Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 141 - Bab 150

189 Bab

Bab 141

Rhea duduk di atas kasur dengan muka menekuk dan kebingungan. Dirinya malu ditelanjangi oleh suaminya. Sama sekali Rhea tak punya pemikiran Arka akan bertindak sejauh itu, dengan merekam aktifitasnya secara diam-diam. Dada wanita itu sesak Arka punya bukti kuat untuk meninggalkan dirinya.Namun, untuk meninggalkan rumah Arka. Rhea masih gamang, ia tidak rela meninggalkan semua kenyamanan yang ia dapatkan selama ini.Arka dan papanya termasuk lelaki royal yang mau memberikan apa saja yang Rhea mau. Dia mencari celah, bagaimana tetap bisa tinggal di rumah Arka.Selanjutnya, otaknya mengingat-ingat kapan terakhir kali ia melakukan persetubuhan dengan Arka? Saraf-saraf di muka Rhea menegang. Hampir 2 bulan Arka tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Lelaki itu jarang pulang ke rumah, sedangkan dia butuh belaian kasih sayang dan sialnya Rhea tak pernah memedulikan sikap Arka yang menjauh darinya.Justru ketiadaan Arka membuat hati Rhea senang karena bisa leluasa me
Baca selengkapnya

Bab 142

Teguh tersenyum lebar setelah melihat istri dan pembantunya pergi. Rumahnya kini sepi, hanya dia dan Rhea serta satpam yang berjaga di depan. Dia memerintahkan Saiful lewat intercom. “Ful, kalo ada yang mencari saya, bilang saya dinas ke luar kota. Kamu juga jangan masuk ke dalam rumah,” ucap Teguh memperingatkan, karena ia mau menghabiskan waktu bersama Rhea. Cinta memang gila. Teguh menjadi lupa daratan. Ia lupa dengan istri dan anaknya. Semua isi kepalanya hanya menantunya- Rhea. Ia sama sekali tak peduli dengan status Rhea yang seharusnya ia lindungi. Lelaki gaek itu bersiul-siul mendekati pujaan hatinya. “Mari sayang, saatnya kita bersenang-senang,” ajaknya dengan semangat menggebu-gebu. “Sebentar Pa, Rhea ingin menagih janji Papa,” jawab Rhea merajuk. Teguh menjawil dagu lancip Rhea, lalu ia mencium pipi wanita itu. Setelah itu ia mengeluarkan kotak mungil berwarna hitam dari saku celananya. “Janji apa dulu? Apakah ini
Baca selengkapnya

Bab 143

"Tidak, Papa tidak mati.' Rhea berusaha keras menyangkal. Dia terus membangunkan lelaki tua yang terlentang kaku di sebelahnya."Pa, bangun Pa. Jangan nakut-nakutin Rhea!" Wanita itu mengguncang-guncangkan tubuh pria gaek itu dengan keras.Kemudian menelusuri tiap jengkal badan Teguh mencari-cari tanda-tanda kehidupan.Sayangnya Teguh tetap diam. Mata Rhea lalu tertancap pada muka Teguh. Perempuan itu bergidik melihatnya..Mata melotot dan mulut menganga lebar. Jelas sekali menggambarkan keterkejutan dan kesakitan Teguh saat malaikat maut mencabut nyawanya.Ketakutan Rhea mengangkasa! Teguh tidak main-main. Lelaki itu tewas saat bersamanya.. Ini bukan perkara lucu lagi."Sh*t," hari Rhea mendadak kalut dan tertekan. Tak mungkin ia menelpon Arka maupun mama mertuanya. "Sebaiknya aku cepat-cepat kabur!"Lantas Rhea buru-buru menyelimuti Teguh dengan selimut. Kemudian matanya melihat tas dan dompet Teguh.Keringat dingin mulai membasahi tubuh Rhea. Akan tetapi sedapat mungkin ia berus
Baca selengkapnya

Bab 144

Melihat Rini pingsan, Karsinah langsung bergerak mengikuti instingnya.Gadis itu langsung menghampiri jasad Teguh yang mulai mendingin, kemudian ia menutup mata dan.merapatkan mulut Teguh yang menganga dengan bantuan kain kain.Dari semua pembantu Rini, Karsinahlah yang paling tegar dan berani menghadapi situasi yang menegangkan tersebut.Selanjutnya Karsinah menelpon Arka. "Mas Arka, di rumah ada kejadian gawat. Tolong Mas Arka secepatnya pulang," katanya tanpa. memberi tahu Arka secara detail.Karsinah khawatir Arka kaget menerima kabarnya, jika "Hmm... Aku masih sibuk Kar. Tidak bisakah besok?" jawab Arka malas."Gak bisa Mas. Ada kejadian genting, Tuan Teguh meninggal dunia dan Nyomya Rini masih pingsan. Saya dan teman-teman tidak tahu apa yang harus kamu lakukan?"DEG!"Apaaaa! Papa meninggal?? Kok bisa??" Arka syok! " Tadi waktu pulang mamanya bercerita papa masih kerja. " Papa meninggal. karena apa??" tanyanya dengan suara tertekan. Pikiran lelaki iitu mendadak buntu."Seba
Baca selengkapnya

Bab 145

Bab 145"Ma," panggil Arka lirih. Ia menghampiri Rini yang duduk dengan pundak melorot ke bawah, di samping jasad suaminya.Rini menoleh menatap anaknya dengan mata sembab.Arka memeluk mamanya. Mata laki-laki itu memerah. Dia membuka kain yang menutupi tubuh Teguh.Bukannya sedih melihat papanya terbujur kaku, malah perasaan jijik yang menyeruak di hati Arka. Arka sangat marah hingga ingin meninjunya lalu memotong-motong tubuh papanya dan melemparkannya ke kandang buaya.Papa yang seharusnya mengayomi menantunya malah tega menidurinya. Dia berani terang-terangan berselingkuh di rumahnya sendiri."Papamu sudah meninggal Ka, dia tidak akan menyakiti hati mama dan kamu lagi." Rini sesenggukan dalam pelukan anak tercintanya."Rhea mana Ma, apakah dia ada di kamarnya?" tanya Arka dingin."Rhea pergi membawa perhiasan mama dan uang di dompet dan tas Papa," ucap Rini."Kemungkinan besar Rhea ketakutan, karena papamu meninggal saat bercinta dengannya. Ini adalah aib keluarga yang harus kita
Baca selengkapnya

Bab 146

Di salah satu sudut hostel Gita’s House di Chiang Rai – salah satu daerah di Thailand Utara yang sejuk, menyuguhkan ritme pedesaan yang membuat Kumi bergeming dari hiruk pikuk kehidupan Jakarta. Perempuan cantik itu terlihat sedang membuai Yashi dalam gendongan. “Yashi mau apa, sayang? Jangan bikin Mommy bingung dong?” keluhnya kelelahan. “Mommy, Daddy… Daddy…” kata Yashi sambil menangis. Tangannya menunjuk-nunjuk ke luar pintu. “Daddy tidak ada di sini sayang, dia masih sibuk,” bujuk Kumi sedih. Sepulangnya dari White Temple dan Mae Fah Luang Art and Cultural Park, Yashi rewel. Dia menangis terus dan maunya digendong hingga Kumi kewalahan dan tidak bisa melakukan aktivitas lain. Anong Achara, sang pemilik hostel merasa iba pada Kumi. Perempuan cantik itu memberi hadiah ice cream untuk Yashi. Yashi menerimanya dengan mata lelah. “Thank you,” kata bocah itu. Ia memakannya pelan. “I think she is tired,” ucap Anong perhatian. Wanita itu menyukai Yashi sejak Kumi check in dan ia mel
Baca selengkapnya

Bab 147

Bab 147 Otot-otot di leher Kumi kesakitan saat tangan itu semakin kuat mencekik lehernya. Bukannya menyerah, dengan panik Kumi berusaha melepaskan tangan itu dari lehernya. “Untuk apa kamu menelpon Shaka heh!” Kumi terkejut dengan pertanyaan orang itu. Menilik dari suaranya, dia menduga orang yang mencekiknya adalah seorang perempuan, tapi siapakah dia?Mungkinkah Kumi mengenalnya? Bagaimana ia tahu soal Shaka? Masalahnya, ia tidak bisa melihat orang itu, karena dia mencekiknya dari belakang. Ia mengulur-ulur waktu sambil mengingat-ingat pemilik suara itu. “S-siapa y-yang menelpon Shaka. Kamu salah dengar!” ucap Kumi kesulitan bicara. “Ka… ka… tadi itu siapa?” tanyanya bengis. “A-aku menelpon Arka, dia mantan suamiku,” jawab Kumi. Lehernya sakit sekali. “Siapapun kamu, tolong lepaskan tanganmu,” pintanya memohon. “Hahahha… jangan kau pikir, aku akan melepaskanmu. Sebab saat ini juga aku mau membunuhmu
Baca selengkapnya

Bab 148

Keesokan paginya, setelah pulang dari kantor polisi. Kumi memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanannya ke Laos dengan menggunakan kapal ferry kayu.Meninggalkan Yumi yang langsung ditahan oleh polisi setempat. Ia dijerat kasus melakukan rencana pembunuhan.Kumi tidak lagi peduli lagi dengan wanita itu. Semua ia serahkan pada pihak kepolisian setempat.Menurut informasi yang dirilis kepolisian. Alasan Yumi mau membunuhnya ada kaitannya dengan Dream Land. Yumi mengaku di kepolisian, ia telah mengikuti Kumi semenjak di Jakarta karena Kumi tidak memberikan apa yang ia mau.Namun Kumi tak begitu mempercayainya.Menurut Kumi, jelas sekali alasan itu mengada-ada. Semua informasi yang Yumi minta telah ia berikan. Apa lagi yang inginkan darinya?Kumi juga telah menceritakan masalah Yumi kepada Aji. Ia tahu lelaki itu juga mengejar Yumi dengan kasus yang berbeda."Yumi adalah tangan kanan Teguh, wanita itu lihai sekali. Dia bermain sangat cantik dalam menyembunyikan aset-aset Teguh. Tapi k
Baca selengkapnya

Ban 149

Sesampainya di perbatasan Thailand -Laos. Kumi langsung mendatangi kantor imigrasi setelah itu dia naik tuk-tuk ke tempat ferry kayu.Kemudian membeli air, roti baguette, selai kacang, pisang dan biskuit untuk Yashi untuk stok perjalanan 8 jam ke depan plus sandwich buatan Anong.Tubuh Kumi yang mungil semakin tenggelam dengan barang-barang bawaannya. Meski tampak kerepotan, wanita itu berjalan tegap dengan satu tangannya memegang tangan Yashi yang berjalan di sampingnya melintasi serombongan turis."Halo... Halo," sapa Yashi ramah pada tiap orang yang dilewatinya.Orang-orang tersenyum dan menyapanya balik.Kumi geli melihat aksi anaknya. Ini menjadi penghiburan tersendiri bagi Kumi.Di jalan tanah yang kotor, Kumi melihat berbagai macam orang mulai dari warga lokal dan turis asing berbaris rapi menunggu masuk ke kapal. Sambil menunggu antrean masuk. Kumi merapikan jaket Yashi. Dia juga memeriksa tas kecil Yashi tempat anak itu membawa nappy dan bekalnya.Selanjutnya ia mencari tem
Baca selengkapnya

Bab 150

Bab 150“Kita tidak bisa ke Thailand sekarang, Bos!” kata Rio tegas. “Kenapa? Apa kamu tidak suka aku mau menemui Kumi?” tanya Shaka pedas.“Bukan begitu. Perusahaan sedang membutuhkan Bos, terutama masalah Dream Land! Aku khawatir jika Bos pergi, si Hong licik itu akan berbuat ulah,” ucap Rio mengingatkan Shaka dengan nada yang agak tinggi. Cepat sekali Rio tegang semenjak Kumi berhenti bekerja dan rentetan peristiwa yang membuat tanggung jawabnya semakin besar.Rio mengurusi banyak hal, bukan hanya soal pekerjaan tapi masalah pribadi Shaka dan keluarganya. Sementara urusan perceraian pria itu belum kelar dengan Nada dan terkesan berbelit-belit. Karena keluarga Nada tidak terima dengan sikap Shaka yang meninggalkan Nada di malam pertama pernikahan. Nyonya Hong – mamanya Nada malah berani meminta bagian setengah harta Shaka sebagai ganti rugi sakit hati dan rasa malu keluarganya. Akan tetapi Shaka tidak mengabulkan permintaan wanita serakah itu. Dia kemudian menugaskan Rio
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status