Home / Romansa / Main Cantik / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Main Cantik: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Pesan yang Aneh

"Ju-na mi-num," suara Bu Erna sangat lemah memanggil Arjuna yang sejak tadi hanya melamun. Arjuna langsung berdiri, dan membantu ibunya yang belum bisa duduk dengan sempurna, mendekatkan botol minum dan menempelkan sedotan ke mulut ibunya.Setelah itu, ia kembali duduk termenung. Pikirannya tak bisa lepas dari bayangan Rizal, yang malam ini satu kamar dengan Lily di sana. Jika saja Arjuna tahu, bahwa Bu Erna akan masuk rumah sakit juga, dia akan memilih diletakkan di ruang kelas III saja. Biar saja banyak bergabung dengan pasien lain. Namun sudah terlanjur. Sebelumnya, Arjuna yang pada dasarnya tidak menyukai keributan memilih kamar VIP, untuk Husen. Maksud hati supaya lebih nyaman dan tidak bergabung dengan siapa pun. Ternyata malah pilihannya membuat ia menjadi was-was. Arjuna menatap Bu Erna yang mulai tertidur. Arjuna menyibak tirai pembatas antar pasien. "Bu, saya titip ibu saya sebentar, ya. Saya keluar sebentar ada keperluan. Tidur sih, orangn
Read more

Cemburu?

Arjuna mencoba kembali memejamkan mata dan membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Baru saja ia ingin terlelap, pertugas medis datang untuk mengecek suhu tubuh dan lainnya terhadap Bu Erna.Arjuna kembali duduk, memberikan ruang untuk perawat berdiri. Setelah perawat tersebut keluar, Arjuna kembali merebahkan dirinya. Tapi matanya yang tadi mulai mengantuk, malah kembali segar. Pikirannya kembali terganggu, membayangkan keadaan di kamar Lily, dimana Rizal membantunya mengurus Husen.Membayangkan mereka berdua bekerjasama, ada rasa tak rela di hati Arjuna. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.  Hanya bisa berharap hari esok cepat datang, supaya Rizal cepat kembali ke kamar Bu Erna setelah ia pulang. Jika Rizal menjaga Bu Erna, hatinya sedikit tenang. ***Arjuna melirik jam tangannya. Sampai mendekati pukul 04.00 subuh, Arjuna tak bisa memejamkan mata. Ia bangun dan mengenakan kembali jaket yang  dijadikan bantal.Arjuna benar-benar tidak bisa
Read more

Hanya Kasihan, Katanya

Arjuna : " kamu kemana aja, Liz? Kenapa pergi tanpa pamit? Aku selalu mencari keberadaanmu."Arjuna terlihat menunggu jawaban.Dokter Liza : "sekarang, kamu sudah menikah."Arjuna : "Aku terpaksa menikahi dia. Kasihan!"***Rekaman Video durasi singkat yang menampilkan Arjuna dan Dokter Liza dengan posisi saling berhadapan tersebut, terus menghantui pikiran Lily. Hatinya terasa nyeri, bukan karena Arjuna dan Dokter Liza yang berbicara. Tapi karena kata terpaksa dan kasihan yang meluncur dari mulut Arjuna.Lily sadar, memang tidak bisa memaksakan perasaan. Tapi Lily juga tidak pernah meminta Arjuna berpura-pura baik padanya. Kebaikan Arjuna yang membuat ia mulai terbiasa bergantung. Seandainya saat ini dia sedang berada di rumah, mungkin dia akan menangis sejadi-jadinya di depan Arjuna. Sakit hati yang ia rasakan kali ini, lebih besar daripada sakit yang ia rasa saat Rizal memiliki niat mendua. Saat Rizal mengutarakan
Read more

Hilang Ketenangan

Sore harinya, Arjuna pulang kerja menuju rumah dengan lesu. Semangat hidupnya benar-benar hilang, karena sejak pagi, tak satu pun ada pesan WA yang masuk berasal dari Lily. Lama Arjuna mematung memegang tasnya di depan pintu. Biasanya, selalu  suara Abidzar dan Hussein yang ia dengar pertama kali memasuki rumah.Arjuna melangkahkan kakinya pelan melewati pintu. Ia melatakkan tasnya begitu saja di ruang tamu. Pertama kali yang ia tuju adalah kamar Abi dan Husen. Arjuna termangu sebentar di depan pintu kamar mereka. Kemudian ia meraih sapu, membersihkan kamar mereka berdua sebentar. Tujuan keduanya adalah kamar Lily. Ia juga melakukan hal yang sama di kamar tersebut. Hanya saja, setelah selesai menyapu, Arjuna memilih untuk langsung berbaring di bantal Lily lagi. Ponselnya berdering. Rizal memanggil."Jam berapa ke rumah sakit? Hussen dari tadi sudah memanggil-manggil aku terus. Aku capek bolak-balik kamar yang jauhan," terdeng
Read more

Salah Paham

Arjuna tiba di rumah dengan tubuh menggigil kedinginan. Udara malam itu dinginnya terasa menusuk hingga ke tulang. Setengah membanting pintu mobil, ia melangkah menuju pintu rumahnya. Pikiran Arjuna benar-benar kacau.Setelah mengunci pintu, Arjuna langsung menuju kamarnya sendiri. Ia berhenti sebentar, saat melintas di depan pintu kamar Lily. Jika sebelumnya ia selalu memilih kamar Lily untuk beristirahat, tidak dengan malam ini. Melihat pintu kamarnya saja, membuat hati Arjuna terasa nyeri.Arjuna langsung menuju kamarnya sendiri untuk menuangkan segala rasa yang membuncah di dada. Arjuna mendengar ponselnya berdering. Ia yakin itu pasti panggilan dari Rizal. Rizal pasti akan marah, karena ia pulang mendadak. Arjuna menatap layar, dan dugaannya tidak salah. Ia membiarkan saja panggilan terulang beberapa kali sampai deringannya berhenti sendiri.Arjuna merasa kepalanya sakit luar biasa. Ia menarik selimut dan memaksa matanya terpejam. Tapi, bukannya tertidur, t
Read more

Resah dan Gelisah

Dua hari kemudian, Husen sudah di perbolehkan kembali ke rumah. Lily sangat bersyukur. Tangannya langsung merogoh ponsel, ingin memberi kabar bahagia tersebut pada Arjuna. Tapi, saat menemukan kontaknya, senyum Lily kembali pudar. Bukankah ia sudah bertekad untuk tidak merepotkan Arjuna lagi. Kenapa harus memberi kabar? Bukankah sudah beberapa hari ini mereka tidak saling bertukar kabar? Arjuna juga seperti tidak perduli. Tidak ada satu pesanpun darinya dalam dua hari terakhir.Akhirnya Lily mengurungkan niat awalnya. Tangannya berubah mencari icon grab car. Ia berpikir, sebaiknya ia pulang sendiri saja. Mungkin Arjuna juga sedang bekerja saat ini.Dalam perjalanan pulang, Lily meminta Driver grab untuk berbelok menuju ruko, untuk menjemput Abidzar. Tentu saja ia menambah ongkos karena beda arah dengan tujuan awal ia memesan tadi.Abidzar menyambut kedatangan ibunya dengan riang. Lily masuk sebentar untuk berbicara dengan Mbak Fi."Mbak, sepe
Read more

Cekcok

Sudah tiga hari, Arjuna dan Lily sama-sama menyiksa diri. Tanpa senyum, tanpa sapa. Saat bertemu atau berpas-pasan saling menghindar. Namun beberapa saat tak saling melihat, sama-sama resah. Tapi ego juga membuat mereka berdua sama-sama enggan, untuk memulai pembicaraan.Seandainya di rumah mereka tidak ada Abidzar dan Hussein tempat mereka mengeluarkan suara, mungkin  suara kecoak berjalan pun, akan terdengar jelas.Hari ke empat, Lily sudah tak tahan. Pagi-pagi sekali, ia sudah mengantar kedua anaknya ke sekolah. Ia sengaja menyuruh mereka berdua untuk sarapan di kantin sekolah saja. Setelah itu ia buru-buru pulang.Lily berdiri sebentar di depan pintu. Ia menyiapkan hati, untuk mendengar apapun yang akan keluar dari mulut Arjuna.Setelah dirasa cukup tegar, ia melangkah langsung ke dapur. Duduk di meja makan menanti Arjuna sarapan. Walaupun mereka sedang marahan, tapi Lily tidak melupakan kewajibannya memasak. Arjuna pun tidak pernah menolak makan
Read more

Cemas

Lily tidak menginginkan keperduliannya? Lily tidak menginginkan lagi bantuannya? Ah! Arjuna merasa sakit sekali mengingat kalimat itu. Arjuna tak habis pikir, kenapa sampai saat ini Lily tidak bisa merasakan ketulusan dalam sikapnya? Mungkinkah semua itu karena selama ini Lily juga berpura-pura? Hanya berpura-pura senang menerima setiap perlakuan Arjuna?Arjuna menarik napas panjang, kemudian mulai menjalankan kendaraannya menuju tempat kerja. Sampai di lokasi kerjapun, Arjuna tidak bisa berkonsentrasi.Akhirnya ia memutuskan, untuk ijin meninggalkan pekerjaan setelah zuhur, dengan alasan sakit. Setelah keluar dari lokasi kerjanya, Arjuna menjalankan kendaraan pelan. Ia tak tahu harus melangkah kemana. Rasanya ia ingin pergi yang jauh, tapi tak tahu kemana. Arjuna tidak memiliki tujuan pasti.Untuk pulang ke rumah, Arjuna belum siap untuk bertemu Lily. Arjuna belum siap melanjutkan pembicaraan yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Arjuna juga masih kesal dan
Read more

Galeri Arjuna

Beberapa saat usai penusukan terjadi,setelah kedua pelaku melarikan diri, warga yang berkerumunan memberikan pertolongan pertama pada Arjuna yang mengalami luka tusuk. Beberapa warga juga menolong Rizal yang juga tak sadarkan diri. Warga bergotong-royong mengangkat mereka berdua ke dalam mobil. Dua orang warga, mengantarkan Arjuna dan Rizal ke rumah sakit, menggunakan mobil Arjuna. Di dalam mobil Bu Erna merasa sangat bingung. Ia berada di tengah-tengah kedua anaknya, yang sama-sama tak sadarkan diri. Begitu tiba di rumah sakit, mereka segera di bawa ke ruang UGD. Rizal dan Arjuna sudah sama-sama di tangani oleh petugas medis. Luka tusuk yang di alami Arjuna terjadi di bagian perut. Petugas medis memberikan tindakan klinis pada Arjuna. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah  memastikan apakah dia bernapas, dan bagaimana pendarahan yang terjadi.Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, pada Arjuna perlu dilakukan tindakan operasi, karena
Read more

Tak Sabar

Tapi, tiba-tiba wajah Lily kembali sendu, mengingat video yang dikirim oleh nomor tak dikenal saat ia menjaga Hussein di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Lily langsung mencari-cari nama kontak. Namun tak satupun dari kontaknya ada yang bernama Liza, atau yang mendekati nama tersebut.Lily juga tidak menemukan namanya di deretan kontak ponsel Arjuna. Lily mencoba melakukan panggilan ke nomornya sendiri, dan senyumnya merekah lagi, melihat nama 'Istriku' muncul di layar ponsel Arjuna setelah ponselnya di dalam tas berdering. Hatinya mulai berbunga. Sejenak ia lupa pada masalah mereka beberapa hari sebelumnya. Tanpa sadar, Lily tersenyum sendiri sambil menempelkan ponsel Arjuna di dadanya. Ada rasa yang tidak bisa ia artikan, perlahan menelusup di relung hati yang semula penuh curiga dan amarah. Lily tersentak, saat tangan seseorang menyentuh pundaknya yang sedang duduk mendekap ponsel Arjuna."Ly! Ko malah senyum-senyum sendiri? Di panggil d
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status