All Chapters of BALADA CINTA FANI (Sekuel Nafkah Lima Belas Ribu): Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

Bagian 81

Mengabaikan kata hati yang sangat tidak menginginkan ke rumah dosennya, juga kekhawatiran dari ibunya, ilma gegas berangkat. Langit terlihat gelap gulita, tanda hujan akan segera turun. Di tengah perjalanan, suara petir terdengar sahut menyahut. Menambah suasana mencekam dalam hati gadis itu. “Ya Allah,” gumam Ilma lirih di atas kendaraan. Sudah menjadi kebiasaan, Ilma selalu masuk setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Namun, kali itu dirinya berdiri di depan pintu agak lama. Sampai ponselnya kembali berdering. “Saya sudah di depan pintu, Pak,” ujar Ilma sesaat setelah mengangkat telepon. Tak berapa lama, daun yang terbuat dari kayu itu terdengar berderit. Sesosok pria berdiri di hadapan Ilma dengan menatap tajam padanya. Hujan turun dengan derasnya diiringi suara petir yang menggelegar. Dengan langkah pelan, Ilma masuk. Kakinya manapaki lantai yan
Read more

Bagian 82

Ilma terisak dengan segala kepedihannya. Sementara Juan, terlihat puas sudah merenggut paksa kehormatan gadis yang meringkuk di sampingnya dengan perasaan hancur. “Ilma,” panggil Juan lirih. Tangannya memegang pundak Ilma. “Jangan sentuh aku!” teriak Ilma keras. Berusaha bangkit menahan sakit di salah satu anggota tubuhnya. Namun,  Dengan tertatih bangkit dalam keadaan tertutup selimut, menahan rasa sakit pada salah satu anggota tubuhnya.  Bercak darah terlihat di atas seprei putih. Gadis malang itu merangkak di atas lantai memungut bajunya yang berserakan. Dengan linangan air mata, Ilma memakai semua untuk menutup tubuh yang telah dianggapnya kotor. Netranya menelisik mencari dimana penutup kepalanya berada, tapi tidak ada. “Ilma, aku akan mengantarmu,” ujar Jun yang telah duduk dengan memakai celana pendek yang ia kenakan seblumnya. “Jangan sebut
Read more

Bagian 83

“Ilma katanya gak pernah berangkat sejak ketemu kita di perpustakaan,” ujar Yuda suatu siang saat mengemasi barang dagangan Fani. “Oh, ya? Kenapa?” tanya Fani heran. “Mana aku tahu,” “Aneh, dia ‘kan mahasiswa super aktif,” gumam Fani. “Jangan-jangan terjadi sesuatu hal,” tambahnya lagi. “Maksud kamu?” tanya Yuda tidak paham. “Meninggal dalam kamar kost jangan-jangan!” Mata Fani membelalak usai mengatakan demikian  Yuda langsung mendorong kening gadis itu menggunakan ujung tangannya. “Jangan asal kalau bicara,” ucap Yuda. “Lhah soalnya aneh gitu,” “Kalau dia meninggal, kamu orang pertama kali yang akan dia temui, hahahahaha ….” “Yuda, jangan ngaco!”
Read more

Bagian 84

Arya tertegun dengan keterangan yang disampaikan dokter. Sorot matanya memancarkan sikap tidak percaya. “Maaf, Dok, dari mana Dokter menyimpulkan hal ini? Maksud saya, pasien mengatakan sendiri atau?” tanya Arya bingung. “Tadi pasien mengigau. Seperti memarahi seseorang. Mengumpat-umpat. Entah kenapa, hati saya tergerak untuk bertanya bagian tubuh mana saja yang sakit, karena dari dia marah-marah tadi, sepertinya ada hubungannya dengan peristiwa itu. Pasien menangis dan, ada, tadi kejadian yang akhirnya saya tergerak untuk memeriksa bagian kewanitaan dia. Saya rasa tidak etis menceritakan sama Anda dengan detail,” jawab dokter membuat Arya semakin kaget. “Terima kasih, Dok.” “Silakan, sampaikan pada pihak keluarga. Langkah ke depannya seperti apa, karena ini baru dugaan saya. Maksdunya, bisa jadi mereka melakukan atas dasar suka sama suka atau, yah, untuk leb
Read more

Bagian 85

Pak Arya bicara apa?” Dalam kondisi lemahnya, Ilma masih bisa berakting pura-pura tidak tahu. “Berhenti bersikap seperti itu, Ilma! Berhenti terlihat baik di hadapan semua orang. Kamu bisa menipu teman-teman kamu dengan sikap yang kamu tampakkan. Tapi tidak dengan aku. Aku tidak ingin bingung dan harus mengurus kamu di sini. Makanya, bicaralah sejujurnya agar masalah ini selesai.” Hati Arya yang terlanjur hilang respect terhadap Ilma, membuatnya tega berkata demikian. “Maaf, kata-kataku terdengar menyakitkan tapi, kamu orang yang tidak punya teman dekat. Saat ini, kamu mengalami masalah yang berat. Aku sebagai orang yang tahu karena diberitahu dokter, tidak ingin mengurusnya seorang diri. Kamu itu makhluk sosial, Ilma. Sekalipun kamu cerdas, ada hal-hal yang tidak bisa kamu tanggung dan kamu lakuka, serta kamu hadapi sendiri. Beritahu aku yang sebenarnya, atau aku akan mencari tahu dimana orang tua kamu dan menyerahkan hal ini sama mereka
Read more

Bagian 86

“Aku terpaksa, Pak. Aku terpaksa bekerja pada dia karena butuh uang untuk tambahan biaya kuliah. Aku pun tidak nyaman berada dalam satu rumah dengan dia, tapi sekali lagi, aku harus melakukan itu,” teriak Ilma. “Apa yang kamu kerjakan?” tanya Arya sembari menatap tajam. Ilma terdiam lagi. Masih ada rasa takut hendak jujur pada Arya. “Baiklah, kalau kamu tidak mau mengatakan itu. Tidak masalah. Aku memang sudah lama kehilangan respect sama kamu. Mengenal kamu membuatku paham, bila hati seseorang terkadang tidak sesuai dengan penampilan luarnya,” lanjut Arya lagi. Membuat hati Ilma terpukul. “Pak Arya kenapa begitu membenci aku? Apa karena Bapak ada rasa sama Fani?” “Itu bukan urusan kamu, Ilma. Berhentilah mengurusi Fani. Dia bahagia dengan hidupnya sendiri. Sementara kamu? Terjatuh oleh perilakumu sendiri. Dan dalam keadaan yang sungguh memprihatinkan. Masihkah dalam
Read more

Bagian 87

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang IGD dengan tanpa berbincang. Kasihan. Itu yang Arya rasakan, melihat lelaki yang sering batuk-batuk itu mendengar informasi yang disampaikan dokter. Berkali-kali tangan Arya mengusap punggung yang terasa kurus dengan lembut. Berusaha menguatkan. “Dokter tidak salah?” Abah Ilma berusaha meyakinkan lagi setelah isakannya sedikit mereda. “Tidak, Pak. Hanya saja, perihal apakah memang pasien benar diperkosa atau melakukan suka sama suka, saya tidak memastikan memastikan.” Lelaki tua itu kembali tergugu. Denting ponsel Arya kembali berbunyi. Juan memanggil terus. Setelah puas mendapatkan informasi dari dokter, abah Ilma mengajak Arya kembali ke ruangan. “Siapa kira-kira yang melakukan ini, Pak Dosen?” Terdengar lara hati dari ucapan yang terucap dari bibir abah Ilma. Mereka berdua t
Read more

Bagian 88

Muncul desas-desus di kalangan mahasiswa mengenai tragedi pingsannya Ilma di kampus. Banyak spekulasi miring tentang kehidupan cewek misterius itu. Kedekatannya dengan Juan ternyata sudah banyak yang tahu. Karena beberapa dari mereka ada yang memergoki dirinya datang ke rumah dosennya itu, termasuk Alex dan Yuda. Namun, keadaan yang sebenarnya, hanya Arya yang tahu. Pria itu masih menyembunyikan masalah yang dihadapi salah satu mahasiswanya. Juan belum juga mendapatkan informasi di mana Ilma dirawat. Membuat hatinya was-was akan apa yang menimpa gadis yang telah ia renggut kehormatannya secara paksa. Setelah hari itu, Arya tidak berangkat. Dan setiap dihubungi selalu tidak ditanggapi. Fani memilih cuek dengan berbagai gunjingan temannya tentang Ilma. Merasa kalau cukup sekali saja berurusan dengan gadis itu. Apa yang menimpanya tidak terlalu penting bagi dirinya. Di suatu siang, di hari ke tiga Ilma dirawat, Arya mulai b
Read more

Bagian 89

Lelaki tua yang duduk di kursi hanya mampu menangis. Merasa dirinya ikut menjadi penyebab bencana yang menimpa anak gadisnya. Sementara kakaknya melunak. Sadar bila selama ini tidak pernah memberikan uang pada orang tuanya yang sakit-sakitan. “Sudah, Mas Alif. Sudah! Jangan kamu marahi Ilma. Dia butuh dirangkul. Butuh perlindungan kita. Sebaiknya sekarang, kamu langsung ke kantor polisi. Laporkan masalah ini, biar yang memperkosa Ilma mendapatkan hukuman atas perbuatannya,” sahut ibu Ilma menengahi. Anak yang dipanggilnya Alif mengangguk pelan. Ada rasa malu juga bersalah dengan apa yang Ilma sampaikan. Beban atas penyakit bapaknya, seolah ditanggung Ilma seorang diri.***Menjelang Dhuhur, dosen yang berangkat hari itu sudah banyak yang kembali ke kantor usai mengajar mahasiswanya. Dua orang polisi dating mengejutkan semua yang ada di sana. Kecuali Arya. Pria yang menyukai Fani itu sudah tahu kalau kasus Ilma dibaw
Read more

Bagian 90

Pagi hari Fani berangkat ke kampus seperti biasa. Yuda hanya memberi kabar kalau dirinya pulang. Setelah Fani membalas hati-hati, tidak ada lagi chating darinya. Membuat Fani merasa kesepian. Sampai di lorong depan kelas. Masih ia dengar kasak-kusuk tentang Ilma. Tentu menjadi berita heboh karena gadis itu selalu menunjukkan perangai yang baik. Bahkan seakan memiliki akhlaq sempurna bagi orang-orang yang tidak tahu kasus skripsi Fani. “Tahu gak, Fan. Si llma ternyata selama ini buatin skripsi buat mahsiswa pemalas, lho. Pantesan ya, penampilannya selalu terlihat berkelas. Meskipun pakai baju syar’i gitu tetap terlihat kalau baju-baju yang dipakai dia mahal,” celetuk Anya begitu Fani mendaratkan tubuh di kursi. “Kamu teliti banget!” jawab Fani asal. “Waktunya tagihan. Bawa sini, uannya. Mau buat belanja lagi,” celetuk Fani, abai dengan berita yang menimpa Ilma. 
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status