Semua Bab Nafsu Gelap Sang Majikan: Bab 131 - Bab 140

317 Bab

Chapter 131

Sarah sendiri kembali ke rumahnya, rumah mendiang ayahnya dimana di sana juga tinggal Raynaldi. Kadang Raynaldi tidak berada di sana karena mengingat bahwa dia cukup bermusuhan dengan ayahnya, namun kadang dia juga tinggal di sana. Salah satu alasan Raynaldi tidak ingin bekerja di perusahaan milik ayahnya yang sekarang dijalankan oleh Sarah, itu dikarenakan bahwa setiap saham di perusahaan itu hanya untuk Sarah, hampir semua yang dimiliknya hanya untuk Sarah sedangkan untuknya hanya sebuah lahan di pedesaan. Bagaimana tidak kesal. Hanya lahan di pedesaaan. Di rumah itu sama sekali tidak ada pelayan, hanya tukang bersih-bersih yang datang setiap dua kali sepekan. Raynaldi memecat semua pekerjanya karena hanya dia yang tinggal di rumah itu, dia juga belum menikah, dan hanya sendiri, untuk apa seorang pelayan? Mendengar bahwa Raynaldi memecat pelayannya membuat Sarah terkejut pada awalnya, namun dia sudah terbiasa dengan sikap menjengkelkan adiknya. "Bertengkar lagi dengan Martin?" R
Baca selengkapnya

Chapter 132

Hatice terlihat berkemas, dia memasukkan pakaian ke dalam koper, lalu berhenti dan duduk di pinggir ranjang saat lelah mendengar sejak tadi Lutfi berkata, "Aku akan menjelaskannya!" "Okey, jelaskan!" Dia duduk tegak di pinggir ranjang, Lutfi yang tadi berdiri juga ikut duduk di samping Hatice. Dia diam, matanya saling menatap, menatap mata Hatice yang sudah berkaca-kaca dan basah membuat Lutfi hilang kata-kata sekaligus bingung ingin berkata apa. "Nah kan, kau tidak bisa menjelaskannya!" Lalu Hatice menghela nafas, dia terisak dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lutfi yang melihat itu merasakan sesuatu yang menyakitkan, kenapa istrinya begitu terlihat sedih, dia berpikir bahwa Hatice sama sekali tidak mencintainya. "Aku melakukannya karena aku pikir kau tidak mencintaiku," ucapnya membuat Hatice langsung menurunkan kedua telapak tangannya dari wajahnya, dia menatap ke arah Lutfi dengan mata basah. "Aku memang tidak mencintaimu, aku mencintai Kakakku, aku juga me
Baca selengkapnya

Chapter 133

Pagi yang melelahkan, mataharinya cukup cerah namun cukup melelahkan bagi para manusia yang sibuk apalagi mereka yang baru saja melalui masalah. Saat terbangun, Andira langsung menuju kolam renang, dia mencari pakaian dalamnya yang terlepas semalam. Pada akhirnya dia menemukannya dan langsung membawanya masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu dia kembali ke kolam renang dan mengganti airnya. Setelah itu dia kembali memasak, membawa makanan untuk pekerja rumah yang lainnya, serta menyuruh Pak Rustam agar membersihkan taman bagian belakang. Dengan senang hati Pan Rustam membersihkan taman bagaian belakangnya. Jam sarapan pagi, Raisi mendatangi Andira dan meminta maaf. "Apa aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Raisi, dia berdiri di samping Andir yang sedang membersihkan piring yang banyak. Dia belum sempat membersihkannya semalam. "Apa maksudnya?" "Kau mendadak pergi. Apa kau tidak menyukainya?" tanya Raisi lagi. "Bukan Tuan Muda yang membuatmu tidak nyaman, tapi suasananya terlalu din
Baca selengkapnya

Chapter 134

Sarah terlihat mengencangkan laju mobilnya, dia terlihat rapih, mungkin akan ke kantor, namun saat ini dia melakukan mobilnya ke rumah kediaman Dailuna. Di perjalanan dia melihat mobil Martin sudah berlalu pergi, itu kesempatan yang baik. Beberapa saat kemudian dia sampai dan masuk ke dalam gerbang rumah besar Dailuna. Dia hanya memarkirkan mobilnya tepat di hadapan teras rumahnya. Dia buru-buru masuk ke dalam rumah, dia melihat Andira naik melalui tangga. Dia mengikutinya, Andira membawa nampan dan berjalan ke kamar Randy. Setelah memastikan itu kamar Randy, Sarah kembali turun dan malah menuju ke ruangan kerja Martin. Ruangan kerjanya terkunci. Seperti biasa, terkunci. Tapi untungnya Sarah membawa kunci cadangan yang bisa membuka semua pintu yang ada di rumahnya. Kunci itu sebenarnya dipegang oleh Martin, namun Sarah diam-diam mengambilnya, Martin adalah orang yang pelupa untuk barang-barang kecil. Sarah membukanya dan masuk ke dalam ruangannya. Dengan cepat dia langsung membuka
Baca selengkapnya

Chapter 135

"Dimana perawatku?" Randy bertanya pada Andira yang baru saja tiba dengan nampan makanan di tangannya. Sembari menaruh nampan makanan itu, Andira menjawab, "Tuan Martin mengatakan bahwa aku yang harus merawat Tuan Muda, jadi aku di sini," jelasnya dengan pelan dan lembut. "Kau?" Mata Randy melotot menatap Andira. "Iya Tuan." Randy menghela nafas panjang, dia kesal namun perutnya sudah sangat lapar dan sejak tadi badannya terasa remuk. "Aku akan menyuapi mu Tuan Muda," ucap Andira lagi. "Tidak usah, aku sendiri yang akan melakukannya, tinggal siapkan obat ku, dan makananku, lalu kau bisa tinggalkan aku," ucapnya ketus. "Aku tidak bisa, aku harus mengawasi Tuan Muda." "Pergilah!" Suaranya meninggi. Andira terhentak mundur setelah mendengar suara kasar Randy. Andira berusaha menenangkan perasaannya dan berdiri dengan tegak lalu berkata lagi, "Baiklah, Tuan Muda tahu caranya meminum obat dan makan sendiri. Aku akan pergi."Andira berjalan pergi, dia keluar dari kamar Randy dengan
Baca selengkapnya

Chapter 136

Pagi berlalu, siang berlalu, sore berlalu, dan akhirnya malam tiba. Makan malam juga selesai, Raisi tidak pulang entah kesibukan apa yang membuatnya tidak pulang. Nadira juga langsung ke kamarnya dan asik dengan dirinya sendiri, Andira juga sudah membawakan makanan pada Randy yang berwajah masam. "Datanglah ke ruanganku," ucap Martin setelah makan malam selesai. Dia mengatakannya pada Andira yang baru selesai membersihkan meja makan. Andira juga ingin berbicara pada Martin. Andira berjalan di belakang Martin dengan hati yang berdebar, hingga akhirnya mereka sampai di ruangan Martin Dailuna. Saat sampai Martin langsung menutup rapat-rapat pintunya. "Aku ingin bicara," ucap Andira sesaat saya Martin mengunci pintunya. "Oh ya?" Martin mendekat, dia berjalan maju ke depan Andira. Tangannya gemetar dan berkata, "Aku rasa Nyonya Sarah mengetahuinya," ucapnya. Kening Martin mengernyit. "Mengetahui apa?" "Kita." Martin terhentak dan langsung terkekeh. "Kenapa jika tahu?" Tangan Mar
Baca selengkapnya

Chapter 137

Sarah menolak perceraian, bukan karena dia masih mencintai Martin atau ingin menguras harta Martin, toh dia telah jatuh cinta pada Lutfi dan dia juga masih terbilang cukup kaya untuk hidup. Dia hanya ingin mempertahankan pernikahannya karena dia tahu betapa tidak menyenangkannya hidup dengan orang tua yang bercerai. Dia sangat menyayangi anak-anaknya, namun dia juga tidak ingin melepas Martin begitu saja, dia telah menderita dengan pernikahannya, maka Martin juga harus menderita dengan pernikahan mereka.Hatice juga sudah resmi bercerai dengan Lutfi dan kini Hatice menetap di rumah Martin. Dia juga merasa bebas karena tidak lagi merasa terkekang atau harus bersembunyi untuk bertemu dengan Ibrahim.Namun ada masalah, Hatice tidak ingin Andira tetap berada di rumah itu."Tidak boleh!" Martin membesarkan suaranya, dia berdiri dari duduknya."Aku tidak akan melepas Andira begitu saja hanya karena kau tidak nyaman Hati! Dia akan tetap berada di rumah kita!""Sampai kapan?" Hatice ikut berd
Baca selengkapnya

Chapter 138

Martin menerobos masuk ke dalam pintu ruangan kerja Sarah dimana saat itu Sarah sedang dalam pembicaraan dengan seseorang di balik ponsel. Sarah sontak kaget dan langsung mematikan ponselnya, dia menaruhnya dengan cepat di atas meja. "Apa kau gila! Kau hampir saja membunuhku karena serangan jantung!" Sarah dengan suara yang meninggi. Martin tak menghiraukan dia langsung menutup pintu itu dan menguncinya dari dalam. "Apa kau macam-macam denganku? Ha!" Suara Martin tidak kalah besar. Dia mendekat ke depan Sarah dan telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah Sarah. "Apa maksudmu?" Mata Sarah membulat berani menatap Martin. Sedangkan Martin dia semakin mendekat dan tangannya mencengkram lengan Sarah. "Aku tahu kau yang memasang kamera tersembunyi di ruanganku bukan? Ha?! Lalu kau menyuruh seseorang untuk menelpon ku dan mengancam ku! Kau pikir ini menyenangkan?"Mendengar ucapan Martin, Sarah kini sadar bukan hanya dia yang dihubungi oleh pria misterius. "Aku sama sekali tidak mengerti apa y
Baca selengkapnya

Chapter 138

Hari persidangan, Martin dan pengacaranya terlihat duduk berdampingan begitupun dengan Sarah bersama pengacaranya. Hatice tidak ingin mendukung siapapun, dia lebih memilih untuk tidak ikut dalam persidangannya. Tidak ada yang datang selain Martin dan Sarah. Hakim terlihat duduk di kursi kebesarannya dengan palu ketuk terletak di hadapannya. Semuanya berjalan lancar hingga Sarah mengeluarkan buktinya, bahwa bukan hanya dia yang melakukan perselingkuhan tapi Martin juga melakukannya. Jika perceraian terjadi maka Martin harus membayar kompensasi dan biaya tunjangan, bukan hanya untuk Sarah saja tapi untuk anak-anak yang akan diasuh oleh Sarah. Martin terhentak diam setelah hakim memutuskan bahwa Martin harus membayar kompensasi juga tunjangan hidup. Hak asuh anak belum ditentukan. Di sini Martin lah yang bersalah, dan Sarah, dia menerima perceraiannya. "Sidang hak asuh akan dilakukan bulan depan, dan untuk saat ini, anak-anak harus bersamaku, aku akan menjemput mereka, dan aku harap
Baca selengkapnya

Chapter 140

Martin terlihat panik, dia mondar-mandir di kamar tidurnya dengan ponsel di tangannya. Dia terus menghubungi Hatice namun Hatice tidak mengangkat ponsel Martin. "Ini sudah tengah malam, tapi dia belum pulang." Martin terus menghubungi yang bisa dia hubungi. "Apa Dokter Hatice masih di rumah sakit?" tanyanya, dia memandang keluar jendela kalau-kalau melihat mobil Hatice masuk melalui gerbang, namun tidak ada tanda-tanda mobil aku masuk. "Dokter "Hatice sejak tadi sudah pergi, Tuan," jawab seseorang di balik telpon. "Sejak jam berapa?""Sejak sore, dia sudah pulang Tuan," jawabnya lagi. "Baiklah." Martin mematikan hubungan ponselnya dan menelpon Lutfi. "Apa Hatice bersamamu?" tanya langsung tanpa adanya basa-basi. "Kenapa bertanya pada mantan suaminya?" Jawaban yang tidak ingin didengar oleh Martin, namun dia sudah mendapatkan jawaban dari perkataan itu. Lalu dia menghubungi Ibrahim. "Apa Hati sedang bersama mu?" tanya nya langsung tanpa adanya basa-basi. "Iya, dia sedang be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
32
DMCA.com Protection Status