Share

Cekcok

Penulis: Risma Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah tiga hari, Arjuna dan Lily sama-sama menyiksa diri. Tanpa senyum, tanpa sapa. Saat bertemu atau berpas-pasan saling menghindar. Namun beberapa saat tak saling melihat, sama-sama resah. Tapi ego juga membuat mereka berdua sama-sama enggan, untuk memulai pembicaraan.

Seandainya di rumah mereka tidak ada Abidzar dan Hussein tempat mereka mengeluarkan suara, mungkin  suara kecoak berjalan pun, akan terdengar jelas.

Hari ke empat, Lily sudah tak tahan. Pagi-pagi sekali, ia sudah mengantar kedua anaknya ke sekolah. Ia sengaja menyuruh mereka berdua untuk sarapan di kantin sekolah saja. Setelah itu ia buru-buru pulang.

Lily berdiri sebentar di depan pintu. Ia menyiapkan hati, untuk mendengar apapun yang akan keluar dari mulut Arjuna.

Setelah dirasa cukup tegar, ia melangkah langsung ke dapur. Duduk di meja makan menanti Arjuna sarapan. Walaupun mereka sedang marahan, tapi Lily tidak melupakan kewajibannya memasak. Arjuna pun tidak pernah menolak makan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Main Cantik   Cemas

    Lily tidak menginginkan keperduliannya? Lily tidak menginginkan lagi bantuannya? Ah! Arjuna merasa sakit sekali mengingat kalimat itu. Arjuna tak habis pikir, kenapa sampai saat ini Lily tidak bisa merasakan ketulusan dalam sikapnya? Mungkinkah semua itu karena selama ini Lily juga berpura-pura? Hanya berpura-pura senang menerima setiap perlakuan Arjuna?Arjuna menarik napas panjang, kemudian mulai menjalankan kendaraannya menuju tempat kerja. Sampai di lokasi kerjapun, Arjuna tidak bisa berkonsentrasi.Akhirnya ia memutuskan, untuk ijin meninggalkan pekerjaan setelah zuhur, dengan alasan sakit. Setelah keluar dari lokasi kerjanya, Arjuna menjalankan kendaraan pelan. Ia tak tahu harus melangkah kemana. Rasanya ia ingin pergi yang jauh, tapi tak tahu kemana. Arjuna tidak memiliki tujuan pasti.Untuk pulang ke rumah, Arjuna belum siap untuk bertemu Lily. Arjuna belum siap melanjutkan pembicaraan yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Arjuna juga masih kesal dan

  • Main Cantik   Galeri Arjuna

    Beberapa saat usai penusukan terjadi,setelah kedua pelaku melarikan diri, warga yang berkerumunan memberikan pertolongan pertama pada Arjuna yang mengalami luka tusuk. Beberapa warga juga menolong Rizal yang juga tak sadarkan diri. Warga bergotong-royong mengangkat mereka berdua ke dalam mobil. Dua orang warga, mengantarkan Arjuna dan Rizal ke rumah sakit, menggunakan mobil Arjuna.Di dalam mobil Bu Erna merasa sangat bingung. Ia berada di tengah-tengah kedua anaknya, yang sama-sama tak sadarkan diri. Begitu tiba di rumah sakit, mereka segera di bawa ke ruang UGD.Rizal dan Arjuna sudah sama-sama di tangani oleh petugas medis. Luka tusuk yang di alami Arjuna terjadi di bagian perut. Petugas medis memberikan tindakan klinis pada Arjuna. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memastikan apakah dia bernapas, dan bagaimana pendarahan yang terjadi.Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, pada Arjuna perlu dilakukan tindakan operasi, karena

  • Main Cantik   Tak Sabar

    Tapi, tiba-tiba wajah Lily kembali sendu, mengingat video yang dikirim oleh nomor tak dikenal saat ia menjaga Hussein di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Lily langsung mencari-cari nama kontak. Namun tak satupun dari kontaknya ada yang bernama Liza, atau yang mendekati nama tersebut.Lily juga tidak menemukan namanya di deretan kontak ponsel Arjuna. Lily mencoba melakukan panggilan ke nomornya sendiri, dan senyumnya merekah lagi, melihat nama 'Istriku' muncul di layar ponsel Arjuna setelah ponselnya di dalam tas berdering. Hatinya mulai berbunga. Sejenak ia lupa pada masalah mereka beberapa hari sebelumnya.Tanpa sadar, Lily tersenyum sendiri sambil menempelkan ponsel Arjuna di dadanya. Ada rasa yang tidak bisa ia artikan, perlahan menelusup di relung hati yang semula penuh curiga dan amarah.Lily tersentak, saat tangan seseorang menyentuh pundaknya yang sedang duduk mendekap ponsel Arjuna."Ly! Ko malah senyum-senyum sendiri? Di panggil d

  • Main Cantik   Seperti ABG Labil

    "Baik, ibu. Kami tinggal ya, pasien jangan diajak terlalu banyak bicara dulu sampai besok. Nanti kami akan kembali lagi untuk memeriksa kondisi pasien," pesan salah satu perawat sebelum meninggalkan mereka. Bu Erna dan Lily mengangguk bersamaan."Bu, sebenarnya Arjuna kenapa Bu?" tanya Lily pelan hampir berbisik di dekat telinga Bu Erna."Tadi, Arjuna ngantar ibu pulang. Sampai di rumah, Rizal dikeroyok oleh dua orang tak dikenal. Arjuna tadi mau membantu Rizal, tapi dia yang kena," jawab Bu Erna setengah berbisik juga.Lily meringis ngeri mendengar penjelasan Bu Erna. Ingin sekali ia mendekat dan memeriksa sendiri luka Arjuna, namun ia masih merasa sungkan dan malu, bila harus mendadak perhatian."Siapa yang ngeroyok, Bu?" tanya Lily antara penasaran dan jengkel, karena membuat kondisi Arjuna seperti itu."Menurut Rizal, mereka teman dari orang yang dulu dipukulnya sebelum dia keluar dari pekerjaannya, Ly! Mungkin bal

  • Main Cantik   Jadi Salah Tingkah

    Tapi Lily merasa senang juga, karena sebenarnya ia memang belum siap untuk berhadapan dengan Arjuna. Lily tersenyum, sambil memandang wajah suaminya yang sudah terlelap. Ia berdiri kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh Arjuna pelan-pelan turun. Ia ingin melihat luka Arjuna. Begitu terlihat, buru-buru Lily menarik selimut Arjuna naik lagi, sambil meringis. Seolah-olah dia ikut merasakan sakit yang ada di tubuh suaminya.Setelah itu, Lily menatap wajah Arjuna lagi sambil tersenyum. Tangannya bergerak menyingkirkan rambut, yang tergerai menutup sedikit bagian wajahnya. Mengganggu pandangannya saja.Wajah Arjuna terlihat kusut. Ingin sekali rasanya Lily membersihkan wajahnya dengan tisu basah. Tapi, Lily takut Arjuna terbangun. Ia akan malu sampai ke ubun-ubun, bila ketahuan memberikan perhatian diam-diam seperti ini.Tanpa sadar, tangan Lily bergerak meraih tangan Arjuna, dan menggenggamnya. Kemudian ia membawa mendekat pada wajahnya. Bebe

  • Main Cantik   Tak Perlu disembunyikan Lagi

    "Jangan nangis dong, Ly. Aku enggak bisa gendong kamu nih," goda Arjuna sambil terkekeh geli, melihat tingkah Lily seperti anak kecil."Kamu suka ngerjain aku. Nyebelin iiihh! Junaaa!" Lily masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil menggeleng."Habis gimana? Aku lebih suka lihat kamu nangis karena kukerjain, daripada kamu nangis karena marah-marah enggak jelas, kaya kemaren," ucap Arjuna membuat Lily langsung diam.Pelan-pelan ia membuka wajahnya dan memberanikan diri menatap Arjuna, dengan mimik yang sudah tak beraturan."Gimana aku enggak marah, kamu jelas-jelas bilang hidup sama aku terpaksa, kasihan!" wajah Lily langsung berubah murung, teringat lagi ucapan Arjuna dalam video tersebut."A-pa? Ka-mu marah karena itu? Kamu di kirimin video ya?" tebak Arjuna langsung. Lily mengangguk dengan wajah masam."Ly! Sini!" Arjuna memintanya lebih mendekat. Lily pun menggeser kursinya."Sini!" Arjuna meminta ia men

  • Main Cantik   Resiko Menikahi Janda

    "Tadi belum selesai jawab, kenapa kok marah sama aku? Habis ketemu mantan pacar, langsung lupa pertanyaan istrinya!" omel Lily.Arjuna malah menatap Lily sambil cengar-cengir. Sungguh ia rindu, melihat Lily marah seperti saat ini. Sudah semingguan ia kehilangan hiburan, yang sering membuatnya senyum-senyum saat sedang sendirian."Nanti aja, kalau sudah di rumah, aku cerita. Panjang! Aku kan, enggak boleh banyak omong kalau disini, yang penting, kita sudah sama-sama enggak marah lagi, kan?" sahut Arjuna sengaja membuat Lily penasaran. Lily langsung cemberut. Namun ia mengangguk senang mendengar ucapan Arjuna.Lily malah jadi tak sabar, ingin pulang ke rumah dan merawat Arjuna di rumah mereka saja. Ia sudah lupa pada penyebab kemarahannya, apalagi setelah melihat sikap Dokter Liza yang ramah dan biasa saja pada Arjuna. Lily mulai percaya, bahwa benar ucapan Arjuna, videonya sudah dipotong-potong oleh Rizal.***Tiba saatnya, Arjuna diijinka

  • Main Cantik   Mau Apalagi?

    Usai menemani kedua anaknya makan, Lily kembali ke kamar membawa makanan untuk Arjuna. Arjuna harus minum obat tepat waktu, supaya lukanya cepat kering."Makan dulu," ucap Lily sambil meletakkan nampan yang berisi mangkuk di meja. Kemudian ia membantu Arjuna untuk duduk."Nih," Lily memindahkan nampan ke depan Arjuna di ranjang. Tapi Arjuna malah diam saja. Tidak menjawab juga tidak menyambut makanan yang disodorkan istrinya."Kok diem? Makan terus minum obat, biar cepat sembuh," ucap Lily. Arjuna masih tak bergeming."Kenapa?" Lily heran melihat Arjuna masih diam."Suapin lah!" pinta Arjuna manja."Ya tuhan! Apa kalau sakit, dia emang serewel ini?" batin Lily heran.Lily menepuk dahinya dan mendekat. Ia geleng-geleng kepala sambil mulai menyendok makanan ke mulut Arjuna. Arjuna pun mulai membuka mulut dan makan dengan lahap. Setelah makanannya habis, Lily membuka obat dan menyerahkan ke tangan Arjuna. Lagi-lagi Arjuna enggan mi

Bab terbaru

  • Main Cantik   Akhir Sebuah Cerita

    "Waduh!" Rizal garuk-garuk kepala."Ta-pi, saya bukan suaminya, Mbak," tolak Rizal."Oh, Maaf! Suaminya kemana?""Suaminya di tempat kerja. Hapenya ketinggalan, tapi, nanti ada ibu saya datang dampingin," jelas Rizal. Perawat akhirnya mengerti. Rizal kembali menelpon ibunya yang tak kunjung tiba. Tapi tak di angkat-angkat. Beberapa saat kemudian, wajah Rizal berubah cerah saat Bu Erna sudah tiba di pintu ruang bersalin.Rizal segera membawa Ayezha menjauh, dan Bu Erna langsung masuk dan mendekat pada Lily, yang mulai mengejan. Ia langsung memegang tangan Lily dan menyapu bulir keringat yang menempel di dahinya."Oooeeek ... oeeeek ...."Karena ini pengalaman ke empat kalinya Lily melahirkan, tak perlu waktu lama mengejan, terdengar suara tangis bayi. Lily langsung terkulai lemas. Bayi yang sangat mungil karena lahir di bulan ke tujuh itu diangkat oleh perawat untuk dibersihkan. Bu Erna sendiri, membantu membersihkan anggota

  • Main Cantik   Semua Atas KehendakNya

    Rizal mengangkat wajahnya pelan-pelan mengikuti arah ekor mata Lily, melirik-lirik pada pasien yang mengisi di satu bagian ruangan mereka."Iya. Kayaknya iya!" jawab Rizal setengah berbisik juga.Mereka semua penasaran apa yang terjadi dengan Nessa. Kenapa yang menjaganya bukan ayah atau ibunya. Kenapa dia didampingi oleh dua orang asing yang sebaya dengan mereka? Nessa sendiri begitu menatap mereka dengan tatapan kosong. Seolah mereka tidak pernah saling mengenal.Rizal jadi penasaran. Arjuna pun mendukungnya untuk mendekat. Nampaknya ia juga sangat penasaran. Begitu wanita yang ikut menjaga Nessa tadi keluar, Rizal mewakili mereka semua mendekat."Permisi Pak. Dia Nessa kan?""Iya," jawab lelaki tadi singkat sambil menoleh."Dia sakit apa? Perempuan yang tadi disini siapanya? Ibu sama Bapaknya kemana?" Rizal memberondong lelaki tersebut dengan pertanyaan beruntun."Oh, tadi itu istri saya. Orang tuanya Nessa meninggal sa

  • Main Cantik   Jumpa Mantan

    Arjuna mandi secepat kilat. Rengekan Ayezha memanggil-manggil dari luar memaksanya buru-buru untuk menyelesaikan mandinya.Baru keluar dari kamar mandi, Ayezha sudah menunggunya di pintu. Alhasil, masih menggunakan handuk ia mengangkat dan membawa Ayezha duduk di pangkuannya."Papa pakai baju dulu ya, sama mama dulu ya?" bujuk Arjuna. Ayezha menggeleng, ia malah berpegangan erat di leher Arjuna.Arjuna memandang istri dan anaknya bergantian dengan gemas. Lily tertawa senang melihat wajah Arjuna yang lucu, menghadapi tingkahnya dan Ayezha. Tiba-tiba ponsel Arjuna berdering. Panggilan dari Bu Erna."Assalamu'alaikum Bu ....""Wa'alaikumsallam, Juna. Ibu mau ngabarin, istrinya Rizal sudah melahirkan," ucap Bu Erna langsung."Alhamdulillah, ini di mana sekarang, Bu?""Masih di rumah sakit," jawab Bu Erna."Oh, Ya Bu! Sebentar kami ke sana ya, Bu ... mau dibawakan apa?" suara Arjuna terdengar bersemangat."E

  • Main Cantik   Semua Ada Masanya

    "Ngomong apa sih, Mas? Iya. Sejak ketemu Rizal tadi, hatiku berubah. Berubah makin saayaaang sama suamiku yang luar biasa dan baik hati ini. Peduli sama adeknya yang dulu cuma bisa nyusahin dia aja," jawab Lily manja membuat Arjuna tersenyum bahagia."Bagaimanapun, dia adekku. Dalam tubuh kami ada aliran darah yang sama kan? Walaupun beda ibu? Seburuk-buruknya Rizal, sifat baiknya yang kuacungi jempol itu sayang sama ibu. Coba kamu ingat, pernah enggak Rizal berbicara kasar sama ibu? Enggak pernah kan? Meskipun dulu dia berlebihan sampai ngabaikan istrinya karena patuh sama ibu. Tapi kalau dulu dia enggak begitu, bisa jadi yang duduk di sampingku hari ini bukan kamu. Iyakan?"Arjuna bertanya sambil melirik pada Lily yang mengangguk sambil memandangnya penuh cinta. Kekagumannya atas kebijakan Arjuna bertambah besar."Ternyata memang semua ada sisi baik dan hikmahnya ya," gumam Lily begitu Arjuna mulai menjalankan kendaraan mereka."

  • Main Cantik   Kekhawatiran Arjuna

    Sesaat kemudian Rizal seperti tersadar akan sesuatu, lalu melangkahkan kaki masuk ke dapur untuk mengangkat menu makanan keluar.Lily merasa bersalah melihat tatapan Rizal. Arjuna memperhatikan perubahan raut wajah Lily, seperti gelisah. Ia menarik Lily menjauh sebentar."Kamu merasa bersalah, ya?" tanya Arjuna. Lily hanya diam. Ia sendiri tak tahu kenapa ia harus merasa bersalah."Minta maaflah pada Rizal. Atas kebohonganmu selama jadi istrinya dulu. Bagaimanapun, yang namanya bohong apalagi saat itu dia berstatus suamimu, tetaplah dosa," ucap Arjuna lembut. Lily hanya diam. Ia ragu dan takut. Lily masih saja berpikir, Rizal masih sama seperti yang dulu."Ly! Euumm, boleh aku ngomong sebentar?" tiba-tiba Rizal muncul dari belakang.Arjuna langsung masuk meninggalkan Lily dan Rizal yang duduk di kursi pel Keduanya duduk berhadapan. Jantung Lily berdegup kencang. Ia berpikir pasti Rizal akan menanyakan soal kebohongannya.

  • Main Cantik   Ternyata Ini yang Mereka Sembunyikan

    "Mas, kenapa sih aku enggak boleh ke ruko lagi? Mbak Fi juga kayaknya takut banget aku ke sana? Kenapa?" Lily mencoba kembali memancing pembicaraan setelah penolakan Mbak Fi sebulan yang lalu."Enggak apa-apa. kan aku sudah bilang, alasannya. Aku pengen kamu cepat hamil. Enggak perlu capek-capek lagi," Arjuna bersikukuh dengan alasan lamanya."Yaelah! kalo ke sana kan nengok doang, gak ngapa-ngapain! Gak capek. Gak ngaruh, Mas!" protes Lily."Pokoknya enggak boleh!""Kalau aku sudah hamil, baru boleh berarti ya?" tanya Lily. Arjuna diam, nampak masih enggan mengiyakan. Lily jadi makin penasaran melihat tingkah laku suaminya."Maaaas! Kalau sudah hamil, jangan kurung aku lagi, ya!" Lily mulai merengek."Heeeeeemmm. Hamil aja dulu!" Arjuna akhirnya mulai tak tega mendengar rengekan Lily."Bener, Mas?" Lily berbalik menatap suaminya. Arjuna hanya menaikkan alis sebagai jawaban."Mas. Liat deh!" Lily mengambil ses

  • Main Cantik   Keanehan Mbak Fi

    Tiga minggu berlalu begitu cepat.Lily bersiap tidur mengenakan piyama lengan panjang. Ia menyusun bantal seperti biasanya. Arjuna masih menggosok gigi di kamar mandi.Setelah semuanya beres, Lily memilih-milih kaset yang sudah hampir semuanya ditonton."Yaaaah!"Suara Lily terdengar kecewa."Kenapa?" tanya Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi."Ngadat semua kasetnya! Padahal tinggal ini aja yang belum diputar. Besok kita cari kaset-kaset baru yang banyak, ya!" ucap Lily.Arjuna diam saja, tak menjawab. Lily menuju pembaringan, sambil membuka ponsel ia berbaring. Jari-jarinya langsung berselancar di youtube. Tiba-tiba Arjuna berbaring dan langsung merampas ponsel Lily."Mau ngapain?" ucapnya sambil meletakkan kembali ponsel Lily di dekatnya."Mau cari tontonan. Kan kasetnya rusak, besok kita cari lagi kaset baru, ya?" sahut Lily sambil bertanya."Enggak perlu! Mulai sekarang sebelum

  • Main Cantik   Menahan Diri

    Arjuna menurut saja pada ajakan Lily. Begitupun saat Lily memaksanya duduk sambil menatap wajahnya."Jadi, dulu itu aku melakukan sterill enggak dipotong. Cuma diikat, dan masih bisa dibuka lagi," terang Lily membuat Arjuna sangat terkejut."Emang bisa?" Arjuna menampakkan ketidakpercayaan."Kenapa enggak? Jaman udah semakin canggih. Tubektomi yang kulakukan hanya sebatas menutupi saluran indung telur kanan dan kiri supaya tidak terjadi pembuahan, jadi masih bisa dibuka. Prosedur membuka ikatan itu namanya anastomosis tuba, yaitu menggabungkan bagian saluran indung telur yang masih sehat," terang Lily sambil mengingat ucapan Dokter yang membantunya beberapa tahum silam.Arjuna menatap Lily penuh rasa syukur. Tetapi sesaat kemudian senyumnya meredup. "Tapi, apa enggak ada resiko kalau dibuka lagi ? Kalau membahayakan kamu, sebaiknya enggak usah. Kita sudah punya Husen dan Abi. Aku enggak masalah punya anak tiri aja. Bukankan selama aku ja

  • Main Cantik   Surprise Untuknya

    Setelah Rizal keluar, Arjuna langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia tak ingin Rizal kembali mengusik mereka berdua. Arjuna merasa tak tega, melihat Lily selalu menangis bila berurusan dengan Rizal.Di luar kamar mereka, Rizal serasa tak mampu melangkah. Tulangnya seperti tak mampu menopang tubuh. Rizal bergeser dari pintu kamar Arjuna dan Lily, untuk bersandar di dinding. Ia meremas dadanya yang terasa sakit luar dalam. Berkali-kali ia menyapu matanya yang kabur, karena aliran air mata yang tak mampu dibendung.Rizal baru tahu rasa dan arti sebuah kehilangan, setelah hartanya yang paling berharga kini dalam genggaman orang yang tepat. Dia tak lagi memiliki alasan untuk memintanya kembali.Menyesalkah dia? Sangat! Tapi, kini Rizal sadar. Sesal tinggallah sesal. Mungkin memang sudah tiba waktu dan garis jodohnya dengan Lily terputus, dan tak bisa disambung lagi. Jodoh mereka sudah habis, tak akan bisa ia paksakan untuk bersatu lagi.Bu Erna mengha

DMCA.com Protection Status