Semua Bab Hayu: Bab 21 - Bab 30

73 Bab

You Are Just In Time

“Apa kamu akan mempertahankan Bisma di samping kamu? Atau kamu akan meninggalkannya dan mencari lelaki lain, yang bisa menerima kamu apa adanya, dan membahagiakan kamu dengan limpahan kasih sayang dan segala rasa cintanya?” Hayu diam, tak menjawab pertanyaan yang akan menjerumuskan dirinya sendiri. Walau dalam hati ingin dia menjawab, bahwa dia akan terus berjuang demi Bisma, anggap saja dia terlihat bodoh, tapi dia bukan tipe orang yang dengan mudah menyerah begitu saja dengan keadaan sebelum memperjuangkannya setengah mati. Candra menoleh, menatap Hayu yang diam saja, dia tahu apa yang Hayu pikirkan, dia mendesah kasar, sungguh tak habis pikir dengan wanita yang saat ini ada di sebelahnya. Dia yang tidak terlibat dengan Bisma saja, sudah bisa memprediksi ending drama mereka. Tapi ini, wanita baik-baik yang masih polos harus menjadi korban kegengsian mereka dengan embel-embel status sosial. “Jangan di jawab kalau kamu keberatan, saya bahkan sudah tahu seperti apa jawaba
Baca selengkapnya

Playing Victim

“Kamu ingin tidur sejenak, apa perlu kita pindah tempat dan mencari hot-?” “Stop! Cukup, jangan teruskan , apalagi jika itu adalah sebuah ide gila yang baru saja masuk di kepala Anda.” Candra terbahak, “Kamu pikir aku akan bilang apa? Jangan negatif thinking, deh, aku hanya mengajakmu hot pot, biar kamu berkeringat dan nggak mengantuk, kamu tahu sendiri, tadi aku hanya menemanimu makan dan minum secangkir kopi, jadi sekarang aku mulai lapar. Kita masih ada waktu satu jam untuk kembali ke kantor, jadi bagaimana menurutmu?” Hayu tersenyum simpul, menggigit bibirnya, wajahnya merah padam menahan malu, dengan tak tahu dirinya, dia berpikir bahwa Candra akan mengajaknya ke hotel. Sungguh, dia merutuki kebodohannya kali ini, bisa-bisanya pikirannya berkelana ke sana. “Maafkan saya, Pak. Saya tak bermaksud-.“ Candra tertawa, “Kamu ini, kenapa berpikir sampai ke sana, kamu kan, tahu, aku orang seperti apa. Tapi kalau kamu mau mengajakku ke hotel sekedar tidur siang, aku
Baca selengkapnya

Pelengkap Atau Pembanding?

Hayu mendongak dan menatap Bisma, tatapannya datar, dia mendesah kasar, namun suara seseorang menggelegar, membuatnya terhenyak.“Cukup!”Mami Bisma datang untuk menemui anaknya dan memperingati Hayu untuk tak datang malam ini ke rumah mereka, namun ketika dia masuk ke ruangan putranya, sekretarisnya bilang, Bisma sedang menemui Hayu. Maka dengan kecepatan di atas rata-rata dia menghampiri Bisma di kubikel Hayu.“Jaga emosi kamu, Bisma. Ini di luar, kamu mau mempermalukan diri kamu sendiri hanya karena perempuan seperti dia. Ayo kembali ke ruangan kamu, ada yang Mami ingin bicarakan dengan kamu.”Mau tak mau Bisma menurut, Hayu belum sempat menyapa Mami Bisma, namun melihat mami Bisma yang tak menatapnya sama sekali, diurungkannya niatnya untuk menyapa wanita yang masih cantik itu. Hayu mendesah kesal, menatap punggung kedua orang itu dengan raut wajah yang lelah.“Papa kamu yakin ingin mempertahankan cintamu itu?” tanya Candra yang tiba-tiba sudah berdiri
Baca selengkapnya

Dua Lawan Satu

Bu Ayu mengelus kepala Jelita dengan sayang. Sementara Pak Adibrata hanya fokus dengan kegiatannya sendiri. Dia tak mau ambil pusing apa yang terjadi di meja makan. “Jadi apa kamu tahu posisi Jelita?” Hayu mendongak, menatap Bu Ayu, sejujurnya dia sudah tahu apa posisi Jelita, namun kenapa dia masih berharap terlalu banyak. “Mi!” seru Bisma pada putranya. “Kenapa? Dia harus tahu posisinya, Bisma.” “Tapi kalian sudah berjanji padaku untuk memberinya kesempatan untuk dekat dengan kalian. Bagaimana kalian bisa dekat, jika Mami selalu saja menolaknya, ketika dia berusaha masuk di dalam kegiatan kita, Bisma harus apa lagi. Kalian yang mengajukan syarat, tapi kalian juga yang melanggarnya. Please, Mi. Penuhi janji Mami.” Bisma kesal luar biasa. Dia tak mampu berbuat apa-apa kecuali mengingatkan kedua orang tuanya akan perjanjian mereka, yang sudah mereka sepakati bersama. Hayu merasa tak enak dengan apa yang terjadi saat ini, tapi bagaimana pun, dia sudah berus
Baca selengkapnya

Rencana

“Kamu tahu, kamu seperti kupu-kupu, pagi kamu terbang dan singgah di Bisma, siangnya kamu akan terbang dan menempel pada Candra. Luar biasa, tak ku sangka gadis sepolos dirimu, bisa memiliki trik yang luar binasa.”Hayu melotot, sungguh tak menyangka Jelita akan tega mengatakan itu padanya, padahal dia tahu kalau dua-duanya adalah atasan Hayu di kantor. Mereka sepertinya memang berniat menyerang mental Hayu habis-habisan.“Cukup! Jangan keterlaluan!” seru Bisma yang melangkah mendekati mereka bertiga dan menyerahkan barang yang dia beli pada asisten rumah tangganya.Bu Ayu hanya diam, menatap pada putranya yang tengah mendekati Hayu. dia kesal setengah mati, tapi untung saja, bukan dia yang berkata seperti itu, setidaknya Bisma tidak menganggap dirinya membully calon menantunya. Bisma hanya tahu, jika Jelita saja yang mengatakan hal yang paling tak disukai Bisma.“Jangan keterlaluan Jelita, Candra adalah atasannya di kantor. Kamu tahu itu, kenapa kamu tega sekal
Baca selengkapnya

Sekeping Rasa

“Tentu saja Jelita tak menolaknya, kue itu benar-benar enak, krispy di luar, juga lembut di dalam, membuat ketagihan,” ucap Jelita jujur. “Tentu saja, karena kue itu seperti pembuatnya!” Jelita dan Bu Ayu menoleh ke arah Bisma yang baru saja masuk. Melangkah mendekati maminya dan duduk di sebelahnya. “Jadi kamu tahu, kan, bedanya kamu dan Hayu? Kalian sungguh berbeda, Hayu itu seperti kue nastar yang kamu makan. Luar dalam menyenangkan, beda sama kamu yang luarnya crispy tapi dalamnya bergerigi.” Bu Ayu ingin tertawa karena ucapan putranya yang menurutnya konyol, tapi dia berusaha menahannya, dia tidak mau Jelita terluka, karena dia yang menertawakannya. “Sudahlah, bagaimanapun kamu harus lebih dekat dengan Jelita, bukankah kalian dekat cukup lama, mami, akan mencoba melihat siapa di antara dua perempuan ini yang bisa dekat dengan mami dan pantas mendampingi kamu, juga mengurus kamu.” “Tapi, Mi, Mami tidak boleh begitu, bukankah Mami sudah menyetujui syarat B
Baca selengkapnya

Temani Aku

Bisma, cinta itu tidak saling menyakiti, tapi saling memahami, saling menyayangi dan melindungi.” Deg! Bisma menoleh ke arah Jelita, memegang keningnya, “Enggak panas, tapi tumben omongan kamu cerdas dan agak berbobot sedikit.” “Itu buat nyadarin kamu, kalau kamu harus memilih salah satu, kan, kamu nggak bisa mempertahankan Hayu, jadi lebih baik kamu melepaskannya.” Bisma mendesah kesal, dipikirnya Jelita memang benar-benar tulus, nyatanya ini hannyalah akal-akalan dia, supaya Bisma meninggalkan Hayu. “Jadi kamu modus, sok-sokan menasihati, tapi ternyata ingin menguntungkan diri sendiri, kamu memang luar binasa.” “Nah, itu tahu, mana ada perempuan bisa secerdas aku, Bisma. Kamu, bukannya suka perempuan yang cerdas, dan menarik, nah itu semua ada di aku, kan. Kamu bahkan sudah membuktikan bagaimana kecerdasanku selama ini.” Bisma menggelengkan kepala, menanggapi Jelita, membuatnya semakin pusing saja. Mereka sampai di lobi apartemen jelita. “Mau masuk
Baca selengkapnya

Dua Jam, Please?

“Selamat pagi, dunia gila,” ucap Hayu menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Masih di atas ranjang tidurnya. Semalam, setelah pertengkarannya dengan Bisma, dia langsung saja tidur. Tak mau ambil pusing dengan segala perkataan Bisma yang tak jauh beda dengan biasanya. Malas memikirkannya. Diambilnya ponselnya yang berada di nakas. Dua panggilan tak terjawab dari atasannya. Keningnya berkerut, dia bertanya-tanya ada apa gerangan, minggu pagi yang cerah ini bosnya sudah meneleponnya berkali-kali. Seingatnya tidak ada pekerjaan yang mendesak. Tidak ada deadline yang harus dia kerjakan. Masih dihantui rasa penasarannya, Hayu mencoba menelepon kembali Candra. Beberapa kali deringan tapi tak dijawab, hingga dia bertekad, jika dalam deringan yang terakhir masih tidak ada jawaban dari Candra. Dia akan mengakhiri panggilannya dan membiarkan Candra saja yang menghubunginya kembali. “Halo?” sapa Candra dari seberang sana, segera mencecar pertanyaan pada Hayu. “Kamu ke mana
Baca selengkapnya

Panggilan Darurat

Hayu mengakhiri panggilan dari bosnya dan memencet tombol lift, naik ke apartemen Candra. Baru saja dia keluar dari lift, seseorang memanggilnya. Suara yang sangat familier itu membuatnya menoleh. “Hayu?” Dia menatap ke arah sumber suara, dia terkejut, sekaligus senang. “Dina? Lho, kamu kok sudah di sini, kamu sudah pulang dari dinas mendampingi CEO mu yang ganteng kayak opa-opa Korea itu?” Dina mengangguk dan memeluk Hayu, “Aku kangen, sudah lama kita tak bertemu, saling menyapa dan saling bercerita, kamu juga tak mengabariku sama sekali, kamu sibuk dengan Bisma sampai-sampai melupakan aku, begitu?” Hayu tertawa, “Mana mungkin aku melupakanmu, aku tak berani mengirimkan pesan padamu, karena aku takut mengganggumu yang sedang Business trip dengan Pak Sean, yang gantengnya nggak ketulangan itu. Makanya aku nggak berani hubungi kamu, Din. Kamu lagi ngapain di sini, jangan bilang Pak Sean juga tinggal di sini.” Dina mengangguk, “Iya, masa iya, aku yang tinggal d
Baca selengkapnya

Jahilnya Candra

“Bapak membohongi saya. Jadi maksud Bapak, menyuruh saya datang kemari untuk apa? Hah?” “Nanti, akan aku katakan tugasmu apa, tapi setelah sarapan, sekarang tugas kamu hanya menemaniku sarapan. mau kerja apa saja yang penting halal dan dapat uang lemburan, kan,” goda Candra pada Hayu yang tersenyum malu. Mengingat kata-katanya yang meminta uang lembur karena harus datang ke apartemen Candra di hari minggu. Hayu mengendikan bahunya acuh tak acuh, meneruskan sarapan paginya yang lumayan berat, dua piring spaghetti carbonara. Saat sedang asyik menikmati sarapannya, ponsel Hayu berdering, nada dering yang dia khususkan untuk kekasihnya. Hayu hanya melirik ponselnya tak berniat menjawabnya. Candra memicingkan matanya, ingin bertanya, namun sebisa mungkin dia tahan. Hayu yang meliriknya pun bersuara. “Pasti Bapak kepo, kan? Mau tahu siapa yang menelepon.” Candra memutar bola matanya malas, dia tahu, Hayu sedang mengejeknya. Tak perlu kamu jawab, aku sudah tahu siapa ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status