Semua Bab Harem milik Suamiku: Bab 31 - Bab 40

129 Bab

Bab 31 : Malam pertama (2)

Ada sesuatu yang mengganggu tidur nyenyaknya. Seseorang sedang menarik-narik tubuhnya. Ini pasti gara-gara kebanyakan minum minuman yang rasanya asam manis, akibatnya sekarang dirinya pun mabuk berat, kepala terasa ringan dan melayang. Tetapi semuanya itu sangat menyenangkan dan membuatnya ketagihan.Tiba-tiba kedua tangannya terangkat ke atas dan... diikat? Marigold mencoba menggerakkannya tangannya, tetapi tidak bisa. Rasa sakit dari tangan yang diikat terasa begitu nyata. Ini.. ini bukan mimpi. Kepanikan mulai menerjang dirinya dengan kuat mengalahkan perasaan lemas akibat mabuk. Kemudian mata Marigold terbuka dan mendapati...Seorang laki-laki yang bertelanjang dada sedang menjulang diatas tubuhnya. Laki-laki ini sedang menindihnya dan mengikat kedua tangannya di kepala ranjang. Mata Marigold membelak horor. Apa.. apa yang sedang terjadi disini? Kenapa dirinya berada dalam rengkuhan seorang laki-laki asing?Marigold langsung berteriak panik. "Aaakkkhh tolong....""Teriak saja," ba
Baca selengkapnya

Bab 32 : Memory semalam

Maximilian sudah melakukan sepuluh putaran di kolam renang villa. Tubuhnya yang tegang penuh antisipasi membuatnya frustasi. Max masih melakukan putaran hingga lima belas kali, ketika asisten pribadinya berdiri di pinggir kolam sambil membawa handuk jubah berwarna putih."Waktunya sarapan, Tuan Max.""Pergilah dulu. Aku ingin menyelesaikan dua puluh putaran," jawab Max yang tidak berhenti sejenak pun dari berenangnya.Max mengabaikan Martin yang tetap berdiri di tempatnya. Max tetap berenang hingga genap dua puluh kali putaran penuh. Nafasnya sedikit terengah-engah ketika berhenti di tepi kolam. Kemudian Max mengangkat tubuhnya dari kolam renang. Direnggutnya dengan kasar, handuk putih yang diulurkan Martin padanya"Aku akan mandi sauna dulu," katanya sambil melilitkan handuk putih di pinggangnya. Sedangkan dada telanjang yang tegap dan perutnya yang membentuk six pack samar, menjadi pemandangan indah bagi para staf wanita yang sengaja berseliweran di sekitar area kolam."Baiklah," ja
Baca selengkapnya

Bab 33 : Sebuah keputusan

"Tuan Max tersinggung mengetahui bahwa aku terpaksa menikahinya.""Tapi kan memang kalian berdua itu menikah kontrak dan tidak saling mencintai. Tidak ada alasan untuk tersinggung," bantah Nina mulai emosi, membela sepupunya yang disakiti oleh tuan milyader."Aku sudah berusaha menjelaskan padanya," kata Marigold sambil mondar-mandir di depan Nina, lalu berbalik menghadap dinding dan menyembunyikan wajahnya disana. "Aku mengikuti acara pemilihan itu, berarti aku bersedia menjadi istrinya. Jadi, aku bingung kenapa tuan milyader tersinggung ketika bertanya apakah aku tertarik padanya atau pada kekayaan nya.""Lalu, apa jawabmu?""Eng.. kujawab TIDAK.""Dasar bodoh!" geram Nina merutuki sepupunya yang lelet. "Kenapa kamu jawab begitu? Dia kan..""Semalam aku mabuk, ingat? Dan itu ulah siapa yang mengadakan acara bersenang-senang hingga mabuk?" sela Marigold yang tidak terima dikatai oleh Nina."He-he-he.."Marigold berdecak kesal, lalu melanjutkan ucapannya, "Karena mabuk semalam, pikira
Baca selengkapnya

Bab 34 : Sebuah alasan

Cklek. Brak.Pemilik ruangan mendongak dan terkejut mendapati pintu ruang kerjanya diserbu seseorang yang kurang ajar. Maximilian Alexander melemparkan penanya ke meja kerja, lalu bersandar di kursinya. Sambil bersedekap, dirinya menunggu apa gerangan yang membuat asisten pribadinya menerobos masuk ruang kerjanya. Selama ini, Martin selalu bersikap layaknya robot yang menyebalkan. Sopan dan dingin."Aku perlu penjelasan, Max."Alis Max semakin meninggi mendengar interupsi Martin yang juga menggebrak meja dengan kedua tangannya. "Penjelasan tentang apa? Seingatku aku tidak berhutang PENJELASAN apa pun padamu," jawab Max kalem namun penuh penekanan."Aku sudah mengatakan padamu agar bersikap lembut pada gadis itu. Dia masih polos dan juga dalam kondisi mabuk," desak Martin yang kembali menggebrak meja kerja Max. "Kenapa kamu berbuat kasar padanya?""Kasar?" ulang Max dengan nada suara yang tajam. Max tidak suka dirinya direcoki masalah privasi ranjangnya, termasuk asisten pribadi sekali
Baca selengkapnya

Bab 35 : Di dalam mobil mewah

Marigold menyamankan dirinya di jok mobil Rolls-Royce. "Padahal sofa empuk di apartemenku sudah nyaman, tapi ini.. jok mobil mewah ini dua kali lebih nyaman lagi. Pantatku bisa lupa berdiri jika nyaman begini," desah Marigold yang memejamkan matanya. Marigold tidak memperhatikan bahwa tingkahnya yang polos membuat Pak Umar, sopir dari Rolls-Royce ini tergelak pelan. Kata Pak Umar, Edelweis mansion yang adalah kediaman dari tuan milyader itu berjarak kurang lebih dua jam perjalanan dari villa. Mobil mewah yang membawa Marigold sedang meluncur ke sana. Marigold akan memulai hidup barunya bersama tuan milyader dan keenam istri lainnya. Marigold menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan untuk menetralkan dadanya yang mulai berdegup dua kali lipat. Marigold melipat kedua tangan di dada sembari mengamati jalanan. Kerutan di kening bertambah dalam, saat tiba-tiba apa yang terjadi dengan 'malam pertama' nya dengan tuan milyader, kembali terlintas di benaknya. Sesuatu ya
Baca selengkapnya

Bab 36 : Sedikit informasi

"Boleh kakak ceritakan sedikit tentang para istri dari Tuan Max?""Cerita? Aku bukan orang yang tepat bercerita," tolak Amarilis seraya menggeleng.Marigold menyatukan kedua telapak tangannya ke depan wanita cantik itu, seolah seperti memohon. "Please, bantulah aku. Kupikir sebelum aku masuk ke dalam mansion itu, setidaknya aku sudah punya gambaran seperti apa lawan yang akan kuhadapi. Itu poin yang sangat penting dalam sebuah pertandingan. Dengan mengukur kekuatan lawan, aku bisa menilai kekuatanku sendiri, apakah perlu upgrade atau tidak."Mata Amarilis semakin berbinar. Bagaimana bisa, gadis ini menganggap sesuatu di dalam mansion itu seperti di dalam sebuah pertandingan? Tetapi memang benar, semua wanita di dalam mansion akan bertanding ketat untuk memperebutkan perhatian tuan milyader. Hadiah dari pertandingan itu adalah menikmati cinta semalam bersama Tuan Max.Ini akan menjadi sangat menarik. Gadis ini tidak akan hanya menceriakan suasana mansion yang muram, tetapi juga mencera
Baca selengkapnya

Bab 37 : Seluk beluk kamar

Selama hampir satu jam, Marigold menghabiskan waktunya untuk mengagumi setiap sudut kamar yang kini menjadi miliknya. Kamar yang lebih luas, lebih hebat, lebih mewah, dan lebih semuanya dari villa tempat dirinya menjalani perawatan sebelum malam pertama.Kasur empuknya memiliki empat tiang, persis kasur milik princess yang dilihatnya di tivi-tivi. Lampu hias yang imut dan cantik di dua meja nakas, di samping ranjang. Juga sebuah televisi layar datar yang besar, menghiasi dinding Kemudian ada sebuah ruang ganti yang luar biasa besar dan lengkap, biasanya disebut orang sebagai walk-in closet."Wah, ini sungguh mewah," gumamnya seraya meraba meja, lengkap dengan semua perlengkapan make up. Dilihatnya merk dari make up itu juga tidak sembarangan. Itu adalah sebuah brand ternama milik internasional. "It's amazing," pekiknya girang.Kemudian Marigold membuka lemari besar yang tertanam di dinding. "Apakah ini semua milikku? Baju, kaos, celana panjang, celana pendek, semuanya dari merk terken
Baca selengkapnya

Bab 38 : Tangan yang terluka

"Sudah, jangan cerewet," bentak Marigold sambil mulai memanjat pohon.Marigold memanjat dengan penuh semangat. Well, sudah lama dirinya tidak memanjat pohon. Diabaikannya suara-suara teriakan dari bawah. Dalam sekejap, Marigold sudah tiba di dekat wanita yang masih memegang dahan pohon dengan sangat erat. Namun, wanita itu tidak lagi menangis, melainkan memandang takjub pada Marigold yang memanjat pohon dengan cepat kayak anak monyet."Kamu baik-baik saja?" tanya Marigold ramah sambil mengulurkan tangan. Sebuah anggukan samar membuat Marigold menghembuskan lega. "Ayo kita turun sama-sama. Aku akan membantumu. Jangan takut.""O-oke."Marigold turun dari pohon dengan merayap perlahan karena harus memegangi tangan wanita ini."Hati-hati. Hati-hati."Namun, pijakan Marigold berikutnya tidak kuat hingga membuatnya terpeleset dan terjatuh dengan menyeret wanita itu bersamanya. Teriakan histeris dari para pelayan meredam suara keras dentuman jatuhnya Marigold dan wanita itu di rumput."Anda
Baca selengkapnya

Bab 39 : Sebuah berita

"Tuan Max.""Hm," sahut Maximilian tanpa mengalihkan perhatiannya dari meneliti dokumen lalu menandatanganinya. "Ada apa, Martin?" tanyanya sambil menutup map dokumen, lalu mendongak menatap asisten pribadinya yang berdiri gelisah di depannya."Ada berita dari Edelweis mansion.""Oh, berita apa?" tanya Max acuh tak acuh sambil berdiri dari kursi kerja, lalu meraih jas di gantungan kayu di sebelahnya. Max tidak terlalu tertarik dengan berita dari Edelweis mansion. Pasti berita yang hendak disampaikan Martin, tidaklah jauh dari kehebohan para istrinya. Setiap hari dirinya mendapat laporan dari mansion nya mengenai keseharian para istri. Hal itu membuat Max jenuh dan muak. Jadi Max menganggapnya angin lalu."Saat mendengar berita ini, tolong kendalikan amarahmu," ucap Martin dengan raut wajah serius.Max menghentikan gerakannya mengenakan jas. Sorot mata penasaran ditujukan pada asisten pribadinya. Kemudian Max melanjutkan kembali mengenakan jas nya."Amarahku? Memangnya apa yang telah t
Baca selengkapnya

Bab 40 : Gelisah

RS Internasional, ruang rawat VVIP. Pukul 21.50"Lho anda kenapa datang kemari lagi, Tuan Max?" tanya Martin heran, ketika baru saja menutup pintu ruang rawat VVIP dimana Marigold dirawat. Martin merasa janggal melihat Max berada di rumah sakit, padahal saat ini seharusnya atasan sekaligus sahabatnya ini sedang melakukan penerbangan ke Inggris untuk melakukan pertemuan dengan investor."Malam ini aku akan melakukan telecoference dengan para investor itu. Aku mengatakan pada mereka bahwa istriku sakit. Jadi dengan menyesal, aku tidak bisa bertemu mereka secara langsung. Dan para investor itu menyetujui pertemuan secara virtual," jawab Max sambil melonggarkan dasinya. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya lanjut seraya mengedikkan dagunya ke arah pintu kamar yang masih tertutup."Sedang tidur," jawab Martin sambil membuka pintu lagi dan membiarkan Max masuk terlebih dahulu. "Apa anda akan menginap disini?" tanyanya ketika melihat Max duduk di sofa dan merebahkan kepalanya di sana."Menurutmu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status