Semua Bab Hayu: Bab 51 - Bab 60

73 Bab

As You Wish

“Ndra, please listen to me!”Candra mendudukkan kembali tubuhnya di kursi pengemudi, dia diam dan mulai menghidupkan mesin mobilnya. Mengabaikan Bisma yang masih saja menggedor-gedor kaca mobil Hayu. Dengan kecepatan penuh, Candra melajukan kendaraannya meninggalkan cafe tersebut, dia baru memelankan laju kendaraannya setelah agak lumayan jauh dari cafe.“Maaf, Ndra, kamu harus terlibat hubungan toxic ini.”“Kenapa baru sadar, setelah sekian tahun kalian bersama,” ucapnya kesal.“Kenapa kamu jadi emosi, jangan menyulut emosiku, Ndra. Aku masih slow, lho, ini. Kamu tahu, rasanya jatuh cinta bukan? Jatuh cinta itu bikin orang bodoh.”“I know, makanya aku nggak mau jatuh cinta, aku maunya menikah dulu baru jatuh cinta, biar enggak bodoh-bodoh amat, aku nggak mau ditinggalkan,” ujar Candra tanpa menoleh sedikit pun ke arah Hayu.“Ndra, sepertinya aku akan mengabulkan kabar yang beredar di luaran sana, jadi kamu bersiap-siaplah aku akan memanfaatkan kamu se
Baca selengkapnya

Kedatangan Jelita

Hayu dan Candra saling melempar tatapan, bagaimana mungkin, wanita itu sekarang ada di depan rumahnya, entah apa maunya kali ini, apa masih belum puas dia merendahkan Hayu. Baru saja Hayu senang karena ibunya bahagia dengan adanya Candra di antara mereka berdua, tapi pagi ini, dia harus menghadapi biang masalah yang mau tak mau, dia harus meladeninya, dia tidak mau ibunya sampai bersedih lagi. Hayu menghampirinya, “Ada apa Mbak Jelita kemari, kita tidak memiliki urusan apapun, bukan? Kalau ada yang perlu dibicarakan lebih baik kita ke tempat lain, atau mau di kantor juga boleh, di sana ada kafetaria.” Jelita mengangguk, dia segera masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan rumah Hayu. Hayu sedikit agak lega karena Jelita mau menuruti kemauannya. Dia menghampiri ibunya dan mengajak Candra berangkat. Ibu Hayu tak bertanya apapun, dia seolah—olah acuh tak acuh, meski di dalam benaknya banyak tanya yang ingin dia tanyakan pada putrinya. Hayu masuk ke dalam mobil Candra, dia d
Baca selengkapnya

Apa Perlu Aku Menyingkirkan Hayu?

Jelita membuka pesan yang dikirimkan Candra padanya.[Aku peringatkan padamu! Jangan usik Hayu! Jika tidak, kamu akan berurusan denganku, sebaiknya kamu jaga kekasihmu itu agar tak menemuinya! Katakan padanya untuk menjadi pria sejati, bukan seorang pecundang.]Jelita menghela nafasnya, dia tak suka dengan pesan yang dikirimkan Candra padanya, pesan yang mengatakan bahwa dia akan berhadapan dengan sahabatnya yang dulu begitu memujanya itu. Pertemanan mereka yang sudah terjalin bertahun-tahun, akhirnya menjadi terpecah belah hanya karena perempuan. Perempuan yang sama, yang hanya seorang sekretaris, dan bukan dari kalangan mereka, yang hanya orang biasa saja.Jelita tertawa miris, menertawakan dirinya yang tampak menyedihkan, kalah dengan perempuan yang bukan selevel dengannya.Jelita keluar dari kafetaria, tujuan utamanya adakah ke kantor Bisma, dia ingin tahu apa yang dilakukan calon suaminya itu di kantor, kenapa akhir-akhir ini dia mendengar selentingan yang t
Baca selengkapnya

Cinta Ini Menelan Waktuku!

Hayu kembali ke kantornya, tampak candra sedang duduk di kursinya dan melamun. Hayu memicingkan matanya, entah apa yang sedang dilakukan atasannya itu, di meja kerjanya, hingga dia termangu. “Pak, Bapak kesambet?” Candra menatap Hayu, melotot ke arah Hayu. “Kamu ini ,aku khawatir denganmu, kamu malah seenak jidatmu mengatai saya kesambet, kamu pikir di sini ada setannya, setannya baru saja datang. Jadi mana mungkin aku kesambet.” Hayu terkekeh, dia tahu atasannya itu mengatainya, tapi Hayu acuh tak acuh, dia mendorong Candra, agar menyingkir dari kursi kebesarannya. “Please, kembali ke habitat Bapak, i need work!” Candra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia sendiri bingung kenapa begitu mengkhawatirkan sekretarisnya. Hayu menatapnya tajam, membuat Candra mau tak mau kembali ke ruangannya. Dengan Hayu, dia benar-benar kalah dan mengalah. Hayu sudah memegang kendali atas dirinya. Candra tak mampu membantah wanita yang dia cintai itu sedikit pun. Dengan la
Baca selengkapnya

Aku Cemburu

Candra diam membisu, dia tahu betapa kejamnya dunia bisnis, karena itulah dia tidak mau mengurus perusahaan keluarganya, dia lebih suka menjadi pegawai ketimbang harus mengurus banyak orang dan berhadapan dengan klien mereka atau mereka yang terang-terangan memperlihatkan persaingan yang sengit.Hayu masuk membawa secangkir kopi, menaruhnya di meja yang berada di depan Bisma, Candra melirik mereka berdua, tampaknya Hayu benar-benar sudah tidak mau peduli lagi dengan mantan kekasihnya. Ada rasa tenang di hati Candra melihat interaksi mereka, katakan saja dia jahat, tapi kali ini dia tidak ingin melepaskan Hayu begitu saja. Dia mau Hayu kali ini, dan juga seterusnya.“Minum, Bisma. Kamu kenapa, sepertinya sedang ada beban berat begitu. Apa Om Adibrata tidak membantumu kali ini, apa dia lepas tangan sehingga kamu salah mengambil langkah?”“Papi sudah hampir tiga hari ini menghilang, kami juga sedang mencarinya, saat yang urgen seperti, ini dia malah menghilang entah ke m
Baca selengkapnya

Tujuh Hari, Tujuh Malam

Candra otomatis menoleh, mengarahkan pandangannya, ke arah yang dituju Hayu, dia hampir saja tertawa, ketika melihat mami Bisma sedang berada di sana serang diri. Mungkin sedang menunggu Bisma atau Jelita.“Durhaka, kamu. Kualat sama orang tua. Nanti kalau kamu dikutuk bagaimana? Apa kamu tak takut kalau dia mengutukmu jadi kaya raya.”“Oh, tentu saja, saya tidak menolak kutukan semacam itu, hanya orang bodoh yang menolak kutukan menjadi kaya raya.”Candra mengulum senyum, diacaknya rambut Hayu gemas, namun pemilik rambut itu segera menepiskan tangan Candra, dia kesal jika rambutnya acak-acakan, apalagi sebentar lagi mereka akan bertemu dengan klien yang merangkap partner kerja Candra.Candra merangkulnya, Hayu membiarkannya, sekalian saja dia memanasi Bu Ayu yang sedang melihatnya.Mereka melihat Sean dan juga Dina yang sudah menunggunya di sudut restoran, mereka berdiri menyambut Candra dan juga Hayu. Dia menaik-turunkan aslinya menatap ke arah Hayu, bagai
Baca selengkapnya

HGB, Belum Hak Milik!

Dina dan Hayu saling berpandangan, mereka kesusahan menelan salivanya, agak ngeri mendengar peringatan dari Candra tentang uang pesangon. Dina masih butuh pekerjaan, bagaimana dia bisa membayar cicilan mobil dan apartemennya jika dia jadi pengangguran, sementara bekerja dengan Sean, meski melelahkan, gaji yang diberikan padanya cukup tinggi.“Sir, are you kidding me? Don’t do it, Sir, please. I need work, i need money,” ucap Dina mengiba.Dina melancarkan aksinya. Dia sungguh tak mau menjadi pengangguran sejati. Mencari pekerjaan jaman sekarang juga susah. Apalagi dengan gaji yang menggiurkan.Sean terkekeh, tak menyangka jika reaksi sekretarisnya itu akan seperti itu.“Who says? Pak Candra yang mengatakan seperti itu, bukan saya,” ucapnya mengulas senyum.Hayu bahkan melongo melihat atasan Dina yang bertambah kadar ketampanannya, sejak memasang senyum yang tak lepas dari bibirnya yang sexy.“Pak, saya kok jadi pengen pingsan ya, melihat pak Sean ter
Baca selengkapnya

Makin Menggoda

Hayu dan Jelita masuk ke dalam ruangan. Jujur dia agak terkejut dengan kedatangan Jelita, namun dengan segera Candra menguasai dirinya, dia memasang wajah datar dan dingin seperti biasanya.“Thanks, Yu. Berikan tamu kita minum,” kata Candra memberi perintah pada sekretarisnya.“Baik, Pak.” Hayu keluar, melangkah menuju pantri dan membuatkan minum untuk Jelita.Candra duduk berhadapan dengan Jelita, dia masih acuh tak acuh, menunggu Jelita membuka suara.“Ndra, apa aku mengganggu kamu?” tanya Jelita, melihat Candra yang tidak begitu ramah padanya, akhirnya kata-kata itu yang pertama kali keluar dari mulutnya, alih-alih mengatakan alasannya kenapa dia datang ke kantor Candra. Apalagi mengingat pesan yang dikirimkan Candra padanya tadi pagi, jujur, itu membuat nyali Jelita menciut.“Kamu bisa lihat sendiri bukan? Tanpa perlu aku jawab, kamu sudah tahu apa yang aku lakukan, jadi langsung saja kamu katakan apa maksud kedatangan kamu kali ini, bahkan seharian ini
Baca selengkapnya

Aku Rakyat Jelata

Minggu pagi, hari dimana semua orang menunggunya. Mereka yang bekerja bisa melakukan family time ataupun me time, setelah enam hari bekerja keras.Namun naas bagi Hayu, hari ini dia harus pergi ke kediaman keluarga Hardana. Kemarin ketika baru saja dia selesai berdebat dengan Candra dan mendorong atasannya masuk ke ruangannya, Bu Nia datang ke kantor Candra, beliau menghampiri Hayu dan mengatakan, jika hari ini ingin mengajak Hayu membuat kue. Jadi, mau tidak mau Hayu pun menyetujui permintaan wanita ramah itu.Hayu segera bangkit dari ranjangnya, dia bersiap-siap dan harus segera berangkat ke sana. Baginya cepat berangkat sama dengan cepat pulang. Naif memang, tapi itulah harapan yang selalu dia tanamkan pada dirinya. Membuatnya berpikir sepositif mungkin agar dia bersemangat.Hayu yang memakai kulot serta crop tee dan sneakers, tampak seperti anak kuliahan. Wajahnya yang baby face tak memperlihatkan umurnya yang sudah saatnya membina rumah dan tangga.Hayu tur
Baca selengkapnya

Don’t flirting Hayu!

Setelah terombang-ambing dengan kegilaan sekretarisnya, akhirnya Hayu dan Candra sampai juga di kediaman keluarga Hardana. Bu Nia sudah menyambut mereka berdua di depan pintu masuk. Dia bahagia melihat Hayu datang.Bu Nia sama sekali tidak peduli dengan putranya, dia malah sibuk merangkul Hayu dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.“Kamu sudah sarapan?”Hayu menggeleng, dia sendiri malah lupa, jika dia sama sekali belum memasukkan apapun ke dalam perutnya."Ayo kita makan dulu, setelah itu temani Ibu ke mall."Hayu melongo, seingatnya mama Candra mengajaknya membuat kue, kenapa jadi mengajaknya ke mall, apa mungkin mengajaknya membeli bahan-bahan terlebih dahulu.Candra yang berjalan di belakang mereka pun kesal, dia seperti di anak tirikan oleh mamanya sendiri. Mereka bertiga sudah duduk di meja makan, jangan tanya papa Candra, tentu saja beliau pagi-pagi sudah berada di lapangan golf.Bu Nia menyiapkan sarapan untuk Hayu dan Candra, beliau send
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status