Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 151 - Bab 160

189 Bab

Bab 151

Matahari pagi bersinar cukup terik di sertai angin yang bertiup kencang menerpa kulit Kumi. Wanita itu menaikkan hoodie di atas kepalanya. Bersama beberapa orang turis dari Jerman, Kumi berdiri menunggu antrean masuk ke kapal ferry kayu yang kemarin membawa mereka, menuju Luang Prabang. Semalam kapal ferry berhenti di Pakbeng, Kumi menginap di hostel kecil dengan pemandangang sungai Mekong. Tempatnya bersih dan nyaman sehingga ia dapat beristirahat dengan nyaman bersama Yashi setelah 8 jam perjalanan panjang. Berbekal pengalaman kemarin. Kumi membuat overnight oat yang ia isi dengan buah pisang dan peanut butter sebagai bekal makan siangnya nanti selain roti baquette. Di kapal tak banyak pilihan makanan, penjual di situ hanya menyediakan mie. Itu pun harganya sudah naik berkali-kali lipat. Kapal baru berangkat ke Luang Prabang jam 10 pagi. Mata Kumi asyik menyisir pemandangan indah dan kehidupan penduduk lokal yang unik d
Baca selengkapnya

Bab 152

Sakha Mahasura. Lelaki perhatian dan mempesona. Aroma tubuhnya yang wangi dan maskulin. Sayang Yashi. Tampan dan pemilik mata hazel. Ting! Tiap malam Kumi menghalau bayangannya supaya tak hadir mengusik mimpi. Menyembunyikan kegalauan dan rasa rindunya. Tapi kini ia justru terengah-engah memikirkan keadaan lelaki itu. Bagaimana kondisinya saat ini. Andai ia punya sayap, ia mau segera terbang menemuinya. “Sakha…” ratap Kumi pilu. Kabut tebal menggelayuti hatinya. Ia amat khawatir dengan keadaan pria itu. Berulang kali dia membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Kumi, lo di mana, kami mencarimu, keadaan Sakha dan perusahaan gawat. Tolong hubungi balik gue secepatnya, kami butuh bantuan lo – Rio. Kumi, there is a guy, Shaka Mahasura, he called me and asked about you. He told me that wants to meet you, but I didn’t tell him that you are in Luang Prabang now. He seems really worries about you. Take
Baca selengkapnya

Bab 153

Kumi berdiri tercekat di samping ranjang Shaka. Dia masih bingung apa yang menggerakkanya hingga mengubah itinerary perjalanannya kembali ke Jakarta. Kemudian langsung menuju Rumah Sakit Siloam di mana Shaka dirawat. “Shaka koma, hanya keajaiban yang bisa membuatnya bangun,” ucap Rio sedih memegang pundak Kumi. Bibir perempuan itu terkunci rapat. Hatinya giris melihat lelaki itu tak berdaya, di atas ranjang dengan selang-selang yang menempel di tubuhnya. "Daddy... ayo main, " panggil Yashi. Tangannya yang mungil memegang tangan Shaka. Rio sudah meminta ijin Dokter Ridwan supaya membiarkan bocah itu masuk menengok Shaka. Anak kecil itu mendongak, melihat ke Kumi. " Mommy, Daddy tidak angun?" Ia bertanya dengan kosa kata yang belum lengkap. "Daddy sakit, dia masih tidur," ucap Kumi menjelaskan. Yashi lalu membuka tas ransel miliknya. Kemudian ia mengambil sirup obat panasnya dan memberikan pada Kumi. "Mommy, kasih Daddy,.." Bocah kecil itu cerdas sekali. Ia berpikir Shaka s
Baca selengkapnya

Bab 154

“Kumi… lo mau pergi ke mana?” tanya Rio panik. Ia tidak pernah melihat pemandangan sesedih ini. “Entahlah, gue belum memutuskan,” jawab Kumi seraya mengedikkan bahunya ke atas. Ia masih belum berniat untuk pulang ke rumahnya. “Apa lo mau menginap di apartemen gue dulu?” Rio menawarkan diri. Hatinya sesak dan tak enak hati melihat Kumi bersedih. Perasaan bersalah bersarang di dada Rio. Pikirannya terlalu naif, ia meminta Kumi datang semata-mata karena mau membantu Shaka untuk bangkit. Rio lupa ada Nenek. Kedatangan Nenek telah menggagalkan rencananya. Insting lelaki itu mengatakan, Nenek telah melontarkan kata-kata buruk sehingga membuat Kumi bersedih. “Terima kasih. Tapi gue gak mau merepotkan elo.” “Lantas, lo mau pergi ke mana?” desak Rio. Kumi tersenyum tipis. “Melanjutkan perjalananku.” Kumi menepuk lengan Rio. “Cepatlah kembali ke kamar Shaka. Nanti Nenek marah kepadamu,” balasnya ringan. Ia membuang na
Baca selengkapnya

Bab 155

Bab 155Nenek dan Rio terperangah mendengar suara Shaka. Kedua orang itu buru-buru mendekat ke ranjang Shaka."Syukurlah kamu sudah sadar, Shaka," kata Nenek terharu, membelai kepala Shaka. Ia sangat lega cucunya kembali kepadanya."Hai Bos." Rio melambaikan tangannya sambil tersenyum bahagia.Dokter Ridwan datang memeriksa keadaan Shaka. "Sungguh suatu keajaiban Pak Shaka sadar. Semua organ tubuh termasuk paru-parunya berfungsi sempurna. Kita patut bersyukur pada kebaikan Tuhan."Kecemasan Nenek beberapa hari ini seketika luntur. Ia bahagia dengan keterangan Dokter Ridwan. "Terima kasih Dok.""Saya hanya perantara Bu," sahut Dokter Ridwan. "Jika kondisi Pak Shaka tetap stabil. Beberapa hari ke depan sudah boleh pulang. Tapi dengan catatan, di larang kerja keras dulu.""Siap Dok, saya yang akan menjaganya." Rio mengangkat tangan.Setelah Dokter Ridwan pergi Shaka memanggil Rio. Suaranya masih lirih."Aku tadi bermimpi Kumi dan Yashi datang lalu bercerita banyak tentang perjalanannya."
Baca selengkapnya

Bab 156

Shaka memberikan ponsel pada Rio. “Aku lihat posisinya ada di sini. Coba kamu check, siapa tahu aku yang salah mengerti,” tukasnya kecewa. Segudang rencana yang ada di kepalanya ambyar. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Lelaki itu berhasrat berbaikan dengan Kumi lagi, dan sering mengirimkan pesan baik itu lewat email maupun Whatsapp kepadanya. Kumi membaca sayangnya wanita itu tak pernah membalasnya. Kenyataan itu menyakitkan Shaka. Sementara itu Rio memperhatikan posisi chip di aplikasi. Dua alisnya saling bertaut melihat posisi chip berada di dekatnya. “Kok bisa begini. Jangan-jangan sistemnya error?” tanyanya tak mengerti. Mukanya kelihatan kesal. “Jangan menyalahkan system dulu, kali aja kalungnya terjatuh.” Shaka turut penasaran dan memberikan asumsi lain. “Kalau jatuh, rasanya tidak mungkin. Bahan kalungnya dari titatium dan kuat. Rantainya tidak terlalu panjang ataupun pendek, pas di leher Yashi. Pokoknya Yashi tamba
Baca selengkapnya

Bab 157

“Terserah! Aku tidak mau membantumu soal itu. Jika Bos mau memecatku, silahkan! Aku tak peduli!” Rio mengabaikan kemauan Shaka. “Bukan apa-apa, aku tidak mau gambling dan mengorbankan kesehatanmu.” Huff, Shaka memalingkan muka. Ia tahu keinginannya bakal ditolak Rio. Sayangnya ia terlalu keras kepala. Kerinduan untuk bertemu dengan Kumi membuatnya gila. Hatinya seperti diremas-remas,d an membuatnya hilang arah dan tujuan. Pikirannya menjadi picik dan manipulative, supaya bisa bertemu dengan wanita itu. Ia sulit mengontrol dirinya sendiri. Hidupnya limbung. BRENGSEK! Maki Shaka dalam hati. “Tidak bisakah kamu membuatku bahagia Rio? Aku sudah tak tahan dengan keadaan ini?” dengusnya pelan. “Sabarlah Bos, aku sedang mencari cara,” jawab Rio. “Cepatlah jangan terlalu lama,” tuntut Shaka. Sementara itu di sebuah taksi. Kumi terlihat sedang menatap nanar jalanan. Cuaca Jakarta yang kering mendadak berubah basah.
Baca selengkapnya

Bab 158

Bab 158Di rumah sakit, telepon Shaka berdering. Dari Kumi! Lelaki itu segera mengangkatnya, dan mendengar suara tangis Yashi memanggil-manggil maminya.Wajah Shaka panik. 'Halo... halo, Yashi... Yashi!" katanya cemas.Rio yang ada di samping Shaka ingin tahu apa yang terjadi. "Kenapa Yashi?""Rio! Sepertinya Kumi mendapat masalah besar! Kita harus menyelamatkan mereka Rio!" Shaka lantas mengubah ke mode loud speaker supaya Rio bisa mendengar suara Yashi."Ya Tuhan, ada apa dengan mereka?!!" Rio ikutan panik mendengar tangisan Yashi."Lakukan sesuatu Rio! Lakukan sesuatu!" Shaka memegang keningnya.Shaka mau bangkit, tapi ototnya tak punya tenaga sama sekali. Lelaki itu merutuk karena hanya bisa mendengarkan suara Yashi tapi tidak bisa berbuat apa-apa. "Sialan! Sialan!"Di tempat Kumi berada.Lelaki itu terus merangsek mencoba menindih Kumi. Wanita itu gelagapan. Dia berusaha keras mempertahankan daerah intimnya sembari dmencari cara bagaimana menyelamatkan dirinya dan Yashi."Open
Baca selengkapnya

Bab 159

Kumi membeku, ia seperti bermimpi melihat Shaka menuju ke arahnya.Mata Kumi tak berkedip memandang wajah tirus dengan rahang maskulin Shaka serta aroma wood yang membuat dada Kumi berdetak lebih cepat.Shaka kelihatan seksi dengan pakaian rumah sakit berwarna biru muda yang dipakainya. Dari roman muka Kumi, tergambar jelas perasaan bahagia melihat Shaka telah sadar dari koma. Tapi... bagaimana lelaki itu bisa menemukannya? Kumi memikirkannya dari tadi.Kumi memalingkan muka ke arah tembok mengatur napas. Ia memilin-milin ujung kaosnya, panik.Tak dipungkiri perasaan cintanya pada Shaka masih tetap sama, tak berubah sama sekali.Sementara Yashi, ia melorot dari tempat duduknya lalu menghambur ke pelukan Shaka.Dengan sukacita Shaka memeluk dan menciumi muka Yashi dengan segenap cinta.Dia tidak pernah mencintai anak kecil sebesar cintanya pada Yashi. "I miss you so much dear." Kemudian ia memangkunya."Daddy... Daddy, are you okay? I am afraid I didn't see you again." Yashi memegang
Baca selengkapnya

Bab 160

"Ceritanya panjang, Kumi. Nanti aku ceritakan," kata Aji. Sikapnya sangat berhati-hati. Aji berkata lagi pada Shaka. "Mari Pak, kita harus cepat berangkat," desaknya. Jika atasannya tahu, bisa runyam."Sebentar, apakah kamu bertugas menjaga Shaka dan membantunya kabur dari rumah sakit untuk menyelamatkan aku?" tanya Kumi.Shaka yang menjawab pertanyaan Kumi. "Iya!""Kamu bilang tadi minta ijin Dokter Ridwan?" tanya Kumi meminta penjelasan."Dia tak bakalan memberi ijin, meski aku mengancamnya mau bunuh diri. Apalagi aku baru sadar dari koma." Shaka melenguh. "Dasar gegabah. Ini beresiko untuk jiwamu." " Aku tak peduli, ketika kamu punya masalah, aku mau berlari menyelamatkanmu."Kumi marah, tapi hatinya senang, Shaka rela mengorbankan hidupnya untuk Kumi."Stop, jangan berdebat lagi." Aji melerai. "Kumi, sebaiknya kamu ikut kami. Hari ini kamu dan Yashi mengalami banyak hal buruk.""Aku setuju," ucap Shaka gembira dengan usul Aji. Dia pantang menyerah meski Kumi menolak cintanya."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status