"Andira apa kau berada di dalam sana? Andira aku hanya ingin meminta maaf, tolong maafkan aku atas apa yang aku lakukan kemarin, kau bisa memaafkan ku?" Suara itu, ucapan itu membuat Andira merasakan getaran sempurna pada sekujur tubuhnya. Dia mengingat bagaimana Raisi memperlakukannya, bagaimana Raisi Dailuna begitu kejam padanya. Dia masih merasakan luka pada tubuhnya dan luka dalam hatinya, Andira masih mengingat betul sentuhan kasar dari Raisi Dailuna. Andira tidak menjawab, dia hanya berdiri kaku, dengan ujung jemari tang bergetar sempurna. Dulu, dia menganggap Raisi adalah pemuda yang lebih baik dari ayahnya, yakni Martin Dailuna, namun sekarang, Raisi jauh lebih berbahaya dari Martin Dailuna. Oh ya, Martin sama sekali tidak berbahaya. "Andira, tolong maafkan aku," ucap Raisi sekali lagi, dengan ketukan pelan dan lembut, suara lembut dan manis didengar, namun begitu mengerikan untuk didengar oleh Andira. "Aku tidak akan membuka pintunya, Anda boleh pergi Tuan Muda!" Suara
Baca selengkapnya