Share

Chapter 115

Author: Black Eagle
last update Last Updated: 2022-05-20 11:20:25

Masih berada di meja makan Dailuna. Andira dan Martin masih sedang bercakap dan memandang.

"Anda belum mandi bukan? Sebaiknya mandi dulu." Andira yang sudah berniat untuk pergi.

"Kau ingin mandi bersamaku?" Martin yang menyeringai menatap Andira.

"Aku sudah mandi."

"Kau bisa mandi lagi. Mandilah bersamaku."

Martin mengajak sekali lagi. Andira berpikir lagi, dia bimbang, ingin menolak, untuk hari ini dia sudah sangat lelah, walau dia juga begitu menikmati momen pertamnya.

"Tuan Martin, pinggangku masih sakit."

Martin tersenyum dan menyentuh lembut pipi Andira.

"Hanya mandi, temani aku."

Andira berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah."

Martin dan Andira kini berdiri dari duduknya, Martin berjalan di depan. Martin berniat untuk mandi di kamarnya namun Andira berkata, "Di kamarku saja," ucapnya sambil menahan lengan Martin. Martin pun menoleh dan tersenyum, dia mengangguk dan melanjutkan jalannya.

Saat Martin berjalan jauh ke depan, Andira lalu meraih ponselnya dan mengetikkan pesa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 116

    "Aku akan datang," ucap Hatice dari balik telpon. "Untuk apa?" Martin bertanya, sesekali matanya menatap Andira yang sedang memasak. "Aku ingin bertanya sesuatu, aku ingin bicara.""Kau bisa bicara sekarang, Hati. Tidak usah datang ke sini." "Aku datang. Apa Raisi ada di sana?" "Aku tidak lihat sejak siang." "Hanya Kakak dengan gadis pembantu itu?""Iya.""Aku akan datang, aku akan menginap di sana. Aku akan membawa Nadira pulang, Randy masih diharuskan untuk menginap di sini. Bye."Mendengarnya, Martin menghela nafas dan merasa kesal. Setelah bicara dengan adiknya melalui telpon, dia berjalan ke arah Andira dan menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Masak lebih banyak, Hati dan juga Nadira akan kemari," ucap Martin matanya memandang Andira yang terlihat sibuk. "Syukurlah.""Syukurlah?" "Iya. Itu tandanya Anda tidak akan memintaku lagi." Martin menganga namun diiringi dengan kekehan. Dia diam dan tak membalas apa yang dikatakan Andira. Namun Martin menanyakan hal lain, agar su

    Last Updated : 2022-05-20
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 117

    Dia berjalan dengan kaki panjangnya yang cukup lincah ke arah pos satpam, untuk kali ini, karena rasa bosannya dia ingin berbicara dan berbaur sejenak dengan pekerja rumah. Dia memberi senyum pada setiap pekerja rumahnya, Pak Rustam dan Pak Kader memberikan senyum ramah sementara Pak Mamat memberi senyum kecut. "Malam," sapa Martin, dia berhenti tepat di hadapan pos satpam. "Malam Tuan." "Kok Anda belum pulang Pak Rus?" tanya Martin, dia memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Menatap dengan ramah pekerjanya. "Masih ingin di sini Tuan. Lagi pula kalau pulang tidak melakukan apa-apa. Di sini bisa bicara dengan Pak Kader dan Pak Mamat." Mendengar penjelasan Pak Rustam, Martin mengangguk-angguk dan memberi senyum. "Kalau boleh tahu, kondisi Nak Randy bagaimana, Tuan?" Pak Kader mulai bertanya. "Syukurlah, dia sudah terbangun, mungkin beberapa hari dia akan pulang dan sembuh." Pak Kader dan Pak Rustam tersenyum menyeringai dan mengangguk. "Nyonya Sarah dan Dek Nadira tidak

    Last Updated : 2022-05-20
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 118

    Saat Randy sudah tertidur pulas, Sarah menciumi kening putranya itu, lalu keluar dari kamar rawat Randy. Dia melihat malam sudah mulai larut. Nadira dan Hatice juga baru saja pergi, dan rumah sakit mulai terlihat sepi. Para dokter dan suster mulai beristirahat, dokter yang bertugas saat malam berada dalam ruangan mereka. Sarah berjalan-jalan dan keluar dari rumah sakit, dia menghirup udara malam, dan merasakan angin malam menyentuh kulitnya. Dia rindu dengan seseorang, Lutfi tentu saja. Dia ingin bertemu, karena dalam waktu dekat Lutfi akan segera tugas dan melakukan penerbangan. Sarah meraih ponselnya dan menghubungi pria yang telah membuatnya jatuh cinta. "Kemarilah, temani aku." Sarah dengan ponsel yang dia tempelkan di telinganya. "Kau masih di rumah sakit? Bagaimana dengan Hati?" "Dia ke rumahku. Temani aku, aku kesepian sendiri di sini. Randy juga sudah tidur." "Baiklah, aku akan ke sana. Sebelum ke sana, ingin titip sesuatu?" "Minuman soda." "Roti? Atau makanan berat?""T

    Last Updated : 2022-05-21
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 119

    Hari yang melelahkan, betul-betul melelahkan namun juga hari yang berkesempatan untuk saling bertemu kekasih gelap. Martin yang diam-diam bercinta dengan Andira, Sarah yang menghabiskan malam dengan Lutfi, dan juga Hatice yang menghabiskan sorenya bersama Ibrahim. Mereka masing-masing saling menghabiskan waktu dengan pasangan yang seharusnya tidak mereka jadikan pasangan. Mereka larut dalam cinta yang gelap, kelam, dan akan menghancurkan mereka satu persatu. Sarah dan Lutfi saling bersandar dan Sarah yang tertidur dengan kepala yang bersandar di bahu Lutfi. Lutfi sendiri bahkan tidak tertidur semalaman untuk memastikan Sarah tetap nyaman. Sementara Martin dia tidur nyenyak di kasurnya. Hatice pun demikian, dia tidur berpelukan dengan Nadira. Hatice tidur bersama Nadira di kamar Nadira. Raisi juga sama, dia tidur dengan keadaan yang betul-betul lelah dan sedikit pusing, akibat dari minuman keras yang diminumnya. Andira sendiri tidur dalam keadaan yang terbebani. Hari ini dia akan ber

    Last Updated : 2022-05-21
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 120

    Setelah mengatakan itu, Andira berjalan keluar dapur, sementara Hatice, dia tercengang. Jika mereka saling menyukai, itu tandanya, sudah terjadi sesuatu di antara mereka. Mungkin itu alasan pasti kenapa Martin ingin bercerai, karena Andira juga sudah menyukainya. Itu yang dipikirkan Hatice. Andira sendiri berjalan keluar, saat akan membuka pintu Martin terlihat turun dari tangga dengan baju tidur yang melekat pada tubuhnya. Andira menyapanya dengan senyum dan Martin dengan lincah menghampirinya. "Roti isi?" "Aku selalu membawakan ini untuk mereka." "Tidak ada untukku?" "Anda bisa buat sendiri di dalam." Martin mengernyit. "Berani sekali nyuruh-nyuruh majikan." Andira hanya tersenyum jengkel. Merkea terdiam, hening sejenak, Martin memijat leher bagian belakangnya dan memandang Andira yang terus memalingkan pandangannya. "Baiklah, bawakan mereka makanan itu." Martin dan membantu Andira membuka pintunya. "Eh tunggu." Martin menahan Andira. Martin ingin memberitahu soal Pak Mam

    Last Updated : 2022-05-21
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 121

    Martin yang masih dengan pakaian tidurnya berjalan masuk ke dalam area rumah, dia berniat membuat teh kopi sendiri untuk dirinya, namun saat akan ke dapur dia bertemu dengan Hatice yang diam kaku. Melihat adiknya diam tanpa menyapa Martin berniat menyapanya terlebih dahulu. Dia berdiri tepat di hadapan adiknya yang diam kaku. "Pagi, Hati." sapanya dengan menatap mata kecewa Hatice. Adiknya itu tidak menjawab, dan Martin menunggu jawaban, karena tak dijawab, Martin berkata lagi, "Kau baik-baik saja?" Kedua tangannya berada di bahu Hatice. Mendengar sang Kakak dan melihatnya masih berdiri di hadapannya, membuat Hatice merasa kesal dan jengkel. Dia mengangkat kepalanya menatap Martin lalu-- Plak! Dia ditampar, tangan kanan Hatice menampar pipi kiri Martin Dailuna. Wajah Martin sendiri menatap lantai dan tangan kanannya menyentuh lembut pipinya. Dia kembali menatap Hatice dengan tatapan heran dan mulut yang menganga tipis. "Apa yang kau lakukan?" tanya Martin dengan tatapan yang begit

    Last Updated : 2022-05-22
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 122

    Andira akan segera ke rumah ibunya, Pak Mamat sendiri yang akan antar, Martin melihat kepergian gadis itu di teras rumahnya. Andira sama sekali tidak melambai, padahal Martin mengharapkan lambaian tangan dari Andira. Martin sendiri akan segera ke kantornya. Dia sudah lama tidak masuk, namun sebelum ke kantor dia menemui putranya dulu. Dia bersiap dan segera berangkat ke rumah sakit, dalam perjalanan dia mendengarkan musik dari speaker mobil, musik yang tidak terlalu keras suaranya dan begitu lambat. Martin menikmati musik dan perjalanannya, dia juga menikmati imajinasinya. Bibirnya melengkungkan senyum saat mengingat apa yang dia lalui dengan Andira. Awalnya dialah yang agresif namun pada akhirnya, takdir berpihak padanya. Andira adalah keinginan Martin yang terwujud. Perasaan Martin penuh bunga, ibaratkan suatu tempat, hatinya kini menjadi taman bunga. Dia terus tersenyum, dia berusaha mengabaikan masalahnya, dalam benaknya dia menolak mengingat hal yang buruk, dia hanya ingin baha

    Last Updated : 2022-05-22
  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 123

    Setelah mengantar Nadira, Hatice langsung pergi namun bukan ke rumah sakit, Hatice pergi ke suatu tempat. Dia mengirimkan pesan pada seseorang, siapa lagi kalau bukan kekasih gelapnya. "Aku akan segera tiba."Pesan itu terkirim dan Hatice langsung mematikan ponselnya dan semakin melajukan laju mobilnya. Dia sampai alamat dimana rumah-rumah di sana dipenuhi orang-orang, di teras rumah banyak sekali warga, tidak seperti sebelum Hatice datang. Beberapa orang memandangi mobilnya dan terlihat penasaran saat melihat Hatice keluar dari rumah itu. Hatice mengetuk pintunya dan terbukalah dari dalam. Hatice tersenyum saat melihat Ibrahim berdiri di hadapannya. "Masuklah." Dengan langkah pelan Hatice masuk ke dalam rumah itu. Ibrahim menutup pintunya, dia menguncinya dari dalam. Mereka saling memandang dan akhirnya Hatice memeluk Ibrahim, mereka saling berpeluk. "Sejak semalam aku sudah ingin bertemu denganmu." "Sekarang kau sudah bertemu dengan ku." Mereka berlepas peluk, kedua tangan Ib

    Last Updated : 2022-05-22

Latest chapter

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 322

    Ya dia tahu siapa yang membawa Andira, dan anehnya sesuatu menjadi lebih muda baginya, tak ada pengawal sementara Martin memegangi senjata api di tangannya walau dia terlihat terluka di kepala, dan beberapa darah yang mengalir di tangannya, ya sebelum Ibrahim berhasil dijatuhkan oleh Martin, Ibrahim berhasil menyerang Martin dengan irisan balok yang membuatnya terluka. Di sisi yang lain, Martin membuka satu-persatu pintu ruangan yang ada di labirin, sampai akhirnya dia tidak menemukan pintu apa pun, hanya dinding kasar di sekelilingnya, dan yang membuatnya merasa bingung adalah di mana semua orang? Martin tak menemukan siapa pun, tapi dia bisa melihat tanda ayang dia tahu bahwa yang melakukannya pasti Nigel, untuk menjebak Martin, walau Martin paham akan jebakan itu, dia tetap mengikuti pola petunjuk yang dia tidak tahu akan membawa dia ke mana, hanya saja tak ada pilihan lain. "Martin." Langkah kaki Martin terhenti, dia mendengar sesuatu, di belakang, di depan, di samping, lalu s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 321

    Rasa lemas menjalar di sekujur tubuh Martin, dia tidak menyangka bahwa Nigel akan sejauh ini, gadis yang selalu bersamanya yang Martin pikir Litzia telah menjadi gadis yang penting bagi Nigel ternyata saat mencoba membalas dendam dan ambisi gadis itu tidak lain hanyalah sekedar hiburan bagi Nigel. Mata Martin redup, dia kebingungan bagaimana harus merespon apalagi rasa panas dikarenakan cahaya lampu yang langsung mengarah kepadanya membuatnya merasa terganggu. Dia meremukkan rambut-rambut nya yang kusut, dan saat mencoba untuk fokus, dia menemukan sesuatu berada di tangan Litzia, gadis itu menggenggam sesuatu, Martin yang merasa apa yang digenggam Litzia penting langsung meraih tangan gadis itu dan membuka telapaknya, di sana terletak kertas yang mungkin berisikan informasi. Tulisan yang Martin tahu bukanlah milik Litzia melainkan milik Nigel, ya jelas kertas dengan tinta yang ditulis Martin dan berisikan, "Putramu dan Andira selanjutnya, oh ya astaga kau tidak akan menemukan putra

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Bibir Martin terbuka, dia merasa heran siapa yang mungkin yang telah membukakan pintu untuknya, dan kenapa pintu ini bisa terbuka sendiri. Sia menelan saliva berkali-kali tapi dia tidak bisa diam, ya dia tidak seharusnya seperti ini, dia mengepalkan tangan dengan kemarahan yang luar biasa, pada Nigel, Ibrahim dan sedikit rasa kecewa dan kebencian terhadap Andira, atau dia sedang berusaha untuk membenci gadis itu. Tapi sebelum semua itu harus diselesaikan olehnya, dia berusaha untuk menemukan putranya terlebih dahulu, di mana Raisi, dan kenapa semuanya terlihat kacau, kenapa Tidka ada penjaga dan pintu ruangannya sendiri, sel yang dia miliki sendiri yang seharusnya menjadi tempat dia tertahan kini terbuka. Tapi semua itu tidak penting, Martin dia mencoba untuk melangkah pergi, tetapi dia tidak dengan tangan kosong, di dalam saku-saku celananya dia menyimpan pecahan beling yang dia hancurkan sebelumnya dan akan menjadikannya sebagai pertahanan atau cara untuk melawan. Sayangnya dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 320

    Litzia mencoba menyelematkan siapa pun yang bisa dia selamatkan setelah dia berhasil membantu Raisi, yang entah apakah Raisi berhasil keluar dari labirin rumit yang telah dibangun oleh Nigel selama ini atau usaha mereka hanya akan menjadi boomerang. Dia memastikan bahwa Ibrahim mengetahui rencana Nigel untuk menghabisi mereka semua di tempat itu, sehingga mungkin dalam sesaat dia ingin menyelamatkan semuanya, termasuk Andira, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Martin tiada di tangannya. Di sisi yang lain Litzia, dia membuka pintu demi pintu, labirin yang begitu membingungkan, dia tidak bisa menemukan di mana kamar Martin, atau di mana sel Martin disembunyikan, langkah demi langkah dia berusaha untuk dapatkan hingga akhirnya dia menemukan satu ruangan yang tak terjaga, cukup jauh dan firasatnya berkata, mungkin itu adalah Martin. Langkahnya menuju sel itu cepat, dan menemukan seseorang yang bersandar tanpa semangat hidup duduk di lantai. Litzia hanya dapat melihat pria i

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 319

    Beberapa Saat Sebelumnya "Pergilah, kau tidak punya waktu, kau harus meninggalkan tempat ini atau Nigel akan menghabisi mu di hadapan ayahmu. Dia akan mempermainkan Malian berdua sebelum akhirnya mengakhiri semuanya." Dia mencoba membuka gelangan borgol di tangan Raisi sementara Raisi yang terlihat dengan wajah berantakan, darah di sisi wajahnya, dan rambut yang terlihat tak terawat itu memandang bingung. "Bagaimana kau mendapatkan kunci itu ... Astaga kau membahayakan dirimu sendiri Litzia." Raisi menghentakkan tangannya seolah menolak bantuan Litzia tapi gadis ini mencoba untuk tetap membantu Raisi. "Kau tidak tahu bahwa Nigel adalah monster dan dia akan menghabisi kalian, kau, Martin, Andira, semuanya, bahkan Ibrahim tangan kanannya sendiri akan mati di sini jika tidak pergi." "Andira?" Raisi menelan saliva, dia gemetar. "Ya." "Tidak." Raisi yang kedua tangannya sudah terbebas dari borgol itu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau meninggalkan Andira. Bawa aku padanya dan akan

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 318

    Semua tampak jelas, Martin melihat segalanya dalam kesunyian yang tak terhentikan, dia merasa bahwa hidupnya akan selalu seperti ini, menderita. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Andira, tapi dengan biaya sebesar apa? Dan kini, di mana gadis itu? Di mana putranya? Dan demi keinginan yang ia hasratkan semuanya berakhir kacau, dia terjebak di dalam neraka yang abadi. Nigel menghentakkan kepala Martin dan membiarkan dia tergelatak di dalam sana, kini adalah rencana selanjutnya tapi kapan dia akan melakukan rencana selanjutnya? Oh ya dia akan mempermainkan Martin lebih lama, lebih parah, San jauh lebih menyakitkan sebelum pada akhirnya mengakhiri hidup Martin Dailuna. Di sisi yang lain, Ibrahim tak sanggup menahan amarah dendam yang ingin segera mengakhiri hidup Martin, menghancurkan dinasti Dailuna selamanya. Tetapi semua itu berada di tangan Nigel yang memiliki lebih banyak anak buah. "Apa lagi yang kau tunggu?" Ibrahim bertanya, dia tak sanggup menahan diri untuk segera mengakh

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status