Share

Chapter 145

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rumah besar yang sepi, bahkan petugas di rumah itu terlihat seperti sia-sia, tukang kebun terlihat bosan karena tak tahu ingin mengerjakan apa, pak satpam yang hanya duduk dan meminum kopi, serta supir pribadi yang tidak mengantar siapapun.

Andira memantau pekerja itu melalui jendela. Ketiga pekerja yang tak sibuk, mereka hanya asik tertawa dan berbincang.

Andira juga hanya sendiri di rumah itu, Raisi meninggalkan rumah, Hatice pergi bekerja dan Martin pun sama. Dia hanya sendiri di rumah yang begitu besar, dan bingung ingin melakukan apa.

Sedangkan Martin, di kantornya, kolega-kolega bisnisnya mendatanginya, mereka membicarakan tentang hubungan pernikahan Martin yang telah kandas. Teman-teman lama serta kerabat keluarga Dailuna juga mempertanyakan tentang pernikahan yang kandas itu.

"Kenapa bisa bercerai?"

"Apa yang mungkin menjadi penyebabnya?"

"Kau tahu? Kau adalah keturunan Dailuna pertama yang mengalami perceraian."

"Ayahmu pasti kecewa terhadap mu!"

"Keluargamu hancur Martin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 146

    Martin terlihat masih berada di dalam ruangannya, menunggu Andira kembali menghubunginya, dia diam dan hanya memandangi ponsel miliknya, dan akhirnya, ponselnya berdering. Dengan sigap dan begitu lincah Martin meraih ponsel miliknya. "Iya Andira?""Andira?" Suara laki-laki, ternyata Rami. Martin menjauhkan ponselnya dari telinganya dan menatap layar ponsel yang tercantum nama Rami. "Kau rupanya." Martin saat kembali mendekatkan ponsel miliknya di telinga. "Andira, gadis pembantu mu itu?" tanya Rani sekali lagi. "Apa pentingnya bagimu, sekarang katakan kabar apa yang kau bawa?" "Oh ya, aku mendapatkan informasi dari media-media yang mengabarkan mu, yang memberitakan tentangmu itu, rupanya ada dua sumber yang memberitahu para media, yang pertama adik iparmu, maksudku mantan adik iparmu, dan yang kedua, tanpa nama, aku tidak bisa melacaknya, sepertinya ada yang membenci mu selain mantan istri mu dan juga adiknya," jelas Rami di balik ponsel. Martin yang mendengar penjelasan Rami m

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 147

    "Andira apa kau berada di dalam sana? Andira aku hanya ingin meminta maaf, tolong maafkan aku atas apa yang aku lakukan kemarin, kau bisa memaafkan ku?" Suara itu, ucapan itu membuat Andira merasakan getaran sempurna pada sekujur tubuhnya. Dia mengingat bagaimana Raisi memperlakukannya, bagaimana Raisi Dailuna begitu kejam padanya. Dia masih merasakan luka pada tubuhnya dan luka dalam hatinya, Andira masih mengingat betul sentuhan kasar dari Raisi Dailuna. Andira tidak menjawab, dia hanya berdiri kaku, dengan ujung jemari tang bergetar sempurna. Dulu, dia menganggap Raisi adalah pemuda yang lebih baik dari ayahnya, yakni Martin Dailuna, namun sekarang, Raisi jauh lebih berbahaya dari Martin Dailuna. Oh ya, Martin sama sekali tidak berbahaya. "Andira, tolong maafkan aku," ucap Raisi sekali lagi, dengan ketukan pelan dan lembut, suara lembut dan manis didengar, namun begitu mengerikan untuk didengar oleh Andira. "Aku tidak akan membuka pintunya, Anda boleh pergi Tuan Muda!" Suara

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 148

    Setelah beberapa saat kemudian, dan akhirnya Andira merasa tenang karena tak mendengar tanda-tanda keberadaan Raisi. Akhirnya Andira merasa berani kembali untuk membuka pintu kamarnya. Dengan pelan dia membukanya dan betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang berdiri tepat di hadapannya, namun bukan Raisi melainkan orang lain dengan topeng yang menutupi wajahnya. Mulut Andira ditutupi dengan kain yang berisikan obat bius, dan langsung saja gadis itu, tak sadarkan diri. Pria itu membawa Andira keluar dari rumah besar Martin Dailuna dengan melalui pintu belakang rumah yang sedikit dirahasiakan, hanya Martin dan keluarga sebelumnya yang tahu, bahkan Raisi juga tidak tahu. Dengan cepat dan sigap, orang berperawakan pria tinggi itu melewati lorong panjang ke belakang dan menggendong tubuh Andira, sampai di luar kita hanya akan melihat padan rumput yang luas dan terlihat mobil tua di sana. Andira langsung dimasukkan ke dalam mobil itu. Dan sebelum pergi, pria misterius itu menaruh se

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 149

    Martin mengangguk dan dibantu merapikan setelan miliknya, hingga dia betul-betul terlihat tampan untuk pria sesuainya. Rambutnya tersisir rapi dan wajah yang begitu bersih dengan mata coklat yang bercahaya. Dia berterimakasih lalai membayar dan pergi dari sana. Berbicara tentang penampilan Martin Dailuna, dia begitu memesona untuk pria seusia dirinya, mungkin belum terbilang sangat tampan, namun pakaian serta penampilannya yang mewah membuatnya jauh lebih menawan dari sebelumnya. Tentu, dia pria yang kaya dan sedang jatuh cinta. Saat Martin pergi, terlihat pemuda itu memandang ke arah televisi yang ada di ruangan kerjanya, dia melihat siaran TV yang menayangkan tentang Martin Dailuna. Dia mengernyitkan keningnya dan matanya menyipit mencoba menerka apa betul pria yang berada di telivisi benar adalah pria yang tadi dia layani? Dia melihat berita yang tidak baik tentang Martin Dailuna. "MARTIN DAILUNA BERCERAI DENGAN ISTRINYA DIKARENAKAN PERSELINGKUHANNYA DENGAN GADIS YANG LEBIH MU

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 150

    Martin terdiam dengan surat dan bunga yang terjatuh, dia diam lemas dan kedua matanya membulat, nafasnya agak sesak, namun dia berhasil mengatur kembali nafas miliknya. Setelah berhasil mengatur nafasnya, dia kemudian dengan lincah dan buru-buru keluar dari kamar itu, mendaki tangga dan masuk ke ruangannya, dia membuka sebuah brangkas yang tersembunyi dan mengambil sebuah senjata di sana. Pistol hitam dengan ukuran normal langsung dia selipkan pada mulut celananya. Dia lalu berlari dengan begitu lincahnya menuruni tangga dan keluar dari istananya, menancap gas mobilnya dan meninggalkan istana Dailuna. Terlihat dia begitu panik, kita bisa melihat pada wajah dan matanya, kepanikan yang luar biasa. Martin Dailuna, kedua tangan yang menyetir itu terlihat bergetar, nafasnya kembali tak teratur, terlalu cepat hingga membuatnya kesulitan bernafas. Dengan tiba-tiba dia menghentikan mobilnya dan meminggirkannya. Dia menunduk ketakutan, apa yang terjadi? Siapa yang mungkin melakukan ini pad

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 151

    "Kau kah itu? Kau kah yang mencurinya? Ha!? Katakan! Dimana Andira keparat!"Martin dengan suara keras dan berteriak. "Aku lupa mengatakan bahwa kau tidak seharusnya membawa seorang polisi!" Suaranya juga lantang dibalik ponsel. Mendengar perkataan lawan bicaranya di balik ponsel miliknya, Martin langsung menoleh dan melihat ke belakang, dia melihat polisi muda itu bersembunyi diantara malam dan semak. "Sial! Aku tidak menyuruhnya, dia adalah polisi lalu lintas, dia bukan siapa-siapa!" "Oh ya? Kau bisa buktikan? Dengan... Menembaknya di kepala?" "Sial!""Tuan Dailuna, kau inginkan Andira bukan?" Suara dingin dibalik ponsel itu membuat Martin seketika berlutut di pasir-pasir pantai. "Apa yang kau inginkan dariku? Ha! Siapa kau?!" "Siapa aku? Aku adalah orang yang patah hati karena mu, kau... Kau membunuh Mia ku! Dan saat ini, aku hanya ingin... Aku hanya ingin kau menderita, Tuan... Tuan Dailuna, jemput lah jasad kekasih muda mu ini!"Mata Martin langsung membulat dan berkaca-kaca

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 152

    "Aku menemukannya! Aku menemukannya!" teriak pemuda itu dengan tubuh Andira di dekapannya. Martin muncul dari dalam air dan memalingkan pandangannya pada pemuda dan Andira. Dia berjalan lincah menerobos air laut dan anak-anak ombak. Mereka lalu berjalan ke pinggir pantai, dan meletakkan tubuh Andira dengan kaki dan tangan terikat, mata yang tertutup, dan tubuh yang tak berdaya, tubuh itu kini diletakkan di atas pasir pantai dan dinginnya malam. "Andira, Andira..., Bertahanlah." Martin sambil menepuk-nepuk pipi Andira dan mencoba mengecek denyut leher Andira. Hatinya cukup lega saat menemukan denyut nadi Andira. "Kita harus ke rumah sakit!" Martin dan langsung mengangkat tubuh Andira namun polisi muda itu menahannya dan berkata, "Tunggu, kita tidak punya waktu untuk membawanya ke rumah sakit." Dia lalu setengah jongkok di sebrang Martin dan di samping tubuh tak berdaya Andira. "Kita harus mengeluarkan air yang masuk ke dalam tubuhnya," ucapnya dengan lincah, dan memandang Martin se

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 153

    Hingga akhirnya mereka sampai di rumah sakit, dan Andira langsung mendapatkan perawatan tercepat di rumah sakit itu, rupanya Hatice belum pulang dan dia sendiri yang akan merawat Andira. "Apa yang terjadi?" tanya Hatice, berjalan dengan tergesa-gesa di samping Martin yang juga tergesa-gesa mengejar Andira di depan. "Aku tidak akan menjelaskannya di sini, cukup selamatkan dia!" Martin dan berhenti tepat di hadapan pintu UGD. "Tunggulah di sini, atau pulanglah, beristirahat, aku akan mengurus semua ini Kak," ucap Hatice dan menahan Martin untuk tetap berjalan masuk ke dalam UGD. "Pulang? Kau ingin aku pulang sementara Andira berada di sini?" Martin merasa tersinggung. "Bukan begitu, tapi itu semua terserah Kakak, aku hanya mengatakan apa yang seharusnya saya katakan!" Lalu Hatice masuk ke dalam ruang UGD dan menangani pasiennya. Martin terlihat begitu panik hingga seseorang datang padanya, oh ya, polisi muda itu sejak tadi membuntutinya. Dia membawa segelas kopi untuk Martin dan

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 314

    Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 313

    Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 112

    Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 311

    "Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 310

    Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 309

    "Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k

DMCA.com Protection Status