Home / Romansa / Harem milik Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Harem milik Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

129 Chapters

Bab 1 : Marigold

Drrrtt-drrrtt-drrrtt-drrrtt."Ha-lo.""Marigold Flora," teriak lawan bicaranya di ponsel, yang menggema di telinga wanita cantik yang berusaha mengumpulkan kesadarannya karena baru bangun tidur."Selamat pagi, my mommy yang paling cantik sedunia flora," sapa Marigold sambil meregangkan tubuhnya dengan malas. "Kenapa pagi-pagi sudah berisik?""Dasar anak kurang ajar," sembur mama Marigold kesal. "Mana janjimu untuk datang ke rumah saat akhir pekan? Ini sudah berlalu dua akhir pekan, dan hidungmu yang cantik itu tidak terlihat di rumah mama. Kamu sudah membuat mama malu, tahu!""Malu kenapa, ma?" balas Marigold sambil memandang langit-langit kamarnya dan tersenyum. Disana, tertempel poster berukuran besar, seorang laki-laki super ganteng dan milyader. Jika orang lain mengidolakan artis dan aktor negeri ginseng, maka Marigold sangat mengidolakan seorang CEO dengan wajah dinginnya. Pertama kali melihat wajah super tampan itu di layar televisi, Marigold
Read more

Bab 2 : Maximilian

"Selamat pagi, Tuan Max," sapa Pak Umar, sopir pribadi yang membukakan pintu mobil untuk tuannya. "Pagi," jawab Max singkat, sambil masuk ke dalam mobil Rolls-Royce silver miliknya, yang akan membawanya beraktivitas pagi ini. "Selamat pagi, Tuan Max," sapa Martin, sekretaris pribadi dari Maximilian Alexander, salah satu pewaris kerajaan parfum dunia, The Alexander's Perfume. Martin duduk di sebelah Max, di kursi jok belakang mobil. "Pagi, Martin." "Jadwal anda hari ini." "Bacakan." "Baik. Jam sembilan ada meeting via teleconference dengan direktur cabang Paris, Inggris, dan Italia. Jam sebelas meeting via teleconference lagi dengan pemegang saham di  New York. Jam satu, ibu anda menginginkan makan siang bersama di restoran Italia kesukaannya. Saya sudah pesan tempat.." "Tunggu, bukannya kemarin mama sudah merecokiku, kenapa siang ini kamu memasukkan lagi jadwal makan siang dengannya?" protes Max yang memandang tajam pada M
Read more

Bab 3 : Sepupu yang skeptis

Di sebuah dojo.. "Hiiyaaaa.." "Hait.. hait..." Plok-plok-plok. "Oke. Untuk latihan hari ini, sudah selesai ya. Kalian semua hebat." "Terima kasih, sensei," ucap serempak para murid kelas karate Marigold. "Terima kasih kembali." Marigold mengambil handuk putih yang tergeletak di kursi tunggu di tepi matras. Disekanya keringat yang mengucur deras di leher dan dahinya. Udara siang ini terasa gerah dan pengap. Sejak pagi tadi, mendung gelap terlihat menggantung tebal di langit, tetapi hujan belum juga turun. "Marigold," panggil seseorang yang masuk ke ruang berlatih, kemudian duduk di kursi dan mengipasi dirinya dengan selembar pamflet. Dia adalah Nina. Gadis berusia dua puluh tiga tahun itu adalah sepupu Marigold, putri pamannya. "Makan siang yuk. Aku lapar." "Tunggu lima belas menit. Aku ingin mandi dulu. Gerah sekali. Seluruh tubuhku lengket," keluh Marigold sambil berlalu ke kamar mandi di belakang Dojo.
Read more

Bab 4 : Laboratorium

Pukul 12.30, Marigold mendorong pintu kaca laboratorium medis. Alisnya mencuat ke atas, melihat antrian yang cukup banyak. Dengan linglung karena mengamati para gadis cantik yang duduk berjejer disana, Marigold mendatangi meja registrasi."Apa mereka semua punya tujuan yang sama denganku?" gumam Marigold sambil menggaruk pelipisnya."Selamat datang. Silakan duduk.""Permisi mbak," sapa Marigold sambil menarik kursi di meja registrasi. "Aku mau..""Mau tes keperawanan?""Loh kok tahu?" seru Marigold keras, lalu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Mbak nya kok bisa tahu?" ulangnya dengan suara berbisik."Coba lihat ke belakang," tunjuk petugas registrasi ke belakang punggung Marigold."Apa?" Marigold bergeser di kursinya dan menoleh ke belakang, ke arah yang ditunjukkan si resepsionis."Mereka semua sedang mengantri melakukan tes keperawanan seperti anda. Sejak pagi tadi, banyak gadis yang mengantri di laboratorium
Read more

Bab 5 : Melamun

Gerimis.Marigold keluar dari laboratorium, lalu menuju ke lapangan parkir. Dibukanya jok sepeda motor dan mengeluarkan jas hujan dari motornya, lalu berdecak sebal. Dibentangkannya jas hujan miliknya dan mengintip di lubang sebesar kepalan tangannya."Akkhhhh," jerit Marigold kesal. "Aku lupa lagi beli jas hujan. Menyebalkan!"Marigold melipat jas hujan berlubang itu dengan asal-asalan, lalu menjejalkannya kembali ke jok sepeda motor. Percuma berat-berat memakai jas hujan, jika ujung-ujungnya basah juga. Lebih tidak pakai sekalian. Kemudian Marigold mengenakan jaket dan mengunci helm yang sudah terpasang di kepalanya, lalu menghidupkan mesin motor bekas miliknya. Udara dingin segera menerpa wajahnya, setelah motornya meninggalkan lapangan parkir motor yang sudah sepi itu.Motor Marigold melaju dengan kecepatan sedang. Setiap kali mengendarai motor seorang diri, pikirannya selalu melamun dan melantur. Tanpa disadarinya, Marigold mengarahkan motornya ke ar
Read more

Bab 6 : Penolong

Sementara itu, di tempat lain. Meeting berikutnya di restoran Perancis yang terletak tidak jauh dari sebuah mall dan kafe-kafe yang menjamur bak musim hujan. Maximilian memandang kelap-kelip lampu kafe. Beberapa pasang kekasih keluar dan masuk ke beberapa kafe. "Hmm, aku belum pernah mendatangi kafe biasa seperti ini. Seperti apa ya rasanya? Apakah sama dengan kafe eksklusif yang sering kudatangi, dengan suasananya yang dingin dan membosankan?" gumam Max yang tertarik pada sepasang kekasih yang saling berangkulan dan tertawa lepas. Kentara sekali mereka saling menyayangi dan mencintai. Ckriitt.. "Ada apa?" tanya Max yang heran karena Pak Umar, sopir pribadinya yang tiba-tiba menghentikan mobil di tempat seperti ini. Tempat meeting berikutnya masih dua puluh menit perjalanan dari sini. "Anu.. Tuan Max, sepertinya ada penjambretan dan perkelahian di depan sana," jawab Pak Umar sambil menudingkan jarinya ke arah jalan yang tersembunyi. Ma
Read more

Bab 7 : Heboh (1)

Nina baru saja menyelesaikan acara mandinya, ketika ponsel yang diletakkan di rak kaca wastafel, berbunyi. Nina segera membebat tubuhnya dengan handuk putih yang lebar dan besar. Diraihnya ponsel itu lalu menekan tombol hijau."Halo? Ada apa Marigold?" sapanya sambil membuka pintu kamar mandi lalu melangkah keluar."Saya Pak Umar. Bisa bicara dengan Nona Nina?""Pak Umar?" ulang Nina yang menurunkan ponselnya untuk mengecek nomer kontak sekali lagi. Benar, ini nomer ponsel Marigold, sepupunya. "Anda siapa? Kenapa ponsel sepupuku ada ditangan anda? Apa yang terjadi padanya?""Nina, ada apa dengan Marigold?" seru panik papa Nina yang tiba-tiba mendekati putrinya."Sebentar papa. Nina masih bicara nih, jangan menyela dong," omel sebal Nina sambil mendorong tubuh papanya yang mendekatkan kuping di ponsel yang diletakkan di telinga putrinya."Tapi papa harus tahu apa yang terjadi dengan keponakan tercinta papa," protes papa Nina yang dengan keras
Read more

Bab 8 : Heboh (2)

Suara bising di sekitarnya terdengar mengganggu pendengaran Marigold yang sedang tertidur pulas. Perlahan, dibukanya kedua matanya dan langsung bertatapan dengan sebuket bunga mawar kuning yang diletakkan di meja, dekat dirinya berbaring."Bunga? Kenapa ada bunga di kamarku?" gumam Marigold yang disorientasi karena bangun tidur. Belum lagi ditambah rasa sakit di kepala, perih iya, pusing juga iya. "Aku ada dimana ya?""Marigold, kamu sudah bangun?"Kepala Marigold berputar ke arah sebaliknya dari dirinya berbaring, untuk melihat siapa yang berbicara padanya. Dan lagi-lagi dirinya melihat sebuket bunga yang.. berbicara? Marigold mengerutkan kening dan memiringkan kepalanya di bantal sambil berpikir keras. Well, apakah dirinya sedang berhalusinasi, melihat buket bunga yang bisa berbicara?"Siapa kamu? Kenapa bunga matahari bisa berbicara?" tanyanya linglung."Ck, apaan sih? Omonganmu semakin bertambah ngawur saja, Marigold. Kupikir kepalamu masih per
Read more

Bab 9 : Adam

Ting-tong.Marigold membuka pintu apartemennya, namun langsung membantingnya kembali. Dan sayangnya, usahanya gagal. Pintu itu ditahan oleh tamu Marigold, yang kini memaksa masuk ke dalam apartemen.Marigold bersedekap dan bersandar di tembok, dekat pintu apartemen yang masih dibiarkannya terbuka. Marigold sama sekali tidak menyukai kehadiran si tamu yang kini sedang berjalan-jalan tanpa permisi, masuk ke area pribadinya serta memindai setiap sudut miliknya dengan raut tidak terbaca. Menyebalkan."Menurutmu, apa yang sedang kamu lakukan disini, Adam? Kamu bukan temanku. Dan sekarang kamu memaksa masuk ke dalam apartemenku. Itu adalah suatu kejahatan. Sekarang, mungkin aku harus menelpon pihak sekuriti untuk membawamu keluar dari apartemenku. Dan setelah itu, aku akan memanggil tim penyemprot hama, agar apartemenku terbebas dari virus.""Ck-ck.. Sudah lama tidak bertemu, masih saja bermulut tajam.""Untuk menghadapi orang asing dengan maksud tidak j
Read more

Bab 10 : Restoran Perancis

Pukul 19.00. Restoran Perancis.Maximilian bersama Martin masuk ke sebuah restoran Perancis, untuk makan malam bisnis bersama salah satu kolega bisnis, yaitu seorang ahli pembibitan parfum dari Perancis. Jalanan macet karena adanya penutupan beberapa ruas jalan utama menjelang akhir tahun, akibatnya Max terpaksa datang terlambat. Dan sebelumnya Martin, asisten pribadinya sudah mengabarkan keterlambatannya pada koleganya ini, sehingga laki-laki yang berkumis lebat ini bisa memahami alasan keterlambatan Max."Dia? Sedang apa dia disini?" gumam Max lirih ketika sudut matanya menemukan sosok yang familiar. Ck, apanya yang familiar. Dirinya baru bertemu satu kali, yaitu saat menyelamatkannya dari penjambret, beberapa hari yang lalu. Tanpa sadar, kaki Max berhenti melangkah. "Sungguh pertanyaan bodoh. Di restoran, tentu saja sedang makan malam," monolognya, merutuki dirinya sendiri."Siapa?" tanya Martin bingung. Asisten pribadi Max yang berjalan di sisinya, yang juga
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status