Semua Bab Hayu: Bab 61 - Bab 70

73 Bab

Pukulan Telak

Saat mereka hendak keluar dari counter sepatu, mereka bertiga berpapasan dengan orang yang paling tak diharapkan Candra.Bu Ayu sedang bersama dengan Jelita, sungguh kebetulan yang membuat mood semua orang anjlok seketika. Bu Ayu menatap Hayu dari atas ke bawah. Bu Nia yang tidak menyukai hal itu pun berdeham.“Hem, ehem, kenapa melihatnya seperti itu jenk, ada yang salah dengan calon menantu saya?” tanya Bu Nia tanpa beban.Jedar!Hayu kaget mendengar pengakuan terang-terangan dari Bu Nia, sedangkan Candra menampilkan wajah datar, tak terkejut sama sekali dengan perkataan ibunya.Jelita dan Bu ayu seketika pias, tak menyangka wanita yang baru kemarin di tendang dari rumahnya, sudah bisa menggaet hati keluarga Hardana."Apa kamu yakin, Jeng. Dia itu nggak sederajat dengan kita, memang kamu nggak malu punya menantu seperti dia, cuma seorang anak yatim piatu yang hanya memiliki ibu. Apa kata dunia kalau pewaris Hardana Group menikah dengan sekretarisnya y
Baca selengkapnya

Isu Perselingkuhan

Bu Ayu yang masih saja terngiang dengan perkataan Bu Nia, dia mendadak tidak mood lagi meneruskan keinginannya untuk memutari mall, dia mengajak Jelita pulang.Sejujurnya dia sudah curiga, beberapa hari ini sebelum hilangnya suaminya, dia seolah acuh tak acuh dengannya. Bahkan dia juga lebih sibuk dengan ponselnya ketimbang bercengkerama dengan dirinya. Mereka berdua terasa jauh satu sama lain.Banyak pertanyaan berkecamuk di dalam benaknya, dengan siapa suaminya itu berani bermain api, dia bukanlah wanita yang bisa di ajak main-main, sekali saja dia di khianati, maka dia tidak akan memaafkannya begitu saja.Apa karena ini, suaminya memberikan hak penuh perusahaan pada putranya, agar dia lebih bebas dan leluasa melakukan segala hal yang dia inginkan tanpa bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Wanita mana yang mampu membuat suaminya hilang kewarasannya hingga dia mengorbankan banyak hal. Dia harus segera menyuruh orang untuk menyelidikinya, sebelum semuanya terl
Baca selengkapnya

Bayangan Masa Lalu

Hayu merebahkan dirinya di ranjang, seharian memutari mall cukup membuatnya lelah, tiba-tiba saja dia memiliki penyakit encok. Ibu Hayu yang tahu anaknya kelelahan masuk ke kamar mengantarkan jahe lemon hangat. Hayu yang sedang berbaring pun bangun dan tersenyum ke arah ibunya. “Terima kasih, Bu.” Ibu Hayyu menangguk dan duduk di sebelah putrinya, “Capek, Nduk?” “Nggih, Bu. Seharian muter-muter mall, Bu Nia bilang bikin kue, tapi malah mengajak Hayu menghabiskan uang, yang tak ada habisnya,” ujar Hayu mendesah. Ibunya tersenyum melihat anaknya, di luar sana akan banyak perempuan yang menyukai hang out ke mall atau sekedar nongkrong di cafe, tapi anaknya itu sama sekali tak menyukainya. Dia cukup paham situasi keluarganya. “Kamu membeli barang sebanyak ini? Tumben?” Hayu buru-buru mengambil salah satu paperbag dengan brand ternama dan memberikannya pada ibunya. “Ini buat Ibu, semua ini bukan Hayu yang membelinya, Bu Nia dan Candra. Hayu sudah menolakny
Baca selengkapnya

Mode Pasrah

Candra yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Bisma sedang menatap Hayu pun kesal, dia cemburu Bisma menatap Hayu selekat itu.Dia berdeham, menyadarkan Bisma jika dia sudah ada di sana. “Ehm, sudah lama? Ada apa kemari, bukankah tadi kita bertemu, apa ada hal lain yang membuatmu harus datang kemari, mengajakku makan malam, misalnya?” Hayu kesal dengan perkataan yang diucapkan Candra, entah apa maksudnya, dia ingin memanasi Bisma atau apa. Hayu juga tidak mau peduli. Dia masih sibuk menundukkan wajahnya.“Urusan kita sudah selesai, kamu bisa pulang sekarang,” ucap Candra pada sahabatnya. Dia tahu Hayu sedang sedih saat ini. Hal itu membuat Candra kesal. Bisma yang tahu jika saat ini dia tidak diinginkan di sana pun, dengan enggan berdiri. Dia mengambil berkas yang sudah mereka tanda tangani dan beranjak dari sana.“Aku pergi dulu, Hayu. Nikmati waktu kalian,” ucapnya pedih, bahkan Hayu bisa menangkap getaran pada suaranya itu.Hayu mengang
Baca selengkapnya

Sekedar Bobo-boboan

Hayu yang kelelahan malah tertidur di sofa depan televisi. Candra yang melihatnya pun membetulkan posisi tidurnya dan mengatur suhu AC di ruangan itu, sementara itu, dia masih berkutat dengan masakannya yang masih belum matang.Ponsel Hayu berdering, Hayu sama sekali tak terganggu dengan deringan ponselnya yang cukup memekakkan telinga. Dengan sigap Candra mengambil ponsel Hayu dan melihat siapa yang meneleponnya. Ibu Hayu menelepon. Candra bingung antara ingin menjawab panggilan itu atau tidak, takut jika sang pemilik ponsel marah dengannya. Akhirnya dia putuskan, untuk tak menjawabnya. Dia lebih memilih menelepon ibu Hayu menggunakan ponselnya.Sungguh definisi lelaki idaman. Candra menelepon sembari menunggu steik yang di masaknya matang dengan kematangannya medium rare.Akhirnya setelah menunggu hampir lima menit Ibu Hayu mengangkat teleponnya, “Halo, Bu. Maaf Candra mengganggu Ibu, saat Hayu sedang tidur, nanti mungkin setelah makan malam, Candra akan men
Baca selengkapnya

Serangan Jantung

Candra kaget ketika melihat Bisma yang juga ada di sana.“Siapa yang sakit, Ndra.”“Hayu, kamu sedang apa di sini?” tanya Candra kembali, bukannya mereka baru saja bertemu dan sekarang, mereka juga bertemu lagi di tempat yang sama. dunia memang sempit, sekeras apapun dia menghindar, mantan kekasih Hayu ini, selalu ada dimana-mana."Hayu kenapa? Sakit apa, bagaimana keadaannya, apa aku bisa menjenguknya?"“Aldi bilang dia hanya lelah dan juga banyak pikiran, apa nggak sebaiknya, kamu jangan bertemu dengannya, bukan apa-apa, hanya saja, aku khawatir kalau ternyata dia banyak pikiran karena masalah kalian. Kamu kan tahu sendiri, Hayu bukan orang yang suka mengeluarkan keluh kesahnya pada orang lain. Jadi daripada pikirannya semakin terbebani, mendingan kamu menjauh darinya. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengannya, apalagi kalau sampai dia harus ke psikiater, please. Lihatlah dia dari kejauhan, lepaskan dia dari siksa yang sudah kalian lakukan padanya, kata-kata mere
Baca selengkapnya

Awkward

Candra mengantarkan Hayu pulang ke rumahnya, Ibunya sudah menunggunya di depan pintu, beliau kaget melihat putrinya yang datang dengan wajah yang pucat dan lemas. Bahkan Candra memapahnya. Ibu Hayu pun bertanya “Apa yang terjadi dengan Hayu, dia kenapa, Ndra? Apakah dia sakit. Ayo bawa dia masuk cepat, dan biarkan dia beristirahat di kamarnya. Kamu bisa membantu Ibu mengantarkannya ke kamar, bukan? Ibu akan mengambilkan air hangat untuknya.”Candra pun mengangguk, dia menggendong Hayu naik ke kamarnya, menidurkannya di ranjang dan menyelimutinya.“Kamu tahu, Dokter bilang apa padaku? Dia bilang kamu banyak pikiran, kenapa kamu tidak bercerita tentang sesuatu yang kamu rasakan kepada orang lain, apa kamu tidak takut, jika itu akan selalu membebanimu dan membuatmu berpikir tentang yang hal yang tidak-tidak? Apa kamu tidak takut, jika itu akan berimbas pada mentalmu dan membuatmu harus mengunjungi psikiater?”Hayu menggeleng, “Aku tak tahu harus mengatakan apa, aku suda
Baca selengkapnya

Semalam Tidur Dimana?

Mau tak mau Hayu pun membuka matanya, Dia malu sekali karena ketahuan oleh Candra. Candra tersenyum melihat Hayu membuka mata. “Apa kamu menginginkan sesuatu atau kamu mau sarapan apa? Mungkin aku bisa membelikannya untukmu."Hayu menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu repot-repot, Ibu pasti sudah memasakkan sesuatu untuk kita, aku sudah bilang padamu bukan, kalau hari ini, aku ingin di rumah saja.” “Tentu saja, bukankah aku sudah berjanji padamu kemarin, kalau hari ini kamu bisa mengambil cutimu. Fokuslah pada kesehatanmu terlebih dahulu, baru kamu masuk kerja, toh semuanya sudah aku selesaikan. Bisma juga sudah menandatangani semua yang kita butuhkan. Kalau kamu menginginkan sesuatu atau kalau kamu membutuhkan bantuanku, kamu tinggal meneleponku dan aku akan secepat mungkin datang ke mari. Sekarang aku harus pergi ke kantor.” Hayu mengangguk. Namun sejurus kemudian ibu Hayu sudah berada di ambang pintu kamar Hayu. “Sarapan dulu sebelum kamu pergi ke kantor, kamu juga harus pulang k
Baca selengkapnya

Maafkan Aku

“Boleh aku masuk? Apa aku mengganggumu? Aku hanya membutuhkan waktu sebentar denganmu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu. Apa kamu sudah sarapan?” Chandra menunjukkan kotak makannya pada Jelita. “Jadi aku mengganggumu, kamu sedang sarapan, ya. Apa sebaiknya aku pergi saja.” “Tidak perlu, sebaiknya sekarang saja kamu katakan apa yang ingin kamu katakan, sebentar lagi aku akan bertemu dengan klien.” “Apa benar kalian melihat Mamiku dan Papi Bisma bersama? Tolong katakan yang sejujurnya padaku. Aku sempat mendengar mereka membicarakan Mami dan juga Pak Adibrata. Jadi sebenarnya apa yang terjadi. Apakah kecurigaanku itu memang benar terjadi? Bukankah kalian sempat bertemu mereka berdua?” Candra bingung, dia tak tahu harus menjawab apa. Kalau dia mengatakan iya, Candra tak ingin melihat Jelita kecewa. Bagaimanapun Jelita pernah hadir di dalam hatinya dan sempat bertakhta di sana. Namun, di satu sisi dia tidak ingin membohongi Jelita, sebab bagaimanapun juga Jelita harus tahu
Baca selengkapnya

Dikhianati Keadaan

Jelita geming, menunggu jawaban dari calon suaminya, sementara Nyonya Adibrata dengan sengaja membuang muka menghindari tatapan calon menantunya. Seketika Jelita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Alih-alih mendapatkan jawaban dari orang yang saat ini menjadi tumpuan harapannya, dia lebih memilih untuk keluar dari ruang rawat inap Bu Ayu. Dengan langkah gontai dan kepala yang tertunduk lesu, dia meraih handle pintu dan berusaha keluar dari kamar itu. Jelita terduduk di kursi yang berada di luar ruangan. Saat ini dia tak tahu, apalagi yang harus dilakukannya. Terkadang hidup memang selucu itu, dia dikecewakan orang yang paling dekat dengannya sendiri. Harapan yang terlalu tinggi, kini mengkhianatinya bertubi-tubi. Membuatnya terpuruk di tengah badai, terombang-ambing hingga ke palung dasar rasa kecewanya. Tak dia nyana sama sekali Bisma keluar, Jelita menoleh ke arahnya. Bisma mendudukkan tubuhnya di sebelah Jelita. Dia menghela nafas panjang dan dalam, seolah ingi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status