Home / Romansa / Main Cantik / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Main Cantik: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Dia Cemburu?

Ia segera membuat segelas kopi, dan meletakkan di depan Rizal yang menunggu di kursi. Kemudian, Lily lanjut memasak telur dadar untuk Abi. Ia memasak dengan  buru-buru. Setelah mengambil nasi di magic com, ia meraih telur dan meletakkan di atas nasi."Bertingkahlah biasa, Lily. Nanti sore, masakkan makanan kesukaanku. Kalau kamu mau jadi ibu yang baik," ulang Rizal lagi. Lily hanya diam. Ia langsung melangkah ke kamar anaknya membawa piring nasi dan air minum. Ia masuk dan mengunci pintu, kemudian duduk di samping Abi yang sudah menunggu. Sementara Husen, sedang terlelap."Abi, tadi Papa ada bilang apa, di jalan?" tanya Lily berusaha mencari tahu. "Papa bilang, mulai malam ini, akan menemani Abi sama Husen tidur di kamar. Katanya, Papa kangen sama kami, Ma!" jawab Abidzar polos."Kalau enggak ada Tante Nessa, Papa baik ya Ma! Senang deh, sekarang Papa mau main sama kita lagi!" Lanjut Abi membuat  Lily harus menarik napas panja
Read more

Ternyata Dia Sebijak Itu

"Eerrrrgghh ...."Rizal bersendawa usai menyantap hidangan makan malam mereka. "Maaf, kekenyangan. Makanannya enak sih. Makasih ya, Ly. Sudah mau masakin makanan kesukaan aku," ucap Rizal sambil meraih tisu dan mengelap mulutnya yang kepedasan.Lily tak menjawab, dalam hatinya sungguh ingin melempar sisa makanan ke wajah Rizal, yang suka memanfaatkan keadaan."Oya, besok ... surat pindah Abi dan Hussein biar aku yang antar ke sekolahnya," ucap Rizal sambil menuang minum."Kamu enggak kerja, Zal?" tanya Bu Erna heran."Aku ambil cuti, lima hari, Bu! Mau istirahat dulu," jawab Rizal. Setelah itu, Rizal pergi meninggalkan mereka yang belum selesai makan. Sepeninggal Rizal, Arjuna juga mendadak menyudahi makannya. Mendengar Rizal mengambil cuti selama lima hari, Arjuna seperti memikirkan sesuatu. Ia bergegas meninggalkan meja makan tanpa bicara.Lily yang tak enak hati, melihat perubahan pada raut wajah suaminya, juga ikut-ikutan berh
Read more

Rencana Baru

Berhubung Arjuna menawarkan rukonya dengan harga dibawah standar, dalam hitungan hari ruko mereka sudah laku. Kebetulan ada orang yang bekerjasama dengan perusahaan yang mencari mes untuk karyawan mereka. Arjuna dan Lily, kembali sibuk mengangkut sisa barang yang ada. Kebetulan masih baru semua dan masih bisa digunakan untuk membuka usaha baru. Untuk lemari dan kasur, Arjuna memutuskan untuk memberinya pada Mang Dirman. Tak lupa Arjuna menyelipkan sebuah amplop, sebagai ucapan terima kasih sudah banyak membantu dirinya selama ini. Mang Dirman menerima pemberian Arjuna dengan perasaan terharu. "Kamu sudah hubungi Mbak Fi?" tanya Arjuna begitu mereka dalam perjalanan pulang.Lily mengangguk. "Terus?""Iya, dia belum dapat kerjaan," jawab Lily sambil memandang keluar kaca. Arjuna tak bertanya lagi. "Juna!" panggil Lily tiba-tiba.Arjuna melirik sebentar tanpa menjawab. "Nanti, kalau Rizal jadi bawa an
Read more

Ajaran Sesat Seorang Ayah

Beberapa hari berikutnya, Arjuna mengajak Lily mengisi sisa waktu cutinya untuk beres-beres dan mengatur segala sesuatunya yang akan digunakan untuk memulai usaha baru. Sementara, Rizal tak mau kalah. Ia mengisi waktu yang ia miliki dengan terus mendekati anak-anaknya kembali. Sudah beberapa malam, ia selalu tidur dengan Abidzar dan Hussein. Sepertinya ia benar-benar kesepian. Kendati demikian, Rizal  tidak berusaha menghubungi Nessa, ia seperti tidak membutuhkan kehadiran Nessa lagi."Bi ...." panggil Rizal di suatu malam sebelum tidur pada putra sulungnya."Apa, Pa?""Paman Juna, baik enggak sama Abi sama husen?""Baik, Pa! Paman Juna kan emang dari dulu baik sama kita, Pa!" jawab Abidzar polos, membuat Rizal harus menelan rasa kecewa."Nanti ... kalau kita ke Balikpapan, Abi sama Husen pengen enggak, kalau kita jalan berempat lagi sama mama? Seperti dulu, pas belum ada Tante Nessa?" Rizal memancing pembicaraan.
Read more

Dia Kembali

Pagi-pagi sekali, Rizal masih enggan untuk meninggalkan tempat tidur. Sejak tadi ia hanya berbaring sambil sesekali senyum-senyum sendiri. Hayalannya belum juga bisa lepas dari keindahan yang akan dilaluinya esok, di hari Minggu.Ia kemudian pindah tempat bersantai, di depan televisi. Tak sabar rasanya menunggu kedua anaknya pulang sekolah. Ia sudah menyiapkan telinganya baik-baik, untuk menguping drama keluarga Arjuna, dimana dia berperan sebagai sutradaranya.Sementara Arjuna juga masih bersantai menonton TV saja di kamar. Segala urusan di ruko sudah beres. Rencana, senin baru akan dimulai usaha mereka. Mbak Fi hari minggu pagi, baru tiba di sana. Lily sendiri setelah beberes di kamar mereka, langsung beberes di kamar kedua anaknya. Bu Erna tidak tahu, apa yang ia lakukan di kamar yang selalu tertutup rapat.Terdengar suara pintu diketuk. Rizal yang sedang asik menonton televisi tidak mendengar. Terdengar suara ketukan sekali lagi. Kamar Abi dan Husen yang dek
Read more

Berusaha Mengorek Keterangan

Hari sudah beranjak siang. Bukannya senang, perasaan Rizal malah gelisah dengan kedatangan Nessa yang mendadak, tanpa menelpon terlebih dahulu.Ia hanya menatap punggung Nessa yang kembali memasukkan pakaiannya di lemari. Nessa sedari tadi juga diam, tidak menjelaskan apa-apa, membuat Rizal bertanya-tanya dalam hati. Tapi, ia juga enggan untuk mengutarakan pertanyaanya. Takut membuat Nessa marah. Rizal sedang tidak ingin ribut.Pikiran Rizal masih disibukkan oleh rencananya yang terancam batal. Mana mungkin ia bersenang-senang, jika ada Nessa. Nessa pasti akan ikut, atau sebaliknya, Nessa akan melarangnya. Hati Rizal menjadi Risau, mengingat janjinya pada Abidazar dan Hussein.Rizal melirik jam tangan. Sebentar lagi, waktu pulang sekolah anak-anak. Tiba-tiba Rizal panik, mengingat perintahnya pada Abidzar dan Hussein tadi malam. Ia langsung melompat turun dari pembaringan, berinisiatif untuk menjemput mereka dan membatalkan perintahnya tadi malam. Bisa runyam ak
Read more

Jalani Saja Dulu

Arjuna merekam baik-baik apa yang Abidzar katakan tadi. Hatinya mulai berontak. Bukankah selama ini ia sudah cukup baik, memberi Rizal dan Ibunya tempat tinggal. Separuh kebutuhan rumah ia yang membayar. Memberi uang tak pernah telat pada Bu Erna untuk membantu biaya kehidupan mereka sehari-hari. Ia tak mempermasalahkan Rizal dari saat ia bekerja dulu sampai beristri dua yang tak pernah tahu soal pengeluaran listrik dan air mereka dalam sebulan.Bisa-bisanya Rizal memfitnah dirinya sebagai pemilik rumah. Arjuna mengepalkan tangan dan  jemarinya sendiri, berusaha supaya amarahnya tidak meledak di depan Lily.Bukan hal itu saja yang membangkitkan geram di hati Arjuna, melainkan ajaran yang ia berikan pada kedua anaknya yang masih polos. Arjuna merasa Rizal sudah mati rasa pada anaknya sendiri. Jika tidak, mana mungkin ia mengajarkan hal buruk pada kedua anaknya. Ayah mana yang ingin melihat anak memiliki kpribadian yang buruk. Mungkin hanya Rizal seorang.Lil
Read more

Alasan Nessa Kembali

Di kamar lain, Rizal membolak-balikkan tubuhnya dengan gelisah di tempat tidur. Bukan tanpa sebab, sejak tadi ia mendengar suara anak-anaknya menangis, walaupun tidak terlalu keras, namun sampai juga di telinganya. Suara tangisan itulah yang membuat ia tidak bisa berhenti menduga. Apakah kedua anaknya menangis karena menjalankan perintahnya, atau karena di marahi oleh Lily?Jika mereka menangis karena menjalankan perintahnya, matilah dia. Karena sejak kedatangan Nessa, ia sudah berniat membatalkan rencana mereka. Ia yakin, Nessa tak akan mengijinkan.Tapi, kalaupun mereka berdua menangis karena dimarahi oleh Lily, pasti tetap ada hubungan dengan perintahnya. Semakin banyak pertanyaan di kepala Rizal, semakin gelisah pula dirinya di tempat tidur.Tok ... tok ... tok ...Rizal mendadak meriang mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia yakin, itu pasti  Lily, datang untuk memarahi dan memakinya habis-habisan. "Bukain, Nes!" perintahny
Read more

Setelah Terusir

Nessa mengikuti langkah Rizal menuju kamar dengan tergesa-gesa. Sampai di kamar, Rizal yang kesal langsung membuka lemari, kemudian menarik dan menghempas semua pakaian yang ada ke lantai. "Ini! Kamu masukin semuanya ke dalam tas! Semua ini gara-gara kamu!" ucapnya sambil terus menurunkan pakaian mereka dengan kasar."Mas! Kok semua gara-gara aku? Pelan-pelan kenapa sih?" ucap Nessa tak terima, sambil memungut satu persatu pakaian yang berceceran."kenapa dari awal datang, kamu enggak cerita kalau kamu sudah dipecat?""Apa hubungannya antara aku dipecat sama kamu diusir, Mas?" Nessa berbicara nyaring."Ya, kalau aku tahu kamu sudah enggak kerja lagi, aku enggak bakal nyanggupin pergi hari ini juga!" jawab Rizal sengit. "Salahmu sendiri, Mas! Kenapa enggak berusaha membujuk kakakmu yang sombong itu!""Uh!"Rizal menghempas pakaian terakhir dari lemari mereka kuat-kuat untuk menumpahkan kekesalannya."Sekarang ki
Read more

Pusing Sendiri

Selepas tidur siang, Abidzar dan Hussein mencari keberadaan ayah mereka. Mereka langsung menuju ke kamar Rizal. Melihat tidak ada siapa-siapa, mereka berdua pergi ke kamar ibu mereka. Setelah mengetuk pintu, keduanya masuk dan Abi langsung bertanya,"Ma, Papa kemana? Kok enggak ada di kamarnya?""Papa ... mungkin ... mungkin Papa pergi sama Tante Nessa, Nak!" jawab Lily."Memangnya, Tante Nessa tadi ada, Ma?" Lily mengangguk. Wajah Abi dan Husen langsung berubah sedih. Bila ada Nessa, Rizal langsung melupakan mereka berdua."Ma! Besok ... papa jadi, kan? Ngajak kita ke Trans Studio?" Lily menatap anaknya bergantian. "Papa enggak ada ngomong apa-apa tadi sebelum pergi, Sayang?""Emang Papa pergi kemana sih, Ma? Lama enggak ya?" Abi mulai resah."Enggak tahu juga. Coba Abi sama Husen periksa lemari Papa. Kalau bajunya enggak ada, berarti Papa perginya lama," perintah Lily akhirnya karena bingung mau menje
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status