"Iya, tapi ibu takut kalau malah buat rumah tangga mereka hancur berantakan, Ta," sahut wanita paruh baya yang ada di hadapanku.Rasa panas yang ada di hatiku sama seperti sayur gulai yang kini berada di dalam wadah. Bedanya hanya hatiku tidak mengeluarkan kepulan asap.Dreett ...Dreett ...Getaran HP yang ada di saku bajuku mengejutkanku."Mila?" batinku.[Halo, Mil, ada apa?][Mbak, ini tetangga baru, Mbak sudah datang, dia minta kunci rumahnya.][Sama, Bu Endah, Mil, kuncinya,][Aku enggak ada nomor Bu Endah, warungnya tutup itu ha, nampak dari sini,][Ya, sudah aku telpon, Bu Endah dulu, Mil]Tuutt ...Tuutt ...[Halo, Bu, di mana? Itu orang yang mau nempatin rumah, Mas Arman sudah datang ,Bu, kuncinya di ibu, 'kan?][Iya, Mil, tolong ke rumah ibu, ya. Di gantungan sebelah pintu kamar, masuk saja enggak di kunci pintunya, ibu masih belanja, baru saja sampai,][Oh, iya, Bu,]Aku mengakhiri panggilan."Bude, aku pulang dulu, ya, orang yang mau nempatin rumah Mas Arman sudah datang,
Read more