihlah kesempatan kepada jomblo," tukas Lu Shia Lan. "Aku supermodel tapi super sial, hari gini belum dapat jodoh." Mereka tertawa cekikikan. Seandainya suara tawa mereka tidak merdu, barangkali Pak Tua yang menjadi sais sudah kabur mendengar suara cekikikan di tengah malam buta. "Tugasmu membuat Sanjaya klepek-klepek," kata Liang Bha Yi. "Ingat, bukan untuk dicintai, tapi untuk jadi boneka." "Bukankah itu tugasmu selaku pimpinan kabilah?" balik Lu Shia Lan. "Tugasku membujuk para bangsawan untuk menarik investasi sehingga pembangunan di Ka
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

292. Bukan Bangsawan Pecicilan

"Ada pesta rupanya!" Bramantana muncul bersama Fredy dengan berpakaian bangsawan pelancong. "Aku terlambat datang!" Cakra sedang sibuk menghadapi lima sais berkepandaian tinggi. Ia berada di atas angin meski dikeroyok, beberapa kali berhasil mendaratkan pukulan. "Kalian urus para perempuan itu! Mereka penduduk kerajaan Timur dan Bunian, kecuali Liang Bha Yi!" Fredy berkata kepada Bramantana, "Aku suka gagal fokus menghadapi perempuan cantik! Kau saja urus mereka!" "Aku rajamu." "Bodo amat!" Fredy terjun ke arena pertarungan membantu Cakra. Bramantana memperhatikan Lu Shia Lan, ia berkata, "Aku sepertinya pernah melihatmu di kota mode Bunian, di panggung catwalk." "Kau betul sekali, aku super model internasional. Apakah temanmu itu putera mahkota Nusa Kencana?" "Oh, ia buaya darat dari Timur! Makanya ia takut menghadapi bidadari!" "Kok takut?" "Takut candu!" "Jadi kau Raja Timur?" tanya Bhi Hun. "Aku bersedia menjadi selirmu. Kau disuruh menangkap ku oleh bangsawan pecic
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

293. Cukup Keluar Keringat Cinta

Cakra berkuda bersama pembesar kerajaan Timur menelusuri jalan makadam yang rata dan mulus. "Kalian ikut mengembara, lalu siapa yang mengurus rakyat?" tanya Cakra. Malam hampir larut, jalur perdagangan mulai sepi. Kabilah singgah di penginapan untuk beristirahat. Di daerah Selatan, penginapan tidak seramai di perbatasan Nusa Kencana, destinasi wisatanya kalah menarik. "Ratu Singkawang meminta kami untuk membantu perjuanganmu," sahut Bramantana. "Aku mendelegasikan kepada panglima perang dan beberapa pejabat istana untuk mengurus rakyat." Cakra senang mendengar kabar tentang keberadaan Ratu Singkawang. Ia kira ratu ketiga lenyap dalam ledakan labirin roh di Bukit Penamburan. Barangkali ia enggan menetap di istana bidadari, padahal bisa CLBK dengan Pangeran Sundalarang. Ratu Singkawang ingin memenuhi janjinya lebih dahulu untuk menjadikan Reksajiwa sebagai penguasa. "Di istana Timur tidak ada pesanggrahan leluhur, di mana Ratu Singkawang tinggal?" "Ia tinggal di altar t
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

294. Pecundang

"Penjagaan sangat ketat." Cakra dan kedua sahabatnya tiba di perbatasan kadipaten Pesisir Selatan. "Semut saja sulit lolos." Di sepanjang perbatasan dijaga prajurit istana. Barangkali Indrajaya kuatir Citrasari melarikan diri ke kerajaan tetangga. Mereka mendatangi sekelompok prajurit yang berjaga di jalur perdagangan internasional. Rombongan kabilah antri panjang menjalani pemeriksaan ketat. "Apa yang terjadi di Pesisir Selatan sampai kalian mengadakan pagar betis?" tanya Cakra. "Kami sedang mensterilkan wilayah," jawab kepala prajurit. "Pekan depan gusti pangeran akan berkunjung ke keraton adipati." "Pemaksaan untuk menjadi selir," sindir Cakra. "Citrasari mesti berkorban demi keselamatan rakyatnya." "Jaga ucapan anda," tegur kepala prajurit. "Lebih baik anda teruskan perjalanan." "Perjalananku sudah sampai. Aku ingin berkunjung ke kota Pesisir Selatan." "Kota tertutup untuk pelancong dalam sepekan ke depan." Beberapa prajurit mulai siaga untuk mengantisipasi kemungkinan
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

295. Pejuang Muda

"Kita lewat perkampungan saja." Cakra memilih jalan setapak melewati hutan hijau. Berkuda di jalan utama akan menarik perhatian warga. Banyak prajurit juga lalu lalang. Mereka belum mengetahui apa yang terjadi di perbatasan. "Prajurit istana pasti menangkap kita kalau kabar itu sudah sampai." "Lalu pergi ke mana kepala prajurit di perbatasan?" "Kau pikir aku akan membiarkannya woro-woro? Ia lagi menghantam kuda di bawah pohon srikaya!" Prajurit istana Selatan kebanyakan mengendarai kuda betina, sebagai cadangan untuk selimut malam jika tidak menemukan perempuan. Cakra ingin menghindari konflik selama dalam perjalanan menuju keraton adipati. Mereka pasti dicurigai dan ditangkap jika berita kedatangan Raja Timur sudah menyebar. "Aku ingin meminimalkan pertumpahan darah sedapat mungkin." "Kedatangan kita ke keraton adipati pasti terlambat," keluh Bramantana. "Padahal kita bisa datang lebih dahulu dari Indrajaya." "Kau rupanya mulai takut kehilangan Citrasari." Bramantana mer
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

296. Dia Lelaki Aku Lelaki

Pendekar itu terkejut, ia berbisik, "Anak muda, jaga bicaramu. Mereka adalah lima tokoh sakti istana Selatan." "What?" Cakra terbelalak. "Kau pasti salah lihat! Mereka adalah langganan lonte di Kacapiring!" Lima tokoh sakti itu turun dari kuda menghampiri Cakra. Pemilik kedai dan pendekar yang duduk di kursi panjang memandang iba. Bangsawan muda itu usianya hanya sampai pagi ini. Kasihan sekali. "Aku Kwa Chi," kata kakek berjanggut putih. "Ketua tokoh istana Selatan. Aku lihat kau bangsawan terpelajar. Apakah mulutmu tidak belajar sopan santun?" "Mulutku tidak berpagar, jadi sering keceplosan. Aku melihat kalian semalam berada di Kacapiring. Bahkan aku dengar lonte body goal berteriak; Go Pek Tong! Aku kira bayaran kalian kurang gopek, tidak tahunya ia memanggil nama kawan di sebelahmu yang mirip kentongan." Bramantana dan Fredy heran bagaimana Cakra dapat melihat kejadian di Kacapiring, padahal semalam ia tertidur sambil menunggang kuda. Cakra tidak mungkin asal, lima tokoh s
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

297. Jangan Pandai Berakting

"Apa aku tidak salah lihat?" Kwa Chi melotot melihat pemandangan menggemaskan di depannya. Empat kimcil lenggang-lenggok dengan senyum menggoda mendatangi empat tokoh istana yang berdiri terpesona. Mereka melongo saat ABG nan segar itu menyingkap baju sehingga terlihat perbukitan yang indah. "Aku belum pernah melihat cabe-cabean demikian menggemaskan," kata Lo Yo Loe penuh hasrat. "Ranum sekali." "Kepalamu juga ranum sekali," sahut Cakra sambil mencengkram kepalanya. "Sudah waktunya untuk dipetik." Cakra menghisap partikel energi dengan ilmu Seruput Jiwa sehingga Lo Yo Loe terduduk lemas kehilangan kesaktiannya. Kemudian Cakra mencengkram kepala Kho Phi dan melakukan hal serupa. "Kau semestinya malu mempunyai selera seumuran cucumu." Mereka tidak menyadari apa yang terjadi karena terkesima dengan pertunjukan empat ciblek yang sangat berani. "Aku tahu mereka adalah sihir," kata Kwa Chi. "Tapi aku sulit melepaskan mataku dari mereka." "Aku yakin bukan pengaruh sihir saja," sa
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

298. Berpikirlah Untuk Sekarang

"Apakah bangsawan yang melarikan diri di belakangmu adalah temanmu juga?" Lesmana terkejut mendengar pertanyaan Cakra. Ia tidak melihat penguntit lain selain kedua temannya. Lesmana menoleh kepada temannya. Mereka menggeleng. Ketiga telik sandi itu mengakui kalau mereka ceroboh. Jika pengintai itu bermaksud jahat, mereka sudah mati. "Aku tidak tahu siapa bangsawan itu, Yang Mulia," kata Lesmana. "Adipati hanya menugaskan kami bertiga." "Aku curiga tokoh tua itu agen mata-mata dari puteri bangsawan terkemuka di kerajaan ini." Biasanya puteri bangsawan mengirim mata-mata untuk mengetahui posisinya sehingga mereka dapat bertemu di satu tempat. Bidasari paling sering mengirim telik sandi sehingga mereka sering berjumpa secara kebetulan, padahal sudah direncanakan. "Dyah Citraningrum maksud Yang Mulia?" tanya Lesmana. "Aku tidak tahu siapa," sahut Cakra. "Mereka menjuluki aku pendekar mata keranjang, tapi mereka mengejar-ngejar aku. Sebenarnya siapa yang mata keranjang?" Dyah Citr
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

299. Tidak Tahu Adab

"Bagaimana aku menolaknya?" Citrasari mondar-mandir dengan bingung. Sebentar lagi Pangeran Indrajaya tiba di keraton. "Apakah aku pergi saja?" "Patik kira pergi ke wilayah Timur adalah jalan terbaik," kata Senopati Chang Khi Lung, pengganti Senopati Prawira yang hilang secara misterius. "Raja Timur pasti melindungi gusti ayu." "Tapi Raja Timur dalam perjalanan ke mari, senopati," keluh Citrasari resah. "Aku belum mendapat kabar lagi mereka sudah sampai mana." Lagi pula, seluruh pejabat kadipaten pasti mendapat tekanan kalau ia mencoba kabur, terutama senopati. Citrasari tidak mau pembantu terdekatnya dihukum gantung gara-gara tidak mencegahnya pergi. "Aku tidak mau rakyatku menderita, senopati," kata Citrasari pasrah. "Barangkali sudah suratan Yang Widi aku mesti menjadi selir." "Patik dan prajurit rela mati demi gusti ayu," sahut senopati. "Rakyat tidak menginginkan gusti ayu menjerumuskan diri ke dalam neraka perkawinan." Beberapa selir menderita kelainan jiwa karena siksaan
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

300. Serendah-rendahnya Mahar

"Apa yang telah kau lakukan Lu Qiu Khan?" Indrajaya memandang tokoh sakti itu dengan sinar mata menyala-nyala. Wajahnya merah padam menahan malu. Indrajaya merasa kehilangan muka di depan adipati dan pembantu dekatnya. "Bagaimana keping emas dapat berganti ubi manis?" Lu Qiu Khan bungkam seribu basa. Kotak mahar itu tidak pernah lepas dari pengawasan dirinya. Jika bukan tokoh utama istana, kepala Lu Qiu Khan pasti sudah menggelinding ke lantai ditebas keris pusaka oleh Indrajaya. Lu Qiu Khan mengambil sebiji ubi dari dalam kotak untuk memastikan, lalu menyantapnya. "Nyata ubi Cilembu," kata Lu Qiu Khan. "Bukan ilusi." Kemudian Lu Qiu Khan membuka dua kotak perhiasan yang belum diserahkan. Lu Qiu Khan mendelik melihat perhiasan berlian berubah menjadi kantong berisi wedang lemon. "Kekuatan sihir sudah merubah barang berharga yang kita bawa," ucap Lu Qiu Khan bergetar, dilanda amarah memuncak. "Aku tahu siapa pelakunya." Lu Qiu Khan menggeser pandangannya ke Raja Timur yang
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
40
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status