All Chapters of BALADA CINTA FANI (Sekuel Nafkah Lima Belas Ribu): Chapter 91 - Chapter 100

120 Chapters

Bagian 91

“Gak sayang kuliahnya bentar lagi kelar?” Alex tertawa mendengar pertanyaan Fani. “Sayang itu kalau aku, Fan. Yuda gak usah punya ijazah sarjana saja sudah bisa menghidupi keluarganya kelak. Dia kuliah itu buat menghindari keluarga baru papahnya. Makanya, ngerjain skripsi juga asal. Biar tambah lama dia di sini. Kalau misalnyamaaf, ya, papah dia gak berumur panjang, kayaknya dia benar-benar gak bakal balik lagi, Fan.” “Oh, gitu, ya?” “Iya. Kenapa? Kamu merasa kehilangan, ya? Kamu sih, Fan, gak mau terima dia. Dia suka lho sama kamu. Secara ya, tampangnya ‘kan tampan, ditambah lagi udah kelihatan tajirnya. Banyak cewek pedekate sama dia sebenarnya. Tapi, Yuda menjauhi dan cuek gitu. Padahal sering dibawain makanan enak ke kost, lho.” “Wah, seneng kamu dong. Lex!” kelakar Fani. “Aku juga kehilangan dia, Fan. Di
Read more

Bagian 92

Kehilangan Yuda, adalah hal yang terasa berat di hati Fani. Kini, diakuinya kalau sebenarnya, pemuda itu memiliki tempat yang spesial dalam hati. Hanya saja, selama ini tidak ia rasa karena terbiasa bersama. Seakan menganggap jika Yuda biasa saja. Ketika ia tak lagi ada di sisinya, terasa ada banyak hal yang berbeda. Ada ruang yang hampa yang seringkali membuat dadanya sesak bila mengingat sosok pemuda berhidung bangir itu. Hari-hari terakhir Fani di kampus, ia lalui dengan rasa yang sepi. Pada akhirnya, dia merasa bahwa kehadiran Yuda begitu penting dalam hidupnya yang tidak pernah dekat dengan lelaki manapun. * Hari yang dinanti Fani dan teman-temannya pun telah tiba. Sedari pagi, gadis itu sudah bersiap dirias oleh perias yang dipanggil ke kost. Sedianya akan menggunakan jasa salah satu teman yang mengambil jurusan tata rias. Namun, karena belum terlalu mahir maka memilih yang sudah berpengelaman. 
Read more

Bagian 93

Mobil yang dikendarai Yuda memasuki dereta parkir yang sudah mulai memanjang. Sebelumnya Fani telah menghubungi Nia, sehingga, langsung menuju tempat yang dekat dengan mobil Irsya. Saat Fani turun, ia melihat kedua keponakannya telah berada di sana. Juga keluarganya. Irsya terlihat menelisik dengan pandangan, kendaraan yang dibawa oleh teman adik iparnya itu. Ia yang paham harga mobil langsung tahu, bahwa pemuda yang bersama Fani tidak berasal dari keluarga sembarangan. Yuda membukakan pintu untuk gadis yang sangat dipuja itu. “Silakan, calon Nyonya Yuda,” ucap Yuda, membuat pipi Fani bersemu merah. Di tangannya masih membawa bunga yang diberikan oleh pemuda kaya itu. “Tante!” seru Dinta dan berlari kea rah Fani. “Tante cantik sekali,” puji Dinta. “Oh, terima kasih, keponakan Tante yang cantik. Kita emang sama-sama cantik,” jawab Fa
Read more

Bagian 94

Sembari menunggu, mereka melakukan banyak hal. Melihat-lihat pedagang, berjalan-jalan, atau hanya sekadar main ponsel. Menjelang Dhuhur, Dinda datang. Dan tidak berapa lama, Fani keluar setelah rangkaian acara selesai. “Din, kamu bawa benda yang aku minta, ‘kan?” tanya Fani begitu melihat sahabatnya sudah berada di sana. “Iya. Lipstik, blash on, bedak, sama mascara, ‘kan?” Dinda balik bertanya. “Gak usah disebutkan kenapa sih?” sungut Fani kesal. “Lhah, takut salah,” jawab Dinda. “Kita mau kemana ini? Makan dulu yuk,” ajak Irsya. “Jangan! Kita mau ke studio foto. Kamu udah booking ‘kan, Din?” “Iya,” jawab Dinda lagi. “Kamu asisten Fani, Din?” cibir Nia. “Pemb
Read more

Bagian 95

 Malam hari, sesuai dengan yang telah disepakati, Fani dan kawan-kawannya berkumpul fi rumah kost Hayun. Semua telah dipersiapkan oleh Yuda dengan sempurna. Alat untuk memanggang serta ayam yang sudah siap panggang sudah ia beli. Fani sudah bersiap sejak setelah sholat Maghrib dan menunggu jemputan di teras. “Yuk, Din, ikut,” ajak Fani pada sahabatnya. “Ogah ih,” tolak Dinda. “Kenapa? Takut ketemu Alex?” “Bukan takut, fani. Males,” sungut Dinda dengan muka masam. “Gak papa, ‘kan kamu sama aku,” “Beneran nih, nanti kamu sama aku? Ya kali, Si Yuda gak nempel terus kayak perangko. Berapa tahun kalian enggak ketemu?” “Ya Allah, Din, pikirannya,” “Dah, itu mobil Yuda udah datang. Aku nanti mau k
Read more

Bagian 96

"Kita akan kemana?” tanya Fani memecah kesunyian. “Fan, apa yang kamu rasakan saat tidak ada aku?” Pertanyaan Yuda terdengar tiba-tiba. Dan fani bingung menjawab. “Biasa-biasa saja,” kilah Fani. “Benarkah?” “Iya,” “Kenapa takut aku pergi?” “Apa kamu akan pergi lagi?” “Bukan pergi, Fani. Tapi pulang.” Jawaban Yuda membuat hatinya sedih. Pemuda itu memang sedari dulu selalu selalu membuatnya kesal. “Iya, kamu akan pulang, aku juga. Kita akan kembali ke rumah masing-masing,” Yuda menepikan kendaraan di jalanan yang lengang. Toko di pinggir jalan sudah banyak yang tutup. “Aku pergi, aku menghilang karena memang Papa membutuhkan aku. Aku tidak mau kalau sampai istrinya mengua
Read more

Bagian 97

Dengan perasaan campur aduk, Yuda melajukan kendaraan menuju tempat yang diminta Dinda. “Teman kamu itu ada masalah apa , ya? Kenapa apes banget jadi orang,” celetuk Yuda di tengan deru suara mobil yang ia kemudikan. “Waktu ibunya mengandung salah ngidam kali,” jawab Fani asal. “Ngerasa gak sih, kalau sialnya dia kok gitu-gitu terus?” ujar Yuda lagi. “Ya, ‘kan baru dua kali ini,” kilah Fani agak tidak rela temannya diejek. “Ya tapi ,kan berturut-turut.” “Baru dua kali Yuda, siapa tahu yang ke tiga enggak. Kita juga tidak tahu ‘kan, itu kejadian sebenarnya seperti apa,” bela Fani. “Dinda gak bisa gitu lihat cowok yang kira-kira dompetnya tebel? Kok main mau aja gitu diajak jalan, endingnya, dia yang kasihan,” “Ya mana
Read more

Bagian 98

Dua hari Yuda berada di kost Alex. Dirinya sering menghabiskan waktu bersama Fani. Meskipun bertengkar, tetapi tetap saja, dalam hitungan jam, mereka berdua sudah bisa berbaikan kembali. Pun dengan masalah Dinda, Yuda yang sudah tahu kebenaran ceritanya, meminta maaf pada sahabat Fani. Sore itu, adalah hari terakhir Yuda berada di sana. Karena esok harus segera pulang. “Fan, aku besok pamit, ya?” ucap Yuda di tengah suara deburan ombak yang besar. “Kapan kamu kembali?” Fani merasa itu pertanyaan yang sangat bodoh. Karena nyatanya, yang akan dituju Yuda adalah rumahnya sendiri. “Suatu hari nanti. Aku akan datang ke rumah kamu. Tunggulah aku. Jangan pernah memalingkan hati kamu untuk orang lain,” jawab Yuda memastikan. Semilir angin sore di tepi pantai, tak mampu mendamaikan hati Fani. Dia merasa tidak sanggup lagi untuk berjauhan dari pemuda yan
Read more

Bagian 99

“Jadi, tujuan kamu bicara sama saya intinya apa?” tanya Rahman mengakhiri pembicaraan yangmembuat kepalanya pusing. “Kan sudah saya sampaikan tadi.” Giliran Yuda yang bingung. “Oh, iya, tapi intinya kamu melamar atau apa?” “Saya titip Fani pada Bapak. Tolong, jangan sampai dia dibawa pergi ataupun ada pemuda yang datang untuk mengambil dia,” Rahman masih menatap pemuda tampan di hadapannya. ‘Untung kamu tampan dan terlihat kaya. Kalau tidak, aku sudah meninggalkan kamu di sini,” batin Rahman berujar. “Baiklah, kalau kalian saling cocok, datanglah lain waktu dengan orang tua kamu.” Jawaban yang disampaikan Rahman membuat Yuda tersenyum lebar. Tak lama kemudian, pembicaraan mengalir pada tema lain. Di sanalah, Rahman mulai menemukan kenyamanan berbincang dengan teman de
Read more

Bagian 100

Tak lama kemudian, Rahman datang. “Uangnya sudah saya kasih ke bapaknya Mas Umar,” ujar Rahman sopan. “Iya, Pak. Alhamdulillah, berkat doa saya, Dek Fani lulus dengan mudah. Saya selalu menyebut namanya saat acara pengajian dengan Kyai saya. Saya juga minta air keberkahan untuk Dek Fani. Dan Alhamdulillah, Dek Fani lulus tepat waktu,” ucap Umar bangga. “Oh ya? Terus airnya dikasih Fani berarti?” Rahman bertanya kaget. “Enggak, Pak. Airnya saya minum sendiri.” Rahman memijit pelipisnya mendengar jawaban unik dari calon mantu gagalnya. “Oh iya, terima kasih. Maaf, Mas Umar, saya mau ada acara,” ujar Rahman berbohong dengan niat mengusir tamunya. “Oh, iya, silakan, Pak, hati-hati di jalan,” jawab Umar ramah. Rahman kebingungan. Niat hati ingin mengusir, yang diusir tidak tahu diri.&n
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status