Home / Romansa / Jerat Cinta Duda Bucin / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Jerat Cinta Duda Bucin: Chapter 61 - Chapter 70

135 Chapters

Jangan Menolak

“Bohong, buktinya semalam Mas Akbar enggak cari aku?” “Aku pikir kamu di rumah Bunda, aku berulang kali telpon tapi enggak diangkat.” “Aku enggak mau pulang,” ujar Sussana. “Lalu, Mau kemana?” Sussana merubah posisinya, kini mereka berbaring berhadapan, “Aku mau liburan, minggu depan aku sidang skripsi setelah itu melahirkan. Pasti bakalan sibuk, enggak ada lagi waktu hanya berdua dengan Mas Akbar.” Akbar terkekeh, ia menyelipkan helaian rambut Sussana yang jatuh menutupi dahi wanita yang saat ini menjadi miliknya. “Bisa dong, kita masih bisa habiskan waktu berdua. Anak bisa kita titip ke Mamih, Bira juga biasa begitu. Paling yang enggak tega Ibunya, enggak mau jauh sama anak.” “Pokoknya aku mau liburan, yang jelas fokus Mas Akbar hanya untuk aku. Enggak ada urusan bisnis, perusahaan apa lagi para ulat bulu, ulat keket atau uget-uget.” Akbar mengernyitkan dahinya, “Alat bulu, ulat keket atau uget-uget?” tanya Akbar heran. “Mau enggak? Kalau enggak, ya udah sana pulang. Biarin aj
last updateLast Updated : 2022-05-15
Read more

Jangan Buat Aku Tersiksa

“Mas Akbar sudah mandi, masa mau ...”“Nanti mandi lagi, bareng kamu.”“Tapi ...”“Stt, jangan menolak. Aku mau jenguk baby, masa enggak boleh,” ujar Akbar. Sussana tidak dapat berbuat apapun selain membiarkan Akbar melakukan apapun pada tubuhnya, karena memang Akbarlah yang berhak atas dirinya.Sussana kembali bergelung dengan selimutnya setelah pergulatannya dengan Akbar. Bahkan ia sudah kembali terlelap karena kelelahan. Akbar yang masih berbaring disisi Sussana memeluk wanita itu. “Sayang, kok tidur lagi, bangunlah kita harus sarapan,” ujar Akbar, tetapi Sussana bergeming, Bahkan saat Akbar mengecupi wajah Sussana dan menyesap leher berjenjang menggoda dan membuat jejak di sana, Sussana hanya merubah posisinya menjadi berbaring miring.“Sayang,” panggil Akbar lagi.“Hmm, aku ngantuk Mas.”Sudah lebih dari satu jam, Sussana tertidur. Bahkan kini Akbar sudah membersihkan dirinya lagi dan sedang duduk di sofa kamar ditemani secangkir kopi. Sesekali menoleh ke arah Sussana yang masih d
last updateLast Updated : 2022-05-18
Read more

Menikah Dengan Bocah

Memeluk dari belakang dan mengalungkan tangannya pada perut Sussana. "Sayang," panggil Akbar sambil menempelkan tubuhnya pada tubuh Sussana. Terasa bagian tubuh Akbar yang mengeras menempel pada bokong Sussana. "Ayolah, jangan buat aku tersiksa." Sussana berbalik, posisi mereka kini berhadapan. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Akbar, "Nanti malam aku mau keluar, kita jalan-jalan ya," ajak Sussana. Akbar hanya mengangguk mengiyakan. "Aku butuh amunisi untuk temani kamu nanti malam,” jawab Akbar lalu melumat rakus bibir yang tersaji dihadapannya. Suara decapan keluar dari aktifitas keduanya, Akbar menyesap bergantian bibir atas dan bawah membuat bibir wanita itu sedikit bengkak. “Mas Akbar,” ucap Sussana saat pagutan mereka terlepas. “Maaf, aku terbawa suasana dan udah enggak tahan,” sahut Akbar sedangkan Sussana masih terengah. “Tapi ini masih siang, kita ...” Akbar segera mengajak istrinya masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuh yang terlihat semakin berisi. Pakaian Sussana s
last updateLast Updated : 2022-05-22
Read more

Maaf, Aku Pulang

“Akbar, sebaiknya kamu cepat ke Jakarta. Profesional dong, ini masalah serius. Istri kamu manja banget sih enggak paham kondisi perusahaan suaminya. Makanya jangan menikah dengan bocah yang ...” Sussana mengakhiri panggilan tersebut tanpa mengatakan bahwa ia yang menjawab telpon dan meninggalkan ruang kerja Akbar. "Sudah siap?" tanya Akbar setelah memasukan koper dan tas mereka ke dalam bagasi mobil. Sussana hanya mengangguk dan tersenyum. Akbar merengkuh tubuh Sussana dan mencium keningnya, "Lain kali aku akan berikan liburan yang lebih baik dari ini," ucapnya. Akbar yang semalam kurang tidur dan saat masih masih terus berkomunikasi dengan Bowo via telpon serta tablet yang terus menampilkan data-data entah apa yang Sussana sendiri tidak paham, jadi tidak memungkinkan dia mengemudi. Akhirnya mendapatkan pengemudi rekomendasi dari penjaga villanya. Selama perjalanan Sussana memandang ke luar jendela mobil, sementara Akbar sibuk dengan gadgetnya. Tidak ada rengkuhan atau rangkul
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

Tidak Akan Mengemis Perasaan

Sampai di apartement, Sussana menumpahkan tangisnya yang sejak tadi ia tahan. Bukan karena cengeng, tapi rasanya tidak akan ada wanita yang rela suaminya didekati wanita lain. Sussana pun tidak merasa ia melakukan kesalahan jika ia cemburu. Bukankah cemburu tanda ia cinta. Meskipun kini Akbar dalam kondisi tertekan, seharusnya ia tidak perlu bersikap seperti itu pada Sussana. Terlebih saat ini Sussana dalam kondisi hamil. Ponsel Sussana berdering, ia menghapus kasar air matanya. Lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia pikir Akbar yang menelpon untuk minta maaf atau menyelesaikan kesalahpahaman mereka. "Halo, Bun," Sussana berusaha menormalkan suaranya agar Halimah tidak mengetahui kalau ia baru saja menangis. Menghela nafasnya, setelah mengakhiri panggilan. Masih menunggu Akbar menghubunginya. Bahkan sampai sore menjelang, ponsel Sussana tidak ada aktivitas yang berhubungan dengan Akbar. Ponselnya ramai grup chat terkait persiapan sidang skripsi besok. Malam harinya, Sussana
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Kita tunggu sampai besok

Sussana duduk di depan ruang sidang kelompoknya. Terpisah kelompok dengan Reni dan Irgi, tetapi kedua sahabatnya itu sudah menemui Sussana tadi. Mencoba fokus tapi kegundahan hati Sussana membuatnya pecah konsentrasi. Beruntung ia kebagian presentasi dengan nomor urut ketiga, masih ada waktu untuk menenangkan pikirannya sejenak. Menitipkan ransel berisi dokumen dan laptop pada rekannya yang sedang menunggu giliran sidang, Sussana berjalan menyusuri koridor kampus. Ia pun menyadari bahwa kampus tempatnya berada saat ini masih milik keluarga Mahesa. Matanya kembali berembun dengan air mata yang siap menganak sungai. Bergegas menuju toilet, duduk pada closet yang tertutup Sussana kembali terisak. Diakuinya ia memang manja tapi tidak pernah cengeng dan kondisi saat ini membuatnya entah sentimentil atau memang hormon kehamilannya. Membuat Sussana merasa kerdil dengan kecengenangan. “Sshhh,” mulutnya mendesis halus merasakan gerakan bayinya yang sangat aktif. Seakan tau kegalauan wanita y
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more

Jangan Salah Paham

Sussana berada di balkon kamarnya, duduk sambil memandang kosong ke depan. Selama ini Akbar selalu membiarkan ia bangun siang, tetapi akhir-akhir ini Sussana sulit tidur dan bangun selalu lebih awal. Seperti saat ini, bahkan matahari belum sepenuhnya terbit. Duduk pada kursi yang ada di balkon, sambil memegang ponselnya. Meskipun hatinya kecewa, mulutnya terucap sumpah, tetapi Akbar masih suaminya dan Sussana memang mencintai pria itu. Bahkan mereka sedang menantikan kelahiran buah cinta mereka. Menunggu Akbar menghubunginya, akhirnya Sussana membawa ponselnya ke mana pun. Terdengar pintu kamarnya di ketuk, Sussana bergeming. Suara langkah kaki yang semakin dekat, “Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Halimah melebarkan pintu balkon. “Jangan melamun di sini, ayo masuk.” Halimah membawa Sussana masuk ke kamarnya. “Udaranya masih dingin, kamu dari kapan di luar?” tanya Halimah lagi. “Belum lama,” jawab Sussana sambil perlahan merebahkan tubuhnya untuk berbaring miring. “Hari ini jadwal k
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more

Panggilan Telpon Nola

“Apa seorang istri menghubungi suami itu disebut mengganggu?”Akbar menatap Sussana, posisinya saat ini jelas salah. “Aku pergi dari apartemen Mas Akbar tapi tidak bilang karena aku bingung menyampaikanya. Tidak mungkin aku menghubungi Pak Bowo dan mengatakan masalah ini,” sahut Sussana.“Oke, aku salah. Aku minta maaf, tidak seharusnya aku mengacuhkan kamu. Jangan salah paham, sayang.”Sussana menghela nafas dan memegang dadanya yang terasa sesak. “Mas Akbar paham enggak perasaan aku?” Akbar tidak menjawab hanya menatap Sussana. “Aku paham kalau Mas Akbar butuh waktu untuk Perusahaan tapi aku ini istri Mas Akbar, kenapa apa yang aku lakukan seakan salah.”Kedua mata Sussana terlihat berkaca-kaca, “Aku bisa mentolerasi apa yang Mas Akbar, Papih dan Mamih maksud tapi tidak dengan Nola. Kenapa aku harus maklum dengan keberaan Nola di sini, apa kalau nanti Nola bisa mendapatkan hati Mas Akbar aku juga harus maklum.”“Sayang, bukan begitu maksudnya. Tidak ada apa-apa dengan aku dan Nola.”
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Aku Sibuk

Sussana akhirnya menjawab panggilan tersebut, tentu saja dengan mode load speaker agar Akbar mendengar apa yang dikatakan Nola. “Halo, Akbar,” panggil Nola di ujung telpon. “Kamu sudah pulang dari Surabaya, tapi enggak ke kantor. Ke mana sih?” “Ya pulang ke istrinya dong,” jawab Sussana. Terdengar decakan Nola, “Mana Akbar, aku perlu bicara sama dia.” “Mas Akbar tidur, lelah mungkin. Dia juga butuh istirahat, butuh bermanja dengan istrinya dan sekedar mengingatkan bahwa istrinya Mas Akbar itu aku. Takut kamu lupa,” jawab Sussana. Akbar mendengar itu tersenyum. “Jangan egois Sussana, perusahaan sedang butuh Akbar.” “Ihh, kenapa kamu yang repot. Karyawan bukan, saudara bukan atau berharap jadi ... ihh amit-amit ya. Mas Akbar hanya sayang sama aku, enggak usah berharap,” sahut Sussana. Akbar beranjak bangun, bukan untuk meminta Sussana mengakiri panggilan. Hal itu bisa membuat salah paham, ia malah menuju ceruk leher Sussana dan menciumi area itu membuat Sussana mengigit bibirnya. “
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Kondisi Sussana (2)

Sussana terbangun, ia mengerjapkan kedua matanya. Menyadari bahwa saat ini tubuhnya polos hanya terbalut selimut. “Hai, putri tidur.” Sussana menoleh ke arah suara, Akbar yang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Tetesan air dari rambutnya yang basah, membuat Sussana menghela nafas menyaksikan pemandangan indah tersebut. “Bangun, ini sudah jam berapa? Kamu belum makan, baby kita juga pastinya sudah lapar.” Sussana malah mengeratkan selimutnya. Akbar sudah berpakaian, melihat Sussana dengan posisi berbaring miring tentu saja punggungnya terekspos. Terlihat putih dan mulus membuatnya kembali bergairah. “Kamu jangan menggoda aku dong,” ujar Akbar sambil kembali merebahkan dirinya di belakang Sussana. Sussana dan Akbar saat ini sedang bicara serius. Duduk dipinggir ranjang, dengan Akbar di sampingnya yang menggenggam kedua tangan Sussana. “Aku masih harus mengurus perusahaan. Masih belum stabil, baiknya kamu tetap di sini karena ada bunda yang mene
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status