Bab 178 Kumi kaget dengan ucapan Ibu. Belum sempat ia menjawab, Ibu telah menutup saluran telponnya dengan kasar. Baru kali ini ibunya marah besar pada Kumi. Selama ini Ibu selalu bersikap baik dan cenderung membelanya. Namun, kali ini beda. Dengan gagap Kumi berupaya menelpon ibunya berkali-kali. Akan tetapi Ibu langsung mematikan ponselnya. Kumi tidak menyerah. Dia menelpon nomor ayahnya. “Ayah, Kumi mau berbicara dengan Ibu,” pinta Kumi. “Sebentar, Nduk.” Ayah bergerak ke kamar menemui istrinya. “Ibu, anak kesayanganmu telpon, bicaralah sebentar padanya. Jangan marah begitu,” kata Ayah membujuk Ibu. Kumi gembira. Sayangnya kegembiraan itu lenyap berganti dengan kekecewaan yang menelan dadanya. “Gak mau! Kamu bilang saja pada Kumi gak usah balik-balik lagi ke rumah. Ibu sudah jengkel sekali dengan dia. Anak kok suka sekali minggat tiap ada masalah.” “Hush! Istighfar Bu, ngomong jangan ngawur. Kamu juga ikut andil. Coba kalau kamu gak memintanya menikah dengan Arka. Ayah ya
Read more