Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 131 - Bab 140

189 Bab

Bab 131

Sementara itu, di salah satu kamar Skyline Suite, Shaka duduk termenung di teras yang menghadap ke laut Dubai dengan pemandangan sunset yang spektakuler. Warna keperakannya memantul indah pada gelas Champagne yang berada tepat di depannya. Gelas Champage terbuat dari kristal dengan sebotol Champagne merk ternama yang isinya tinggal setengah. Champagne itu hadiah dari hotel untuk bulan madunya dengan Nada. Shaka menuangkan isi Champagne itu ke dalam gelas, lalu menyesapnya sedikit.Matanya lalu menatap sendu cakrawala dengan warna perak berkilauan membawa suasana romantis yang indah. Andai saja Shaka menikmati pemandangan itu bersama Kumi. Tentu dia akan bahagia.Senyum Kumi menggoda pikirannya.Sejauh apapun Shaka menepis baying Kumi, wajah ayu perempuan itu masih melekat kuat dalam ingatannya. Pria itu menarik napas panjang. Perasaan bersalah menggelayuti hatinya. Ia sadar telah menyakiti hati perempuan yang amat dicintainya itu. Shaka tertundu
Baca selengkapnya

Bab 132

Dengan gusar Nada menelpon Yumi. ”Beb, Shaka meninggalkan aku, dia mau kami berpisah. Bodoh sekali sekali dia!” Dia lalu menceritakan semuanya pada kekasihnya itu. Yumi terlihat kaget sekaligus senang. “Tenanglah, kita bisa atasi masalah ini. Apakah kamu sudah memberitahu keluargamu soal hal ini?” Nada mendesah. “Belum. Aku pusing sekali. Kamu tahu orang tuaku kan? Mereka bisa membunuhku jika tahu alasan Shaka meninggalkan aku gara-gara aku belok.” Dia lalu mengambil sebatang rokok di dalam tasnya, menghidupkannya dan menghisapnya pelan-pelan. “Apa yang harus kulakukan Beb?” Nada mendengar tarikan napas halus Yumi di telepon. “Beb, sorry. Sebenarnya, aku telah membeberkan hubungan kita pada mamamu?” kata Yumi dengan suara tertekan. Nada terlonjak dari tempat duduknya. “Hah! Apa?!! Serius? Kapan? Apa yang Mama katakan?” “Seminggu sebelum rencana perkawinan kalian. Aku sangat mencintaimu Beb dan takut kehilangan kamu. Maka tanpa sepengetahuanmu a
Baca selengkapnya

Bab 133

“Kamu ada masalah apa Nduk? Seminggu ini kamu membuat hati Ibu resah melihatmu diam terus di dalam kamar?” tanya Ibu hati-hati. “Apa kamu sedang ada masalah pekerjaan?” Dia takut menyinggung perasaan Kumi. “Kumi tidak apa-apa. Kumi hanya ingin membenahi hidup Kumi,” jawabnya dengan mata sembab. Ia menyembunyikan foto Shaka di bawah bantalnya. Ibu memandang anaknya. Ia tak percaya, menilik bobot Kumi turun drastis, wajahnya juga kuyu. Pasti ada masalah berat yang sedang dipikirkannya. Dia duduk di samping Kumi, lalu dibelainya rambut Kumi. “Kamu masih punya Ibu Nak. Kamu bisa cerita apa saja masalahmu pada Ibu. Jangan simpan sendiri laramu” Kata-kata Ibu membuat hati Kumi luruh, ia menjatuhkan dirinya dalam pelukan Ibu. Tanpa bersuara ia menangis mengeluarkan beban yang menghimpitnya belakangan ini. “Kumi sakit hati Bu. Kumi bekerja sepenuh hati tapi apa yang Kumi dapatkan? Kumi malah didepak Nenek dengan tudu
Baca selengkapnya

Bab 134

“Siapa kamu Nak?” desak Ayah waspada. Ia menyeka keringat yang bergerombol di dahinya. Aji diam. “Saya tidak akan memanggil Kumi, jika Nak Aji tidak memberi tahu saya terlebih dahulu siapa Nak Aji sebenarnya,” elak Ayah. Matanya seperti elang yang ingin merobek wajah pemuda di depannya itu. Aji lalu mengeluarkan kartu identitasnya dan memberikannya pada Ayah. Kening Ayah berkerut saat membacanya. “Apa maksud dari semua ini?” Ia masih kebingungan mencerna. “Saya sudah lama menyelidiki kasus money laundering yang Teguh lakukan. Bisa jadi ini masih ada kaitannya dengan Kumi. Jadi tolong ijinkan saya bertemu dengan Kumi.” “Nak Aji jangan menuduh anak saya macam-macam. Anak saya bersih, dia tidak ada sangkut-pautnya dengan mantan mertuanya itu. Sebaiknya Nak Aji pergi saja dan jangan ganggu anak saya!” Ayah mulai ketakutan Kumi mendapatkan masalah besar. “Sabar dulu Pak, sebaiknya Bapak ijinkan saya bertemu dengan Kumi, supaya saya bisa bertanya pa
Baca selengkapnya

Bab 135

Ibu dan Ayah tercekat mendengarnya. “Apakah Nak Aji menakut-nakuti putri Kami?” sambar Ibu. “Kenapa mereka mau mencelakakan Kumi? Memangnya siapa mereka?” “Pertanyaan Ibu sama denganku. Aku kenal mereka sebatas pekerjaanku. Jadi apa salahku?” ucap Kumi dengan nada cemas. “Aku tidak terlibat apapun dengan mereka. Aku hanya membantu mengurusi perkawinan Nada dan Shaka, itu saja.” Tiap Kumi membicarakan Shaka, ia seperti menabur garam pada lukanya yang masih basah. Perih sekali. Mata wanita itu berkaca-kaca. Aji bisa menangkap kesedihan dalam mata wanita itu. “Maaf, aku memahami rasa ingin tahumu, tapi ini bukan waktu yang tepat untukku bercerita. Aku pamit sekarang.” Aji pamit. Ia bergerak ke pintu. Giliran Kumi yang gusar. Ia menyusul Aji. “Ini tidak adil, Aji! Kamu tadi menginterogasi kami, sekarang kamu malah meninggalkan sebuah pertanyaan yang menimbulkan ketakutan padaku. Aku tidak mengijinkan kamu pergi sebelum kamu menjelaskan semuanya kepadaku secara gamblang.” “Jangan tak
Baca selengkapnya

Bab 136

Kumi yang sedang mengunyah roti di ruang keluarga tersedak mendengar kata-kata Tante Rini. Dia tak menyangka sama sekali, Tante Rini-seorang ibu rumah tangga akan tega melakukan perbuatan jahat itu pada suami dan menantunya. Rini kemudian memegang tangan Ibu. “Jeng Putri, mana Kumi? Saya mau berbicara dengannya?” “Kumi, sini Nduk,” panggil Ibu. Kumi yang sedari tadi menyimak pembicaraan Ibu dan Rini dari ruang makan, datang menghampiri dengan menggendong Yashi. “Inggih Bu.” Dia duduk di depan mereka.Rini melihat Kumi dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat merasa bersalah bekas menantunya itu. “Kumi, maafkan Mama dan Arka. Mama menyesal telah menyia-nyiakanmu dulu.”Kumi menundukkan kepalanya, menghalau kepingan-kepingan cerita kelam saat di rumah Arka. Dia hanya mendengarkan kata-kata Tante Rini yang masih memposisikan dirinya sebagai mama mertuanya. Mendadak perutnya eneg.“Jika terjadi sesuatu dengan Mama, tolong titip Arka ya. Kasihan d
Baca selengkapnya

Bab 137

“Kasihan Mba Rini ya Yah,” kata Ibu waktu mereka masuk ke dalam rumah. “Iya Bu, Ayah juga kasihan dengannya. Mulai sekarang, kita sebaiknya sering-sering menghibur Mba Rini.” Wajah Ayah lebih berseri-seri. Kumi yang berada di dalam kamarnya keluar. “Kumi gak setuju dengan Ayah dan Ibu! Ngapain kita menaruh kasihan kepada Tante Rini. Daripada menghibur wanita itu, lebih baik kita menghibur orang lain yang nasibnya lebih buruk dari dia.” “Jangan gitu Nduk, mama mertuamu itu sedang dapat musibah, kita sepatutnya menaruh iba padanya,” kata Ibu. Hati Ibu lumer setelah mendengar cerita Rini, hingga ia tak nyaman menyebutnya sebagai mantan mertua Kumi. “Betul kata ibumu, bagaimanapun juga Mba Rini itu masih neneknya Yashi. Kalau dia gak perhatian, mana mungkin mau memberikan Yashi sekotak perhiasan,” timpal Ayah. “Kamu harus memberinya kesempatan padanya untuk bisa bermain-main dengan Yashi. Kumi melengos. “Jangan terpengaruh dengan kebaikan seseorang yang tiba-tiba. Siapa tahu Tan
Baca selengkapnya

Bab 138

Esok paginya. Hujan masih setia mengguyur. Dengan malas Ibu bangun dan melihat ke jam weker di atas meja di samping tempat tidur. “Ya Allah! Jam 6 pagi!” teriak Ibu. Dia lantas mengguncang-guncangkan badan suaminya yang masih tidur nyenyak. “Ayah, bangun sudah jam 6 pagi. Kita ketinggalan sholat subuh!” keluhnya. “Ayah masih ngantuk. Ibu saja yang bangun,” kata Ayah. Hujan membuatnya malas bangun. Lelaki itu memeluk guling dan melanjutkan mimpinya. Ibu sewot. Wanita itu buru-buru merapikan rambutnya. Kemudian menyeret kakinya ke kamar mandi, mandi. Kemudian ia menghidupkan kompor, menjerang air dan mulai membuat sarapan. Perasaan Ibu agak aneh dengan suasana rumahnya yang lengang. Dari tadi ia belum mendengar suara Yashi. Biasanya bocah itu sudah berisik berceloteh dan bertanya ini-itu pada Kumi. Cucunya memang cerewet sekali. “Tumben, apa Kumi dan Yashi belum bangun?” kata Ibu sendiri. Tok…tok…tok Ibu mengetuk pintu kamar Kumi beberapa kali. Tapi tidak ada jawaban. Ibu semak
Baca selengkapnya

Bab 139

Suasana hari Rhea buruk. Badannya lemas karena berulang kali ia memuntahkan makanan yang masuk ke dalam mulutnya. “F*ck!” rutuknya pelan, mengingat bulan lalu ia belum mendapatkan menstruasi. Otak Rhea mulai panik, karena seingatnya ia beberapa kali lupa meminum pil KB. Selanjutnya ia mengambil test pack untuk memastikan kondisinya. Rhea mondar-mandir di dalam kamar mandinya yang mewah. Hati wanita itu semakin tidak tenang menunggu garis yang tampak. “Jangan hamil, jangan hamil,” gumamnya pelan. Ia sama sekali belum siap menjadi seorang Ibu. Namun, bagaimana jika ia hamil? Siapa yang akan ia minta pertanggung jawaban? Apakah Arka atau papa mertuanya? Rhea lalu melihat hasil test pack-nya. Wajahnya seketika pucat pasi melihat 2 garis yang tampak jelas di matanya. “Apa yang harus aku lakukan?” kata Rhea sendiri. Sepertinya akan sangat memalukan, jika Rhea mengaku telah melakukan hubungan terlarang dengan papanya Arka? Ini akan menjadi skandal besar di keluarga besar Arka dan Rhea.
Baca selengkapnya

Bab 140

Dengan mata gamblang, Rhea bisa melihat dirinya sedang melakukan seks dengan papa mertuanya. Wanita itu memejamkan mata, tak sanggup melihatnya. Perasaan malunya muncul. “Lihat! Kamu sangat menikmati permainanmu dengan Papa!!” Arka tertawa, tapi tawanya terdengar sangat menakutkan di telinga Rhea. “Apa kurangnya diriku Re? Hingga kamu tega bermain dengan Papa?” Arka memegang tangan Rhea kuat. "Aku kurang puas dengan permainanmu Ka, dan papamu memberiku kepuasan! Dia bisa membuatku bahagia!" balas Rhea. BUG Arka memukulkan tangannya ke dinding. “Aku jijik denganmu Re! Kamu wanita murahan! Jika aku tak menghargai Mama, aku lebih suka kita berpisah. Tapi karena kebaikan Mama, kamu masih ada di sini dan menikmati kenyamanan rumah ini!” Kemudian Arka mengambil stik golf dan melemparkannya ke kaca jendela. Kaca jendela itu pecah seribu. Pecahannya terlontar ke mana-mana. Arka tertunduk kesal seraya menutup telinganya. Suara desahan istri dan papany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status