Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 261 - Chapter 270

395 Chapters

261. Ikhlas Jika Harus Kehilangan

"Putri bapak, Stela, meminta ijin untuk mengikuti keyakinan calon suaminya.""Astagfirullah!" Tanpa sadar langsung terucap dari mulut Risma dan Amran, begitupun Toni. Dan air mata Pak Kardi pun akhirnya luruh. Wajahnya terlihat lelah, masalah putrinya begitu mengganggu pikirannya. Amran mencoba menguatkan dengan mengusap-usap punggung Pak Kardi, sementara Toni terdiam, mengalihkan tatapannya ke luar kendaraan. Keadaan hening sesaat, mereka bingung harus berkata apa. Risma tidak menyangka jika masalah yang dihadapi kadesnya itu begitu pelik. Dia tahu sekali jika Pak Kardi taat dalam beribadah, permintaan putrinya itu pasti sangat mengagetkannya. "Bapak bilang apa saja dengan, Stela?" Risma kembali mulai bertanya, menoleh ke arah Pak Kardi. Pak Kardi mengusap air mata dengan ujung telunjuknya, mencoba untuk tersenyum. "Bapak jelas sangat marah besar, kecewa, sakit rasanya. Sedari kecil diajarkan soal agama, tau-tau meminta ijin untuk berpindah agama." Pak Kardi terdiam, memegangi dad
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

262. Nama Yang Tak Terlupakan

262.Lima menit mereka menunggu konfirmasi dari orang dalam rumah, sebuah pihak pengaman yang sama yang menahan mereka untuk mempersilahkan kendaraan untuk masuk, sepertinya tim keamanan tersebut ingin benar-benar memastikan apakah Risma benar-benar sudah membuat janji dengan wakil gubernur. Mobil yang dikendarai Risma memasuki halaman rumah pribadi pejabat tersebut. Seorang petugas mengamankan mengarahkan kendaraan agar diparkir di samping rumah. Risma dan yang lainnya langsung di persilahkan menuju ke sebuah pendopo kecil tidak jauh dari tempat mereka memarkir mobil, pendopo itu terletak tepat di samping rumah. Pendopo yang terbuat dari kayu, dan berdinding bambu yang dipelitur terlihat begitu serasi dengan tumbuhan tanaman di sekelilingnya. Mereka semua lantas dipersilahkan untuk duduk dan menunggu di pendopo tersebut.Mereka duduk bersila di lantai pendopo yang dilapisi tikar pandan, benar-benar Sunda sekali. Sambil menunggu, Risma bertanya dengan pelan kepada Pak Kardi. "Maaf,
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

263. Tidak Seperti Yang Dipikirkan

262Risma cukup cerdas untuk bisa memahami perubahan wajah orang yang ada di depannya tersebut. Dia memilih untuk diam, menunggu apa yang akan diucapkan oleh Pak Munandar. Pak Kardi terus memperhatikan dengan perasaan tegang, menunggu apa yang akan dilakukan oleh sahabat masa kecilnya tersebut. "Astaghfirullah ...," ucap Munandar pelan, mengusap wajahnya dengan telapak tangan, lantas tersenyum tipis lalu mulai bertanya kepada Risma. "Boleh saya tahu tujuan adik-adik ini datang untuk menemui saya?" Risma menoleh kepada Amran, dan kakaknya tersebut memberikan kode mempersilahkan adiknya tersebut yang bicara. Kembali Risma menghadap ke arah Pak Munandar. "Kedatangan kami kemari untuk meminta maaf atas perlakuan dan sikap almarhum bapak kami terhadap Pak Bupati di masa lalu," jawab Risma pelan. "Bapak kalian sudah meninggal?" tanya Munandar, sikapnya sudah terlihat tenang. "Sudah Pak, beberapa bulan yang lalu," jawab Risma kembali menunduk. Dia sudah siap jika seandainya Pak Munandar
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

Part 264. Bermain Curang

264"Dek Risma kenal dengan Riswan Kusumateja yang sekarang ditahan oleh KPK?" Pertanyaan mendadak dari Pak Munandar cukup mengagetkan Risma, dia tidak menjelaskan dari awal kepada kepala daerah itu bukan karena ingin menutupi, tetapi karena berbeda urusan permasalahan. "Chairiswan Kusumateja nama lengkapnya, beliau benar suami saya, Pak?" jawab Risma, Munandar mengangguk-angguk. Risma melanjutkan bicara. "Mohon maaf, Pak, jika dianggap suami saya ikut terlibat dalam kasus gratifikasi tersebut. Tetapi saya percaya, suami saya tidak terlibat apapun juga tidak tahu menahu tentang hal itu, walaupun salah satu tersangka penyuap nya adalah anak buah dari suami saya." Risma berusaha untuk menjelaskan menurut dari sudut pandangnya. "Beritanya sudah ramai dan viral beberapa hari kemarin, tentang rekayasa kasus yang membuat suami dek Risma dianggap terlibat. Subroto, saya kenal orang itu, seorang bos media yang sering menggunakan berbagai macam cara agar tujuannya bisa tercapai.""Bapak Mun
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more

Part 265. Tidak Ingin Bertemu

265Pak Kardi, kades Desa Cibungah menghentikan langkahnya tepat di depan pintu pagar tembok rumahnya. Keberadaan sang putri bungsunya di rumah kediaman miliknya membuat dia ragu-ragu untuk melanjutkan langkah masuk ke dalam pekarangan rumah.Dari tempat dia berdiri terlihat lampu teras rumah menyala terang, begitupun lampu ruangan dalam. Pintu rumah terlihat terbuka separuh, biasanya karena dia tinggal dan hidup sendiri Pak Kardi selalu menutup pintu terlebih dahulu setiap kali ingin pergi. Dan putrinya itu sudah mengetahui kebiasaannya yang selalu menyimpan kunci rumah di bawah pot bunga jika rumah dalam keadaan kosong. Pak Kardi menyembunyikan tubuhnya di balik tembok pagar rumah. Entah, kali ini dia merasa malas untuk menemui putri bungsunya tersebut, biasanya dia selalu menyambut kedatangan Stela dengan riang gembira layaknya seorang bapak terhadap putrinya. Tetapi tidak untuk kali ini. Hatinya masih merasakan sakit mendengar keinginan putrinya waktu itu. Dia tidak ingin lagi ma
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Part 266. Jangan Membenci

266Ustadz Arief pun mulai ingin berdiri dari hadapan Pak Kardi. Dia tidak ingin memaksa, jika memang kades desanya itu tidak ingin bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Pak Kardi menahan paha Ustadz Arief dengan telapak tangannya, tanda untuk menahan agar sang ustadz untuk tidak pergi. "Maaf Ustadz, bukannya saya tidak ingin bercerita ataupun tidak percaya dengan Ustadz, tetapi saya malu.""Malu? Malu kenapa, Pak?" tanya Ustadz Arief dengan nada sedikit heran. "Saya dan Stela ada satu permasalahan, Ustadz. Saya benar-benar tidak ingin lagi bertemu dengannya," jawab Pak Sukardi dengan nada sedih, wajahnya memang terlihat murung. "Kok bisa begitu, Pak? Bukannya Stela putri kesayangan Bapak?" Pak Kardi kembali berkaca-kaca, wajahnya lalu menunduk sembari mengusap kedua mata dengan jemarinya. Dan itu semakin membuat membuat Ustadz Arief semakin heran sekaligus penasaran. "Begitu berat kah masalahnya, hingga Bapak tidak ingin menemui Stela?" Pak Kardi hanya mengangguk, masih mal
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

Part 267. Bapak Dari Mana?

267Pak Kardi tidak langsung menjawab, mendengar keinginan Ustadz Arief yang ingin menemui Stela, untuk mengajaknya bicara. Ustadz kampung itu kembali melanjutkan bicara. "Saya hanya ingin mengajak Stela untuk berdiskusi, Pak. Ingin mengetahui mengapa Stela sampai sebegitu beraninya mengambil keputusan yang sangat di luar dugaan kita berdua." Pak Kardi masih terdiam. "Ijinkan saya berusaha untuk membantu, Pak. Anggap saja ini salah satu cara kita dalam beriktiar. Stela baru bicara dengan Bapak saja, 'kan?" Pak Kardi mengangguk, walaupun masih belum memberikan persetujuan. "Bagaimana, Pak, boleh tidak saya berbincang dengan Stela?" tanya Ustadz Arief lagi, karena melihat Pak Kardi masih saja terdiam."Boleh Ustadz, boleh," jawab Pak Kardi cepat, tidak ingin membuat Ustadz Arief tersinggung, dan mungkin saja jika si ustadz yang bicara, putrinya akan mau mendengarkan, mengingat tokoh agama ini memiliki banyak ilmu dan pengetahuan dalam banyak hal. "Ya, sudah, kita langsung ke rumah P
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

Part 268. Keputusan Sudah Diambil

268"Bapak dari mana?"Langkah Pak Kardi terhenti, tetapi dia tetap pada posisinya semula, membelakangi putri bungsunya, Stela. Dia menjawab masih dalam posisi membelakangi. "Habis mengantarkan Teh Risma ke rumah bupati," jawab Pak Kardi, dia tahu putrinya jika memanggil Risma dengan panggilan teteh. "Ke rumah bupati, ada urusan apa, Pak?" tanya Stela lagi, mulai lebih mendekati sang bapak. "Kamu tidak perlu tahu, bukan urusan kamu juga," jawab Pak Kardi dengan nada ketus. "Bapak cape, mau istirahat," ucapnya lagi, mulai ingin melangkah menuju ke kamar pribadinya. "Sebentar, Pak, Stela mau bicara," ujar Stela lagi, mencoba menahan langkah sang bapak. Stela sangat memahami jika ayah kandungnya tersebut masih menyimpan amarah dan rasa jengkel kepadanya, bahkan menengok ke arahnya pun tidak mau. "Lain kali saja, bapak cape." Masih dengan nada ketus Pak Kardi menjawab pertanyaan putri bungsunya tersebut. "Sebentar saja, Pak. Stela hanya ingin minta ijin," ucapnya pelan. Pak Kardi mas
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Part 268. Keputusan Sudah Diambil

268"Bapak dari mana?"Langkah Pak Kardi terhenti, tetapi dia tetap pada posisinya semula, membelakangi putri bungsunya, Stela. Dia menjawab masih dalam posisi membelakangi. "Habis mengantarkan Teh Risma ke rumah bupati," jawab Pak Kardi, dia tahu putrinya jika memanggil Risma dengan panggilan teteh. "Ke rumah bupati, ada urusan apa, Pak?" tanya Stela lagi, mulai lebih mendekati sang bapak. "Kamu tidak perlu tahu, bukan urusan kamu juga," jawab Pak Kardi dengan nada ketus. "Bapak cape, mau istirahat," ucapnya lagi, mulai ingin melangkah menuju ke kamar pribadinya. "Sebentar, Pak, Stela mau bicara," ujar Stela lagi, mencoba menahan langkah sang bapak. Stela sangat memahami jika ayah kandungnya tersebut masih menyimpan amarah dan rasa jengkel kepadanya, bahkan menengok ke arahnya pun tidak mau. "Lain kali saja, bapak cape." Masih dengan nada ketus Pak Kardi menjawab pertanyaan putri bungsunya tersebut. "Sebentar saja, Pak. Stela hanya ingin minta ijin," ucapnya pelan. Pak Kardi mas
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Part 269. Semuanya Sudah Berakhir

269[ Halo Stela? Stela? Kamu dengar saya 'kan? ] Johanes masih terus saja memanggil-manggil. Stela menurunkan handphone dari telinganya, hati dan pikirannya sedang berkecamuk. Perang antara harus menerima panggilan Johanes, atau tetap pada keputusannya untuk melupakan dan meninggalkan pria itu selamanya. Johanes masih terhubung, sayup-sayup suaranya masih terdengar. Stela langsung memutuskan hubungan percakapan, mencari nomor yang baru menghubunginya dan langsung memblokirnya. Dia sudah berketetapan untuk melupakan Johanes selamanya, janjinya kepada sang bapak. Stela langsung ke kamar tidurnya, membuka laci kotak lemari hias dan mengambil kardus hape miliknya, tempat dia menyimpan jarum tusukan untuk mengeluarkan kartu SIM Card miliknya. Hanya ada satu kartu dalam handphonenya, langsung dia keluarkan dan dia masukan ke dalam kotak hape. Dia kembali mengambil keputusan untuk mengganti kartu SIM nya dengan yang baru.Stela ingin mengubur dan melupakan masa lalunya bersama Johanes, se
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
40
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status