Beranda / Romansa / Karma(penyesalan) / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Karma(penyesalan): Bab 151 - Bab 160

182 Bab

Kedatangan Amira

Adinda kini sudah berada didalam mobil Herman. Ia terus mengembangkan senyumnya. Bahagianya ia bukan main, saat Herman kembali menjemputnya. Ia bwepikiran bahwa Herman masih sangat mencintainya. Buktinya, ja membawanya kembali, dan bahkan sekarang, Herman sanggup berterus terang tentang hubungan mereka pada Amira. Herman sudah berniat untuk menceraikan Adinda, namun Amira menolaknya. Ia tak ingin suaminya itu mejadi lelaki bejad. Yang hanya akan menikmati tubuh wanita itu, saat ia menginginkannya, kemudian membuangnya begitu saja, saat ia sudah bosan. Rencana Amira sungguh diluar batas nalar Herman. Ia tak tahu apa yang sedang Amira sembunyikan darinya. Entah apa yang akan ia lakukan, jika sampai satu rumah dengan Adinda. "Kau akan mengajakku tinggal dirumahmu mas?" Dengan wajah berseri, Adinda bertanya pada Herman yang masih terdiam. Wajahnya tak bersahabat sedikitpun. Ia benci melakukan ini, hanya saja Amira yang menyuruhnya. Sehingga ia tak bisa menolaknya begitu saja. "Ka
Baca selengkapnya

Tinggal satu Rumah

Mereka sudah sampai dirumah Herman. Amira lansgung turun dari mobilnya. Ia menatap rumah yang sudah hampir 1 tahun tak ia tempati lagi. Matanya mengelilingi sekitar rumah. Taman yang biasanya terjaga rapi, dan rumput hijau yang selalu ia rawat, kini tak adalagi. Semua terlihat sangat usang. Sejak kepergian Amira dari rumah Herman, Suasana rumah itu menjadi mengerikan. Tak adalagi air mengalir ditaman, tak adalagi bunga bunga warna warni, yang biasa Amira rawat. Semua hilang bersama perginya Amira. Dan kini Amira telah kembali. Ia akan mengembalikan semua yang pernah hilang dari rumah ini. Seperti kisah cintanya yang saat ini usang, ia akan berusaha kembali merajut kisah mereka, yang sebenarnya sangat sulit dan butuh waktu lama untuk mengembalikannya seperti semula. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu. Namun langkahnya terhenti, saat ia menatap ke arah balkon, disana tengah berdiri seorang wanita yang menatap ke arahnya dengan tatapan yang menusuk. Dialah Adinda. Dengan tanp
Baca selengkapnya

Kegundahan Herman

"Sudah ku tegaskan padamu, kalau kau disini hanyalah tamu. Aku sengaja membawamu kemari, agar kau mengerti posisimu!!" Amira berkata dengan nada tegas. Sambil merapatkan giginya. Sedangkan kedua tangannya merobek salah satu baju milik Adinda. Melihat Amira yang dengan beraninya merobek baju miliknya, Adinda semakin tersulut emosinya. Ia berdiri, dan mendekati Amira. Tangannya sudah bersiap untuk melayangkan sebuah tamparan manis untuk Amira. Namun dengan sekali tangkap, Amira mampu menangkis tangan Adinda yang kini sudah dekat dengan pipinya. "Jangan coba kau untuk menamparku. Kau pikir aku bisa kau kalahkan?" Amira membuang tangan Adinda dengan kasar. Hal itu membuat Adinda semakin memanas. Ia mencoba menjambak rambut Amira. Namun sebuah teguran keras membuatnya menghentikan sikapnya. "Hentikan!!" Kau berani beraninya menampar Amira dirumahnya sendiri?" Tangan kasar Herman menghentikan sergapan tangan Adinda, yang sebentar lagi akan mendarat di pipi Amira. Amira semakin m
Baca selengkapnya

Rencana Perangkap Herman

Seketika, Andi mendapatkan ide yang menurutnya bisa menjadi jalan keluar untuk masalah yanh dihadapi tuannya itu. Masalah hati sungguh lebih pelik dari urusan kantornya. "Hmm..istri kedua anda adalah seorang player. Ia bahkan bisa dengan mudah tergoda oleh lelaki lain, yang bisa memuaskannya." Terang Andi, sambil ia membayangkan, saat dimana Adinda merayunya tanpa rasa malu. Herman berpikir keras. Ia heran, kenapa Andi bisa mengetahui sifat istrinya itu. Ia tak tahu, kalau Adinda pernah merayunya beberapa saat yang lalu. "Darimana kau tahu kalau dia seorang player?" Herman memicingkan sebelah alisnya. Andi tersedak saat mendengar tuannya bertanya demikian. Hampir saja dia keceplosan, dan memberitahukan kalau Adinda pernah merayunya. "Apa Anda lupa, dulu anda pernah memergokinya dengan lelaki lain? bahkan anak yang ia kandung bukankah bukan darah daging anda?" Andi mencoba mengalihkan pembicaraannya. Ia takut, kalau sampai Herman akan mengetahui tentang peristiwa tak menyen
Baca selengkapnya

Gagal

Adinda terlihat sangat kecewa, saat usahanya untuk menyediakan makanan tak dihargai Herman. Makanan yang banyak, dengan segala ragam, ia lewati begitu saja. Tanpa ia menyentuhnya sedikitpun. Amira melirik sinis pada Adinda. Yang mengerucutkan bibirnya."Kau lihat kan? dia tak tertarik dengan hidanganmu!" Ucap Amira, sambil melengos meninggalkan Adinda yang berdiri dalam kekecewaannya. Melihat Amira yang berjalan menyusul Herman, Adinda semakim marah. "Hai...mau kemana kau?" Amira hanya menoleh, lalu melambaikan tangannya dengan menang pada Adinda. Ia kini tengah menyusul suaminya ke kamar. Dalam hatinya, ia bersorak kegirangan karena bisa mengalahkan Adinda. Dan membuat Herman tak berpaling pada masakan yang Adinda masak. "Maaas.." Amira masuk kamar, dan mendapati Herman sedang tidur meringkuk. Ia nampak tidak bersemangat."Hmm...iya, masuklah!""Kau darimana saja mas? kenapa kau tak bilang padaku kalau mau pergi?""Apa kau peduli?""Kenapa kau bilang begitu? tentu saja aku
Baca selengkapnya

Salah Paham

Herman kini tengah mandi. Ia yang merasa kesal karena keinginannya tak terpenuhi. Ia gagal melakukan hubungan yang sudah lama ia mimpikan dengan Amira. "Aah..aku sangat kesal. Harusnya tadi aku sudah melakukannya dengan Amira." Ia terus mengguyur tubuhnya yang terasa panas, karena menahan hasratnya.Dengan terpaksa, ia menuntaskan keinginannya itu sendirian. "Aku memilki dua istri, namun untuk hal ini saja, aku harus menyelesaikannya sendiri. Sungguh miris hidupku." Herman menggerutu kesal. Ia meratapi nasibnya yang buruk. Selepas mandi, ia bergegas memakai pakaiannya kembali. Sebentar lagi, Andi akan datang bersama lelaki yang akan menggoda Adinda. Ia harus menyiapkan strategi agar Adinda bisa masuk dalam perangkapnya. Barusaja ia selesai berpakaian, Andi sudah berada didepan rumahnya. Ia datang bersama laki laki. Yang dari penampilannya sungguh membuat mata terpukau. Herman saja bisa takjub melihatnya. Sungguh laki laki itu sangat nyaman dipandang. Terutama paras
Baca selengkapnya

Cemburu

Mendengar Herman yang menolak Amira untuk ikut kerjasama bersama Denis, Amira semakin merasa kecewa. Dia mengira kalau Herman tak ingin dirinya merasa teeganggu dengan ikutnya Amira didalamnya. "Anda dengar sendiri tuan, kalau suamiku melarangku untuk aku ikut andil dalam proyek ini ,jadi saya permisi dulu. Tutur Amira dengan berapi api. Salah Herman, yang tak berterus terang dari awal, sehingga menimbulkam salah paham diantara mereka. Dengan emosi, Amira pergi dan keluar dari ruang kerja Herman. Dia menahan rasa kecewa yang teramat sangat. Dia masuki kamarnya. Dan menidurkan dirinya dikasur empuknya itu. Sedangkan Herman, yang melihat Amira berubah mimik mukanya, ia tahu, kalau Istri pertamanya itu sedang marah padanya. Dengan segera, ia menyusul Amira. Dan pergi dari ruangannya. "Aku permisi dulu, nanti aku kemari lagi." Ucap Herman yang langsung mengejar Amira. "Amira, buka pintunya!" Tak ada sahutan dari Amira. Sekali lagi Herman mengetuk pintunya."Amira...ayolah jangan
Baca selengkapnya

Perasaan yang dipaksakan

"Sudah aku jelaskan padamu sayang, kalau aku sangat amat membencinya." Herman kembali memeluk kembali istrinya. Entah kenapa, hari ini, ia ingin sekali terus memeluk istrinya. Rasa hangat dan nyaman yang disalurkan oleh istrinya, membuatnya merasa tak ingin berjauhan dengan istrinya. "Mas...sudah malam, apa kau belum mengantuk? besok aku harus mulai kembali mengecek toko, sudah lama aku tak mengunjungi toko. Aku rindu mas." Ucap Amira manja. "Jangan dulu tidur, kau sudah berjanji akan melayaniku malam ini. Kau harus menepati janjimu sayang." Herman menggoda Amira. Ia yang sejak siang menahan keinginannya, akhirnya memberanikan dirinya untuk berterus terang pada Amira. Tentu saja Amira tak mungkin menolaknya, yang sebenarnya, ia pun merindukan kehangatan dari Herman. Hanya saja sebagai seorang perempuan, ia malu untuk mengungkapkannya lebih dulu. Herman segera mematikan lampu kamarnya. Dan selanjutnya, mereka terhanyut dalam suasana malam yang dingin, yang membuat mereka sem
Baca selengkapnya

Rencana Pertama

"Sungguh wanita itu selalu membuat masalah." Gerutu Andi, yang merasa direpotkan oleh Adinda. Setelah semalaman dia mengurus Adinda, pagi ini ia merasa masih sangat mengantuk. Sedangkan Herman dia merasa segar pagi ini. Karena aktifitasnya semalam. Melihat Andi yang masih tidur, Herman memnangungkannya. Hari ini ia akan memulai kembali aktifitasnya. Pergi ke kantor seperti biasa. "Bangunlah! sudah siang ini..!" Herman membangunkan Andi yang masih tidur meringkuk. Sedangkan Denis yang semalam pulang, belum kembali datang kerumah Herman. Hari ini adalah hari dimana rencana mereka bertiga akan dilakukan. Andi dan Herman akan berangkat bersama, sedangkan Adinda yang akan dijemput oleh Denis. Andi membuka matanya pelan. Dikedipkan matanya pelan. Sorot sinar matahari membuat matanya pegal. Sehingga dengan terpaksa, ia membuka matanya yang sebenarnya masih ingin ia pejamkan. "Oh..tuan sudah bangun?" Andi bertanya, sembari bangun dari tidurnya. Dan menggeliatkan tubuhnya. Merenta
Baca selengkapnya

Terpesona

"Amira, kau ini kenapa?tanpa sebab kau diamkan aku begitu?" Herman yang benar benar tak mengerti dengan perubahan sikap Amira yang sangat tiba tiba. Seperti itulah perempuan, laki laki harus mengerti walau tak diungkapkan. Laki laki harus faham apa yang diinginkan pasangannya, walaupun ia tak meminta. Herman merasa jengah sendiri. Ia tak tahu harus berbuat apalagi, agar Amira mau mengatakan alasan dibalik kemarahannya. "Baiklah kalau kau tak mau ikut denganku, aku pergi saja," Herman mangancam Amira. Mana mungkin Herman bisa pergi meninggalkan Amira begitu saja. Ia hanya menggertak Amira, agar Amira ikut dengannya. Melihat suasana yang mendung, mungkin diperkirakan akan turun hujan tak lama lagi. Herman hanya khawatir terhadap istrinya itu. Karena tak sabar dengan sikap Amira yang susah sekali diajak naik ke mobilnya, akhirnya Herman mengalah. Ia yang turun, dan memangku tubuh Amira dimasukkannya kedalam mobilnya. Dan dengan cepat, Herman menjalankan mobilnya. Namun, Amira mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status