Beberapa saat usai penusukan terjadi,
setelah kedua pelaku melarikan diri, warga yang berkerumunan memberikan pertolongan pertama pada Arjuna yang mengalami luka tusuk. Beberapa warga juga menolong Rizal yang juga tak sadarkan diri. Warga bergotong-royong mengangkat mereka berdua ke dalam mobil. Dua orang warga, mengantarkan Arjuna dan Rizal ke rumah sakit, menggunakan mobil Arjuna.Di dalam mobil Bu Erna merasa sangat bingung. Ia berada di tengah-tengah kedua anaknya, yang sama-sama tak sadarkan diri. Begitu tiba di rumah sakit, mereka segera di bawa ke ruang UGD.
Rizal dan Arjuna sudah sama-sama di tangani oleh petugas medis. Luka tusuk yang di alami Arjuna terjadi di bagian perut. Petugas medis memberikan tindakan klinis pada Arjuna. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memastikan apakah dia bernapas, dan bagaimana pendarahan yang terjadi.
Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, pada Arjuna perlu dilakukan tindakan operasi, karena
Tapi, tiba-tiba wajah Lily kembali sendu, mengingat video yang dikirim oleh nomor tak dikenal saat ia menjaga Hussein di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Lily langsung mencari-cari nama kontak. Namun tak satupun dari kontaknya ada yang bernama Liza, atau yang mendekati nama tersebut.Lily juga tidak menemukan namanya di deretan kontak ponsel Arjuna. Lily mencoba melakukan panggilan ke nomornya sendiri, dan senyumnya merekah lagi, melihat nama 'Istriku' muncul di layar ponsel Arjuna setelah ponselnya di dalam tas berdering. Hatinya mulai berbunga. Sejenak ia lupa pada masalah mereka beberapa hari sebelumnya.Tanpa sadar, Lily tersenyum sendiri sambil menempelkan ponsel Arjuna di dadanya. Ada rasa yang tidak bisa ia artikan, perlahan menelusup di relung hati yang semula penuh curiga dan amarah.Lily tersentak, saat tangan seseorang menyentuh pundaknya yang sedang duduk mendekap ponsel Arjuna."Ly! Ko malah senyum-senyum sendiri? Di panggil d
"Baik, ibu. Kami tinggal ya, pasien jangan diajak terlalu banyak bicara dulu sampai besok. Nanti kami akan kembali lagi untuk memeriksa kondisi pasien," pesan salah satu perawat sebelum meninggalkan mereka. Bu Erna dan Lily mengangguk bersamaan."Bu, sebenarnya Arjuna kenapa Bu?" tanya Lily pelan hampir berbisik di dekat telinga Bu Erna."Tadi, Arjuna ngantar ibu pulang. Sampai di rumah, Rizal dikeroyok oleh dua orang tak dikenal. Arjuna tadi mau membantu Rizal, tapi dia yang kena," jawab Bu Erna setengah berbisik juga.Lily meringis ngeri mendengar penjelasan Bu Erna. Ingin sekali ia mendekat dan memeriksa sendiri luka Arjuna, namun ia masih merasa sungkan dan malu, bila harus mendadak perhatian."Siapa yang ngeroyok, Bu?" tanya Lily antara penasaran dan jengkel, karena membuat kondisi Arjuna seperti itu."Menurut Rizal, mereka teman dari orang yang dulu dipukulnya sebelum dia keluar dari pekerjaannya, Ly! Mungkin bal
Tapi Lily merasa senang juga, karena sebenarnya ia memang belum siap untuk berhadapan dengan Arjuna. Lily tersenyum, sambil memandang wajah suaminya yang sudah terlelap. Ia berdiri kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh Arjuna pelan-pelan turun. Ia ingin melihat luka Arjuna. Begitu terlihat, buru-buru Lily menarik selimut Arjuna naik lagi, sambil meringis. Seolah-olah dia ikut merasakan sakit yang ada di tubuh suaminya.Setelah itu, Lily menatap wajah Arjuna lagi sambil tersenyum. Tangannya bergerak menyingkirkan rambut, yang tergerai menutup sedikit bagian wajahnya. Mengganggu pandangannya saja.Wajah Arjuna terlihat kusut. Ingin sekali rasanya Lily membersihkan wajahnya dengan tisu basah. Tapi, Lily takut Arjuna terbangun. Ia akan malu sampai ke ubun-ubun, bila ketahuan memberikan perhatian diam-diam seperti ini.Tanpa sadar, tangan Lily bergerak meraih tangan Arjuna, dan menggenggamnya. Kemudian ia membawa mendekat pada wajahnya. Bebe
"Jangan nangis dong, Ly. Aku enggak bisa gendong kamu nih," goda Arjuna sambil terkekeh geli, melihat tingkah Lily seperti anak kecil."Kamu suka ngerjain aku. Nyebelin iiihh! Junaaa!" Lily masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil menggeleng."Habis gimana? Aku lebih suka lihat kamu nangis karena kukerjain, daripada kamu nangis karena marah-marah enggak jelas, kaya kemaren," ucap Arjuna membuat Lily langsung diam.Pelan-pelan ia membuka wajahnya dan memberanikan diri menatap Arjuna, dengan mimik yang sudah tak beraturan."Gimana aku enggak marah, kamu jelas-jelas bilang hidup sama aku terpaksa, kasihan!" wajah Lily langsung berubah murung, teringat lagi ucapan Arjuna dalam video tersebut."A-pa? Ka-mu marah karena itu? Kamu di kirimin video ya?" tebak Arjuna langsung. Lily mengangguk dengan wajah masam."Ly! Sini!" Arjuna memintanya lebih mendekat. Lily pun menggeser kursinya."Sini!" Arjuna meminta ia men
"Tadi belum selesai jawab, kenapa kok marah sama aku? Habis ketemu mantan pacar, langsung lupa pertanyaan istrinya!" omel Lily.Arjuna malah menatap Lily sambil cengar-cengir. Sungguh ia rindu, melihat Lily marah seperti saat ini. Sudah semingguan ia kehilangan hiburan, yang sering membuatnya senyum-senyum saat sedang sendirian."Nanti aja, kalau sudah di rumah, aku cerita. Panjang! Aku kan, enggak boleh banyak omong kalau disini, yang penting, kita sudah sama-sama enggak marah lagi, kan?" sahut Arjuna sengaja membuat Lily penasaran. Lily langsung cemberut. Namun ia mengangguk senang mendengar ucapan Arjuna.Lily malah jadi tak sabar, ingin pulang ke rumah dan merawat Arjuna di rumah mereka saja. Ia sudah lupa pada penyebab kemarahannya, apalagi setelah melihat sikap Dokter Liza yang ramah dan biasa saja pada Arjuna. Lily mulai percaya, bahwa benar ucapan Arjuna, videonya sudah dipotong-potong oleh Rizal.***Tiba saatnya, Arjuna diijinka
Usai menemani kedua anaknya makan, Lily kembali ke kamar membawa makanan untuk Arjuna. Arjuna harus minum obat tepat waktu, supaya lukanya cepat kering."Makan dulu," ucap Lily sambil meletakkan nampan yang berisi mangkuk di meja. Kemudian ia membantu Arjuna untuk duduk."Nih," Lily memindahkan nampan ke depan Arjuna di ranjang. Tapi Arjuna malah diam saja. Tidak menjawab juga tidak menyambut makanan yang disodorkan istrinya."Kok diem? Makan terus minum obat, biar cepat sembuh," ucap Lily. Arjuna masih tak bergeming."Kenapa?" Lily heran melihat Arjuna masih diam."Suapin lah!" pinta Arjuna manja."Ya tuhan! Apa kalau sakit, dia emang serewel ini?" batin Lily heran.Lily menepuk dahinya dan mendekat. Ia geleng-geleng kepala sambil mulai menyendok makanan ke mulut Arjuna. Arjuna pun mulai membuka mulut dan makan dengan lahap. Setelah makanannya habis, Lily membuka obat dan menyerahkan ke tangan Arjuna. Lagi-lagi Arjuna enggan mi
"Ka-mi enggak boleh masuk ya, Ly?" Pertanyaan Bu Erna mengagetkan Lily."Eh, bo-boleh kok! Silahkan masuk. Abi sama Husen, mungkin sedang tidur siang di kamar mereka," ucap Lily karena mengira Rizal datang ingin menengok kedua anaknya."A-ku kesini mau ketemu Arjuna, Kok!" ucap Rizal ragu membuat langkah Lily mendadak berhenti."Mau apa ketemu Arjuna?" tanya Lily dengan nada curiga, sambil berbalik. Bu Erna dan Rizal sama-sama mundur selangkah melihat Lily yang menatap tajam pada mereka."Kamu ... jangan curiga gitu, Ly. Masa aku enggak boleh mau nengok kakakku sendiri?" ucap Rizal berusaha meyakinkan Lily."Dia baik-baik aja! Sebentar lagi sehat kok," ucap Lily berusaha menahan langkah Rizal. Bu Erna langsung memegang tangan Lily."Ijinkan dia untuk menemui Arjuna, Ly! Dia enggak akan berbuat macam-macam. Dia benar-benar ingin bertemu Arjuna untuk meminta maaf!" Bu Erna memegang kedua tangan Lily, meminta kepercayaan
"Waktu itu, aku berniat membeli makanan ke kantin. Aku melihat Arjuna dan seorang wanita berbicara. Aku pura-pura sibuk dengan ponsel, padahal nyatanya aku merekam pembicaraan mereka,," ucap Rizal membuat Lily turun dari ranjang dan langsung mendekat padanya.Plaaak! Plaaak!Dua buah tamparan mendarat di pipi Rizal yang sudah babak belur. Rizal meringis mengusap pipi."Ly, kan sudah janji jangan pukul lagi?" protes Rizal."Yang janji Arjuna, buka aku!" hardik Lily geram sambil mundur dan duduk kembali di atas ranjang."Tapi video yang kukirim sudah ku potong-potong," ucap Rizal sambil tertunduk."Mana video lengkapnya?" bentak Lily kesal. Rizal merogoh ponselnya di saku celana. Ia mengeser-geser layarnya, lalu menyerahkan pada Lily. Lily menerimanya dan tak sabar untuk membuka video versi lengkapnya.***Arjuna :"Dulu kamu kemana aja, Liz? Kenapa pergi tanpa pamit? Aku selalu mencari keberadaanmu sampa