Beranda / Romansa / Main Cantik / Pusing Sendiri

Share

Pusing Sendiri

Penulis: Risma Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selepas tidur siang, Abidzar dan Hussein mencari keberadaan ayah mereka. Mereka langsung menuju ke kamar Rizal. Melihat tidak ada siapa-siapa, mereka berdua pergi ke kamar ibu mereka. 

Setelah mengetuk pintu, keduanya masuk dan Abi langsung bertanya,

"Ma, Papa kemana? Kok enggak ada di kamarnya?"

"Papa ... mungkin ... mungkin Papa pergi sama Tante Nessa, Nak!" jawab Lily.

"Memangnya, Tante Nessa tadi ada, Ma?" 

Lily mengangguk. Wajah Abi dan Husen langsung berubah sedih. Bila ada Nessa, Rizal langsung melupakan mereka berdua.

"Ma! Besok ... papa jadi, kan? Ngajak kita ke Trans Studio?" Lily menatap anaknya bergantian. 

"Papa enggak ada ngomong apa-apa tadi sebelum pergi, Sayang?"

"Emang Papa pergi kemana sih, Ma? Lama enggak ya?" Abi mulai resah.

"Enggak tahu juga. Coba Abi sama Husen periksa lemari Papa. Kalau bajunya enggak ada, berarti Papa perginya lama," perintah Lily akhirnya karena bingung mau menje

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Main Cantik   Tempat Tinggal Baru

    Keesokan harinya, Rizal dan Nessa kembali melanjutkan mencari rumah sewaan. Seseorang menunjukkan bahwa ada satu kamar yang kosong berupa bangsalan, tapi posisinya sedikit masuk gang."Bagaimana, Nes? Aku sudah capek nyari dari kemaren?" Rizal mengusap wajah putus asa. Nessa memasang wajah kecewa."Udah! Aku mau ambil aja. Kalau kamu enggak mau ikut, Aku enggak maksa. Daripada bikin masalah!"Rizal memutuskan untuk menuju pada alamat, yang ditunjuk oleh orang tempat mereka bertanya tadi. Setelah menemui pemilik bangsalan, Rizal menurunkan semua barang miliknya.Nessa masih enggan turun dari mobil. Tapi, apa boleh buat. Walaupun terpaksa, ia ikut menurunkan barangnya juga. Nessa melihat ke sekeliling dengan perasaan gelisah. Pemilik bangsalan membukakan pintu untuk mereka dan menyerahkan kunci."Mas, kamu yakin tinggal di sini?" tanya Nessa sambil memasukkan tasnya ragu-ragu."Kalau bukan di sini, mau di mana lagi?" tanya Rizal.

  • Main Cantik   Tak Mengerti

    "Biarlah, anak-anak nanti menjadi tanggung jawabku! Doakan aja usaha ini berjalan lancar, sama seperti waktu usahaku yang dulu mendadak kutinggalkan," ucap Lily berusaha tersenyum."Tapi kan, Ly! Kamu sekarang istriku. Aku juga dosa kalau enggak nafkahin kamu. Memang tidak ada kewajiban ayah tiri menafkahi anaknya. Tapi , aku ingin menafkahi keponakanku sendiri, karena ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu saudaraku," ucap Arjuna memberi alasan yang memang sangat logis. Lily diam mencerna ucapan Arjuna."Nafkahi aku sewajarnya saja, Juna. Cukup kasih aku buat biaya makan kita sehari-hari aja," jawab Lily masih merasa tak enak hati."Ya sudah. Makanya kamu pegang aja ini, beli saja apa yang dibutuhkan," Arjuna kembali memberikan kartu ATM ke tangan Lily."Juna ... tolong jangan membebani aku! A-aku merasa enggak pantas memegang ini. Aku kan, hanya menjadi istrimu di depan orang-orang saja. Selama berdua, kita enggak pernah melakukan sesuatu

  • Main Cantik   Suntikan Semangat

    Setelah seminggu tinggal di rumah sewaan yang sempit, barulah Rizal menjemput ibunya untuk ikut tinggal bersama mereka. Ia pergi menjemput pagi-pagi sekali, sebelum berangkat kerja.Sampai di rumah Arjuna, Rizal enggan untuk turun dan menginjak rumah kakak dan mantan istrinya tersebut. Rizal hanya menelpon ibunya dan mengatakan bahwa ia menunggu di mobil saja. Bu Erna setuju saja, karena sesungguhnya dia juga takut terjadi perkelahian lagi bila Rizal dan Arjuna bertemu masih dalam keadaan sama-sama emosi."Juna, ibu pergi ya," pamitnya pada Arjuna yang sedang bersiap-siap sarapan. Tadi Bu Erna sarapan lebih dulu."Iya. Hati-hati ya, Bu. Pintu rumah ini selalu terbuka untuk ibu kapan saja," ucap Arjuna sambil meraih tangan Bu Erna dan menciumnya Takdzim. Bu Erna hanya mengangguk sambil tersenyum. Pada Lily ia hanya mengulurkan tangan, tanpa ucapan.Lily dan Arjuna mengantar Bu Erna sampai pintu depan. Arjuna dan Rizal saling bersitatap sejenak,

  • Main Cantik   Siapa dan Mau Apa Mereka?

    Sementara Lily kembali ke dalam rumah sambil menatap jari-jemarinya yang di jadikan alat praktek oleh Arjuna tadi. Bibirnya menyungging senyum, entah senyum bahagia atau senyum malu. Yang jelas, ia tidak merasa keberatan atas perlakuan dan permintaan Arjuna tadi.Setelah merapikan bekas sarapan, Lily langsung meraih kontak motor dan menjalankan kendaraan kesayangannya tersebut, menuju ke ruko yang kurang lebih seminggu ini menjadi tempat kerjanya yang baru. Hari ini sepanjang jalan hatinya terasa riang.Lily dan Arjuna memang tidak pernah berangkat bersama saat pagi, karena lokasi warung makannya dan perusahaan tempat Arjuna bekerja tidak satu arah.***Malam hari setelah anak-anak tidur, Lily bersiap-siap untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar yang ia inginkan.Baru saja tangannya bergerak untuk menurunkan beberapa lembar baju, tiba-tiba Arjuna mengeluarkan suara seperti mengigil dari tempat tidurnya.Lily menurunkan ta

  • Main Cantik   Saat Sesal Mulai Menyapa

    "Maaf ibu-ibu, ada apa ini? Kok tahu nama saya?" tanya Bu Erna makin tak mengerti."Loh?" Mereka yang berada di tempat saling bertukar pandang."Itu! Tulisan yang di situ, nama ibu kan?" telunjuk salah seorang di antara mereka tertuju ke dinding di dekat pintu bangsalan mereka. Bu Erna beringsut keluar untuk membaca tulisan di sebuah kertas yang menempel di dinding. LOUNDRY 'BU ERNA' Murah Meriah Cuci saja = Rp 4000/kg Cuci lipat = Rp 5000/kg Cuci lipat setrika= Rp 6000/kg CUCI, JEMUR, SETRIKA, LIPAT, ANTAR! PROSES CEPAT DAN DIJAMIN WANGI."Apa-apaan ini?" Bu Erna ingin memberon

  • Main Cantik   Mulai Merasa Nyaman

    Siang harinya, Bu Erna tidak bisa beristirahat dengan tenang, karena harus membolak-balik jemuran supaya cepat kering. Setelah kering, lengannya yang masih terasa sakit, ia paksakan untuk menggosok. Berkali-kali dia beristirahat untuk mengurut lengannya. Tepat sebelum waktu magrib tiba, semua pekerjaannya beres. Kemudia Bu Erna mengantar semua baju ke tuannya masing-masing dengan membawa nota.Semua yang menerima hasil kerja Bu Erna tersenyum dan berkata mereka puas dengan hasil kerjanya. Sebagian dari mereka sudah berpesan dua hari lagi, mereka akan mengantar cucian kembali.Bu Erna tersenyum getir mendengar ucapan mereka. Sungguh ia tak tahu, apakah harus bersyukur atau bersedih, karena rejeki dari mereka adalah penderitaan untuknya.Sebelum waktu maghrib tiba, Bu Erna ingin merenggangkan otot-ototnya sebentar. Ia berbaring di ambal kecil tempatnya tidur semalam. Baru dua hari hidup di rumah kontrakan bersama Rizal dan Nessa, Bu Erna mulai me

  • Main Cantik   Kangen Papa

    "Juna! Kok, malah tidur di sini juga?" Lily panik saat Hussein memanggilnya subuh-subuh. Arjuna tak bergerak. Karena tidur kemalaman, semakin mendekati subuh tidurnya juga semakin nyenyak.Lily kembali menempelkan telapak tangannya ke kening Husen. Demamnya makin tinggi."Pa ... paaa!" Husen mengigil seperti memanggil Papa, tapi tidak jelas. Lily menjadi cemas. Tak biasanya Husen sakit memanggil Papa.Lily membungkus tubuh Husen dengan selimut tebal. Badannya panas, namun ia seperti merasa kedinginan. Ingin sekali Lily membangunkan Arjuna. Tapi menatap wajahnya yang sangat pulas hanya beralaskan ambal, Lily jadi tidak tega. Hatinya malah tergerak untuk merapikan selimut Arjuna saja.Lily beranjak untuk mengambil obat penurun panas berupa syrup, dan air minum untuk Husen. Tak lupa ia membawa serta baskom kecil berisi air hangat untuk mengganti air kompresan."Husen, minum dulu obatnya, ya?"Hussen yang masih mengantuk mengangguk k

  • Main Cantik   Talak

    Saat Arjuna keluar, Dokter yang akan memeriksa Husen datang. Ia melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan."Udah berapa hari, demamnya?""Dua hari, Dok!""Saya liat di riwayat pasien, sebelumnya anak ibu sebelum ini, pernah berobat kesini dan ada gejala tipes?" tanya dokter memastikan.Lily diam sebentar, mengingat dulu memang mereka membawa Abidzar dan Husen kesini. Awal yang membuat Lily dan Arjuna terperangkap dalam pernikahan mereka saat ini."Benar, Dok!" jawab Lily pelan."Untuk mengetahui positif tipes, baru bisa dipastikan setelah tiga hari pasien mengalami demam. Namun karena suhu tubuh anak ibu tinggi, maka kami anjurkan anak ibu untuk dirawat inap!" ucap Dokter tersebut menjelaskan."Lakukan saja yang terbaik, Dokter!" Tiba-tiba Arjuna muncul dari luar."Baik! Kalau begitu, secepatnya diurus ke administrasi supaya cepat mendapatkan ka-mar. Ar-ju-na?"Di akhir kalimat, mendadak Dokter t

Bab terbaru

  • Main Cantik   Akhir Sebuah Cerita

    "Waduh!" Rizal garuk-garuk kepala."Ta-pi, saya bukan suaminya, Mbak," tolak Rizal."Oh, Maaf! Suaminya kemana?""Suaminya di tempat kerja. Hapenya ketinggalan, tapi, nanti ada ibu saya datang dampingin," jelas Rizal. Perawat akhirnya mengerti. Rizal kembali menelpon ibunya yang tak kunjung tiba. Tapi tak di angkat-angkat. Beberapa saat kemudian, wajah Rizal berubah cerah saat Bu Erna sudah tiba di pintu ruang bersalin.Rizal segera membawa Ayezha menjauh, dan Bu Erna langsung masuk dan mendekat pada Lily, yang mulai mengejan. Ia langsung memegang tangan Lily dan menyapu bulir keringat yang menempel di dahinya."Oooeeek ... oeeeek ...."Karena ini pengalaman ke empat kalinya Lily melahirkan, tak perlu waktu lama mengejan, terdengar suara tangis bayi. Lily langsung terkulai lemas. Bayi yang sangat mungil karena lahir di bulan ke tujuh itu diangkat oleh perawat untuk dibersihkan. Bu Erna sendiri, membantu membersihkan anggota

  • Main Cantik   Semua Atas KehendakNya

    Rizal mengangkat wajahnya pelan-pelan mengikuti arah ekor mata Lily, melirik-lirik pada pasien yang mengisi di satu bagian ruangan mereka."Iya. Kayaknya iya!" jawab Rizal setengah berbisik juga.Mereka semua penasaran apa yang terjadi dengan Nessa. Kenapa yang menjaganya bukan ayah atau ibunya. Kenapa dia didampingi oleh dua orang asing yang sebaya dengan mereka? Nessa sendiri begitu menatap mereka dengan tatapan kosong. Seolah mereka tidak pernah saling mengenal.Rizal jadi penasaran. Arjuna pun mendukungnya untuk mendekat. Nampaknya ia juga sangat penasaran. Begitu wanita yang ikut menjaga Nessa tadi keluar, Rizal mewakili mereka semua mendekat."Permisi Pak. Dia Nessa kan?""Iya," jawab lelaki tadi singkat sambil menoleh."Dia sakit apa? Perempuan yang tadi disini siapanya? Ibu sama Bapaknya kemana?" Rizal memberondong lelaki tersebut dengan pertanyaan beruntun."Oh, tadi itu istri saya. Orang tuanya Nessa meninggal sa

  • Main Cantik   Jumpa Mantan

    Arjuna mandi secepat kilat. Rengekan Ayezha memanggil-manggil dari luar memaksanya buru-buru untuk menyelesaikan mandinya.Baru keluar dari kamar mandi, Ayezha sudah menunggunya di pintu. Alhasil, masih menggunakan handuk ia mengangkat dan membawa Ayezha duduk di pangkuannya."Papa pakai baju dulu ya, sama mama dulu ya?" bujuk Arjuna. Ayezha menggeleng, ia malah berpegangan erat di leher Arjuna.Arjuna memandang istri dan anaknya bergantian dengan gemas. Lily tertawa senang melihat wajah Arjuna yang lucu, menghadapi tingkahnya dan Ayezha. Tiba-tiba ponsel Arjuna berdering. Panggilan dari Bu Erna."Assalamu'alaikum Bu ....""Wa'alaikumsallam, Juna. Ibu mau ngabarin, istrinya Rizal sudah melahirkan," ucap Bu Erna langsung."Alhamdulillah, ini di mana sekarang, Bu?""Masih di rumah sakit," jawab Bu Erna."Oh, Ya Bu! Sebentar kami ke sana ya, Bu ... mau dibawakan apa?" suara Arjuna terdengar bersemangat."E

  • Main Cantik   Semua Ada Masanya

    "Ngomong apa sih, Mas? Iya. Sejak ketemu Rizal tadi, hatiku berubah. Berubah makin saayaaang sama suamiku yang luar biasa dan baik hati ini. Peduli sama adeknya yang dulu cuma bisa nyusahin dia aja," jawab Lily manja membuat Arjuna tersenyum bahagia."Bagaimanapun, dia adekku. Dalam tubuh kami ada aliran darah yang sama kan? Walaupun beda ibu? Seburuk-buruknya Rizal, sifat baiknya yang kuacungi jempol itu sayang sama ibu. Coba kamu ingat, pernah enggak Rizal berbicara kasar sama ibu? Enggak pernah kan? Meskipun dulu dia berlebihan sampai ngabaikan istrinya karena patuh sama ibu. Tapi kalau dulu dia enggak begitu, bisa jadi yang duduk di sampingku hari ini bukan kamu. Iyakan?"Arjuna bertanya sambil melirik pada Lily yang mengangguk sambil memandangnya penuh cinta. Kekagumannya atas kebijakan Arjuna bertambah besar."Ternyata memang semua ada sisi baik dan hikmahnya ya," gumam Lily begitu Arjuna mulai menjalankan kendaraan mereka."

  • Main Cantik   Kekhawatiran Arjuna

    Sesaat kemudian Rizal seperti tersadar akan sesuatu, lalu melangkahkan kaki masuk ke dapur untuk mengangkat menu makanan keluar.Lily merasa bersalah melihat tatapan Rizal. Arjuna memperhatikan perubahan raut wajah Lily, seperti gelisah. Ia menarik Lily menjauh sebentar."Kamu merasa bersalah, ya?" tanya Arjuna. Lily hanya diam. Ia sendiri tak tahu kenapa ia harus merasa bersalah."Minta maaflah pada Rizal. Atas kebohonganmu selama jadi istrinya dulu. Bagaimanapun, yang namanya bohong apalagi saat itu dia berstatus suamimu, tetaplah dosa," ucap Arjuna lembut. Lily hanya diam. Ia ragu dan takut. Lily masih saja berpikir, Rizal masih sama seperti yang dulu."Ly! Euumm, boleh aku ngomong sebentar?" tiba-tiba Rizal muncul dari belakang.Arjuna langsung masuk meninggalkan Lily dan Rizal yang duduk di kursi pel Keduanya duduk berhadapan. Jantung Lily berdegup kencang. Ia berpikir pasti Rizal akan menanyakan soal kebohongannya.

  • Main Cantik   Ternyata Ini yang Mereka Sembunyikan

    "Mas, kenapa sih aku enggak boleh ke ruko lagi? Mbak Fi juga kayaknya takut banget aku ke sana? Kenapa?" Lily mencoba kembali memancing pembicaraan setelah penolakan Mbak Fi sebulan yang lalu."Enggak apa-apa. kan aku sudah bilang, alasannya. Aku pengen kamu cepat hamil. Enggak perlu capek-capek lagi," Arjuna bersikukuh dengan alasan lamanya."Yaelah! kalo ke sana kan nengok doang, gak ngapa-ngapain! Gak capek. Gak ngaruh, Mas!" protes Lily."Pokoknya enggak boleh!""Kalau aku sudah hamil, baru boleh berarti ya?" tanya Lily. Arjuna diam, nampak masih enggan mengiyakan. Lily jadi makin penasaran melihat tingkah laku suaminya."Maaaas! Kalau sudah hamil, jangan kurung aku lagi, ya!" Lily mulai merengek."Heeeeeemmm. Hamil aja dulu!" Arjuna akhirnya mulai tak tega mendengar rengekan Lily."Bener, Mas?" Lily berbalik menatap suaminya. Arjuna hanya menaikkan alis sebagai jawaban."Mas. Liat deh!" Lily mengambil ses

  • Main Cantik   Keanehan Mbak Fi

    Tiga minggu berlalu begitu cepat.Lily bersiap tidur mengenakan piyama lengan panjang. Ia menyusun bantal seperti biasanya. Arjuna masih menggosok gigi di kamar mandi.Setelah semuanya beres, Lily memilih-milih kaset yang sudah hampir semuanya ditonton."Yaaaah!"Suara Lily terdengar kecewa."Kenapa?" tanya Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi."Ngadat semua kasetnya! Padahal tinggal ini aja yang belum diputar. Besok kita cari kaset-kaset baru yang banyak, ya!" ucap Lily.Arjuna diam saja, tak menjawab. Lily menuju pembaringan, sambil membuka ponsel ia berbaring. Jari-jarinya langsung berselancar di youtube. Tiba-tiba Arjuna berbaring dan langsung merampas ponsel Lily."Mau ngapain?" ucapnya sambil meletakkan kembali ponsel Lily di dekatnya."Mau cari tontonan. Kan kasetnya rusak, besok kita cari lagi kaset baru, ya?" sahut Lily sambil bertanya."Enggak perlu! Mulai sekarang sebelum

  • Main Cantik   Menahan Diri

    Arjuna menurut saja pada ajakan Lily. Begitupun saat Lily memaksanya duduk sambil menatap wajahnya."Jadi, dulu itu aku melakukan sterill enggak dipotong. Cuma diikat, dan masih bisa dibuka lagi," terang Lily membuat Arjuna sangat terkejut."Emang bisa?" Arjuna menampakkan ketidakpercayaan."Kenapa enggak? Jaman udah semakin canggih. Tubektomi yang kulakukan hanya sebatas menutupi saluran indung telur kanan dan kiri supaya tidak terjadi pembuahan, jadi masih bisa dibuka. Prosedur membuka ikatan itu namanya anastomosis tuba, yaitu menggabungkan bagian saluran indung telur yang masih sehat," terang Lily sambil mengingat ucapan Dokter yang membantunya beberapa tahum silam.Arjuna menatap Lily penuh rasa syukur. Tetapi sesaat kemudian senyumnya meredup. "Tapi, apa enggak ada resiko kalau dibuka lagi ? Kalau membahayakan kamu, sebaiknya enggak usah. Kita sudah punya Husen dan Abi. Aku enggak masalah punya anak tiri aja. Bukankan selama aku ja

  • Main Cantik   Surprise Untuknya

    Setelah Rizal keluar, Arjuna langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia tak ingin Rizal kembali mengusik mereka berdua. Arjuna merasa tak tega, melihat Lily selalu menangis bila berurusan dengan Rizal.Di luar kamar mereka, Rizal serasa tak mampu melangkah. Tulangnya seperti tak mampu menopang tubuh. Rizal bergeser dari pintu kamar Arjuna dan Lily, untuk bersandar di dinding. Ia meremas dadanya yang terasa sakit luar dalam. Berkali-kali ia menyapu matanya yang kabur, karena aliran air mata yang tak mampu dibendung.Rizal baru tahu rasa dan arti sebuah kehilangan, setelah hartanya yang paling berharga kini dalam genggaman orang yang tepat. Dia tak lagi memiliki alasan untuk memintanya kembali.Menyesalkah dia? Sangat! Tapi, kini Rizal sadar. Sesal tinggallah sesal. Mungkin memang sudah tiba waktu dan garis jodohnya dengan Lily terputus, dan tak bisa disambung lagi. Jodoh mereka sudah habis, tak akan bisa ia paksakan untuk bersatu lagi.Bu Erna mengha

DMCA.com Protection Status