Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 111 - Chapter 120

317 Chapters

Chapter 111

Martin dan Raisi saat ini tengah sarapan. Dan Martin sendiri terlihat dengan wajah kesalnya. Andira meninggalkan mereka setelah menyiapkan makanan, dia malah berkirim pesan dengan seseorang."Dia tega sekali," sahut Raisi, namun tidak dihiraukan oleh Martin. Martin Dailuna sendiri asik dengan makanan yang yang dikunyahnya."Apa yang Papa akan lakukan? Jika Mama berselingkuh?"Pertanyaan yang membuat Martin berhenti mengunyah dan langsung menelan makanannya dengan dua tegukan air. Dia menghela nafas dan berkata, "Dua sudah lakukan," jawabnya dan melanjutkan kembali sarapannya.Jawaban ayahnya membuat Raisi berpikir sejanak dan memandang ke arah ayahnya."Mama selingkuh?" Matanya menatap tajam sang ayah."Dia lebih cepat dariku." Martin menjawab diiringi dengan menolehnya dia ke arah Raisi.Raisi tidak percaya dan hanya terkekeh kecil."Tidak mungkin Mama seperti itu," ucapnya, tangannya meraih gelas berisikan air dan langsung meneguknya."Tidak usah percaya. Perceraian kami sebentar la
Read more

Chapter 112

Pak Mamat melangkah ke arah pintu rumah Martin Dailuna, dan pintu itu sama sekali tidak terkunci. Raisi keluar dengan buru-buru dan hanya membanting pintu tanpa menguncinya. Karena itulah Pak Mamat dengan mudah langsung membuka pintu rumah itu.Dia sesekali menatap ke arah belakang, dimana Pak Rustam dan Pak Kader melihat ke arahnya, tangan Pak Rustam terlihat melambai dan memberi isyarat untuk masuk.Pak Mamat melangkah masuk dengan pelan tanpa menutup pintu rumah itu, dia membiarkan pintunya agar tetap terbuka. Kini dia berjalan dengan cepat. Dia mendengar suara di area dalam ruang makan. Untungnya rumah besar ini memiliki beberapa tiang yang berukuran besar dan tinggi, sehingga bisa membuat siapapun bersembunyi dan tak terlihat jika berada di balik tiang dinding itu.Pak Mamat kini menempel pada tiang dinding yang berdekatan dengan ruang makan. Dia mengintip ke arah Martin yang sedang lahap memakan makanannya. Lalu mata Pak Mamat mulai membulat saat dia melihat Andira keluar dari r
Read more

Chapter 113

Beberapa saat kemudian, saat Andira keluar dari dapur dan Martin masih duduk di tempatnya dimana meja masih terlihat beberapa sisa makanan, Andira kembali melap dan membersihkan mejanya dengan alat lap.Martin terlihat memijat-mijat keningnya, perasaannya sangat bimbang, sangat-sangat bimbang.Saat selesai melap Andira kembali duduk di kursi dan ikut larut dalam kebimbangan."Apa yang akan Tuan lakukan jika aku pergi?" tanya Andira tiba-tiba."Kau tidak akan pergi."Andira kembali diam, dia melihat Martin yang masih terlihat sangat-sangat lelah. Tentu saja, dia baru saja melihat putranya terjatuh dari tangga. Atau mungkin putranya akan melalui hari-hari dengan kebencian terhadap ayah dan juga Andira."Aku akan ke kamarku." Andira dan berdiri dari duduknya. Martin tidak berniat menahannya dan akan membiarkan Andira berlalu. Namun nyatanya tangannya menahan pergelangan tangan Andira."Duduk."Andira pun kembali duduk."Tetaplah bersamaku."Sudah jelas apa yang dilihat Pak Mamat, sangat-
Read more

Chapter 114

Sebuah pesan didapatkan oleh Ibrahim, begini pesannya, "Dia ingin mengumumkan perceraian dengan Sarah." Setelah membacanya Ibrahim langsung menyadari bahwa selain mengumumkan perceraian, Martin juga ingin memberitahu tentang perselingkuhan dirinya dengan Hatice. Dia menelan ludah saat menyadari hal itu. Saat ini, dia tengah duduk di hadapan Hatice, mereka menunggu makanan yang mereka pesan untuk tiba. Dia mematikan daya ponselnya dan menaruhnya di atas meja. Dia memandang ke arah Hatice yang menatapnya dengan senyum. Dia membalas senyum itu begitu tulus. Ibrahim menopang dagunya dan menatap ke arah Hatice lalu berkata, "Aku ingin bertanya sesuatu padamu.""Silakan." Hatice yang ikut menopang dagunya menatap Ibrahim. "Bagaimana jika kita kabur bersama." Hatice tercengang sejenak lalu terkekeh. Dia menjawab, "Kau becanda bukan?""Tidak. Aku betul-betul tidak bercanda. Aku pikir Martin tidak suka denganku. Kau tidak berniat untuk cerai?" Hatice menganga tipis mendengar Ibrahim yang s
Read more

Chapter 115

Masih berada di meja makan Dailuna. Andira dan Martin masih sedang bercakap dan memandang. "Anda belum mandi bukan? Sebaiknya mandi dulu." Andira yang sudah berniat untuk pergi. "Kau ingin mandi bersamaku?" Martin yang menyeringai menatap Andira. "Aku sudah mandi.""Kau bisa mandi lagi. Mandilah bersamaku."Martin mengajak sekali lagi. Andira berpikir lagi, dia bimbang, ingin menolak, untuk hari ini dia sudah sangat lelah, walau dia juga begitu menikmati momen pertamnya. "Tuan Martin, pinggangku masih sakit."Martin tersenyum dan menyentuh lembut pipi Andira. "Hanya mandi, temani aku." Andira berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah."Martin dan Andira kini berdiri dari duduknya, Martin berjalan di depan. Martin berniat untuk mandi di kamarnya namun Andira berkata, "Di kamarku saja," ucapnya sambil menahan lengan Martin. Martin pun menoleh dan tersenyum, dia mengangguk dan melanjutkan jalannya. Saat Martin berjalan jauh ke depan, Andira lalu meraih ponselnya dan mengetikkan pesa
Read more

Chapter 116

"Aku akan datang," ucap Hatice dari balik telpon. "Untuk apa?" Martin bertanya, sesekali matanya menatap Andira yang sedang memasak. "Aku ingin bertanya sesuatu, aku ingin bicara.""Kau bisa bicara sekarang, Hati. Tidak usah datang ke sini." "Aku datang. Apa Raisi ada di sana?" "Aku tidak lihat sejak siang." "Hanya Kakak dengan gadis pembantu itu?""Iya.""Aku akan datang, aku akan menginap di sana. Aku akan membawa Nadira pulang, Randy masih diharuskan untuk menginap di sini. Bye."Mendengarnya, Martin menghela nafas dan merasa kesal. Setelah bicara dengan adiknya melalui telpon, dia berjalan ke arah Andira dan menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Masak lebih banyak, Hati dan juga Nadira akan kemari," ucap Martin matanya memandang Andira yang terlihat sibuk. "Syukurlah.""Syukurlah?" "Iya. Itu tandanya Anda tidak akan memintaku lagi." Martin menganga namun diiringi dengan kekehan. Dia diam dan tak membalas apa yang dikatakan Andira. Namun Martin menanyakan hal lain, agar su
Read more

Chapter 117

Dia berjalan dengan kaki panjangnya yang cukup lincah ke arah pos satpam, untuk kali ini, karena rasa bosannya dia ingin berbicara dan berbaur sejenak dengan pekerja rumah. Dia memberi senyum pada setiap pekerja rumahnya, Pak Rustam dan Pak Kader memberikan senyum ramah sementara Pak Mamat memberi senyum kecut. "Malam," sapa Martin, dia berhenti tepat di hadapan pos satpam. "Malam Tuan." "Kok Anda belum pulang Pak Rus?" tanya Martin, dia memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Menatap dengan ramah pekerjanya. "Masih ingin di sini Tuan. Lagi pula kalau pulang tidak melakukan apa-apa. Di sini bisa bicara dengan Pak Kader dan Pak Mamat." Mendengar penjelasan Pak Rustam, Martin mengangguk-angguk dan memberi senyum. "Kalau boleh tahu, kondisi Nak Randy bagaimana, Tuan?" Pak Kader mulai bertanya. "Syukurlah, dia sudah terbangun, mungkin beberapa hari dia akan pulang dan sembuh." Pak Kader dan Pak Rustam tersenyum menyeringai dan mengangguk. "Nyonya Sarah dan Dek Nadira tidak
Read more

Chapter 118

Saat Randy sudah tertidur pulas, Sarah menciumi kening putranya itu, lalu keluar dari kamar rawat Randy. Dia melihat malam sudah mulai larut. Nadira dan Hatice juga baru saja pergi, dan rumah sakit mulai terlihat sepi. Para dokter dan suster mulai beristirahat, dokter yang bertugas saat malam berada dalam ruangan mereka. Sarah berjalan-jalan dan keluar dari rumah sakit, dia menghirup udara malam, dan merasakan angin malam menyentuh kulitnya. Dia rindu dengan seseorang, Lutfi tentu saja. Dia ingin bertemu, karena dalam waktu dekat Lutfi akan segera tugas dan melakukan penerbangan. Sarah meraih ponselnya dan menghubungi pria yang telah membuatnya jatuh cinta. "Kemarilah, temani aku." Sarah dengan ponsel yang dia tempelkan di telinganya. "Kau masih di rumah sakit? Bagaimana dengan Hati?" "Dia ke rumahku. Temani aku, aku kesepian sendiri di sini. Randy juga sudah tidur." "Baiklah, aku akan ke sana. Sebelum ke sana, ingin titip sesuatu?" "Minuman soda." "Roti? Atau makanan berat?""T
Read more

Chapter 119

Hari yang melelahkan, betul-betul melelahkan namun juga hari yang berkesempatan untuk saling bertemu kekasih gelap. Martin yang diam-diam bercinta dengan Andira, Sarah yang menghabiskan malam dengan Lutfi, dan juga Hatice yang menghabiskan sorenya bersama Ibrahim. Mereka masing-masing saling menghabiskan waktu dengan pasangan yang seharusnya tidak mereka jadikan pasangan. Mereka larut dalam cinta yang gelap, kelam, dan akan menghancurkan mereka satu persatu. Sarah dan Lutfi saling bersandar dan Sarah yang tertidur dengan kepala yang bersandar di bahu Lutfi. Lutfi sendiri bahkan tidak tertidur semalaman untuk memastikan Sarah tetap nyaman. Sementara Martin dia tidur nyenyak di kasurnya. Hatice pun demikian, dia tidur berpelukan dengan Nadira. Hatice tidur bersama Nadira di kamar Nadira. Raisi juga sama, dia tidur dengan keadaan yang betul-betul lelah dan sedikit pusing, akibat dari minuman keras yang diminumnya. Andira sendiri tidur dalam keadaan yang terbebani. Hari ini dia akan ber
Read more

Chapter 120

Setelah mengatakan itu, Andira berjalan keluar dapur, sementara Hatice, dia tercengang. Jika mereka saling menyukai, itu tandanya, sudah terjadi sesuatu di antara mereka. Mungkin itu alasan pasti kenapa Martin ingin bercerai, karena Andira juga sudah menyukainya. Itu yang dipikirkan Hatice. Andira sendiri berjalan keluar, saat akan membuka pintu Martin terlihat turun dari tangga dengan baju tidur yang melekat pada tubuhnya. Andira menyapanya dengan senyum dan Martin dengan lincah menghampirinya. "Roti isi?" "Aku selalu membawakan ini untuk mereka." "Tidak ada untukku?" "Anda bisa buat sendiri di dalam." Martin mengernyit. "Berani sekali nyuruh-nyuruh majikan." Andira hanya tersenyum jengkel. Merkea terdiam, hening sejenak, Martin memijat leher bagian belakangnya dan memandang Andira yang terus memalingkan pandangannya. "Baiklah, bawakan mereka makanan itu." Martin dan membantu Andira membuka pintunya. "Eh tunggu." Martin menahan Andira. Martin ingin memberitahu soal Pak Mam
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
32
DMCA.com Protection Status