Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 241 - Chapter 250

395 Chapters

Part 241. Sakit Hati

"Tidak jauh 'kan rumah Wahyu dari sini?" tanya Syarmila lagi. "Tidak jauh kok, Un. Sekitar 15 menit dari sini.""Ya sudah kita langsung ke sana saja. Semoga ayah bundo sudah tidak marah lagi sama uni," ucap harap Syarmila. "Semoga tidak, Un. Justru sekarang mereka sering menanyakan, kapan Uni akan menemui mereka. Sebegitu marah dan benci kah Syarmila sama kami? Tidak rindu kah dia dengan orang tuanya. Bundo sering bilang begitu Un dulu saat masih tinggal di sini.""Maafkan Uni yang keras hati. Uni memang anak durhaka," ujar Syarmila ke dirinya sendiri. Mulai menyesali sikapnya yang sedikit pedendam, dan menyembunyikan jati diri keluarganya bahkan terhadap putranya sendiri. "Uni nggak boleh bicara seperti itu. Imah yakin, walaupun Uni tidak bertemu secara langsung, tetapi Uni pasti mendoakan ayah dan bundo." Syarmila hanya tersenyum, matanya sudah kembali berkaca-kaca. "Yuk, kita ke sana secepatnya. Bayu pun sudah kepingin bertemu beliau berdua," ucap Bayu sembari berdiri dari temp
last updateLast Updated : 2022-08-18
Read more

Part 242. Pemandangan yang Menyakitkan

Syarmila langsung bergegas ingin masuk, tetapi putranya Bayu memberikan isyarat untuk menunggu dan bersabar dahulu. Suara makian Farida kembali terdengar. "Bersihin itu sampai hilang bau pesingnya! Rumah gue malah jadi tempat panti jompo! Orang tua gue aja ogah gue rawat, lah ini orang lain malah nyusahin." Masih tidak ada jawaban, hanya suara tangis wanita tua saja yang terdengar. "Sudah diem! Jangan mewek terus. Bersihin nggak sekarang!" bentak Farida lagi, dan Bayu melihat jika sang mamih mengalir air matanya dalam diam sembari memegangi dadanya yang terasa sesak. "Awas lu ye, jika sampai ngadu sama anak lo. Gue racunin lo berdua. Masih dendam gue sama lo berdua tua bangka."Bayu yang tadinya ingin masuk, kembali menahan diri. Farida menyebutkan kata, dendam. Bayu penasaran, tentang alasan yang membuat istri dari pamannya tersebut dendam kepada kakek dan neneknya. Farida kembali terdengar mengoceh. "Untung saja Pak tua ini stroke, tidak bisa bicara. Kalo bisa mungkin sudah ngom
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more

Part 243. Tidak Bisa Diungkapkan

Hartini, nama si perempuan tua itu, ibu dari Syarmila, yang di masa tuanya harus mendapatkan perlakuan yang kasar dan tidak menyenangkan dari menantunya menoleh ke belakang. Wajah tuanya yang sudah dipenuhi keriput sudah basah dengan limpahan air mata. Keterkejutan terlihat jelas di dalam raut wajah dan tatapannya."Sya-rmila?" tanyanya gagap, tidak menyangka. Setelah hampir 30 tahun terpisah karena kesalahan sang anak di masa lalu. "Bun ..." Syarmila langsung memeluk erat, menangis terisak-isak. Begitupun dengan Hartini, tubuhnya terasa lemas lalu jatuh lunglai di dalam pelukan Syarmila. Tidak sanggup dia mengangkat tangannya untuk membalas memeluk putrinya tersebut. "Maafkan, Mila, Bun. Maafkan, Mila," ucap Syarmila di antara sedu sedan tangisannya. Halimah, si bungsu di antara keluarga Syarmila, sembari menangis dia mengganti sarung yang dikenakan sang ayah karena basah oleh air seninya. Mengelapnya dengan lembut sebagai wujud bakti seorang anak. Sementara Sanusi sang ayah hanya
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Part 244. Sekarang Kita Pulang

Sembari terisak, dengan menggunakan tissue Syarmila menghapus air mata yang mengalir di pipi sang ayah. Mulut Sanusi bergetar seperti ingin bersuara, tetapi tidak terdengar jelas apa yang sebenarnya ingin dia ucapkan. Hanya suara seperti orang yang menggerang, hingga urat lehernya terlihat menegang. Semakin tidak tega Syarmila melihatnya. "Mila yang salah, Yah. Semua salah, Milah. Ayah tidak salah apa-apa," ucap Syarmila pelan dekat telinga Sanusi. Tangannya menggenggam erat tangan tua yang hanya tinggal tulang berbalut kulit. Bayu Sagara ikut duduk di samping Syarmila, sementara Halimah dan Hartini berdiri di belakang mereka. Halimah pun masih terlihat menangis. Kedua orang tua yang dahulu dirawatnya, karena sebuah persoalan diambil alih oleh keluarga sang abang, yang justru malah disia-siakan selama si abang tidak berada di rumah disertai ancaman untuk tidak memberitahu perbuatan dan perkataan kasar yang dilakukan oleh sang menantu. "Ini Bayu cucu Ayah. Maafkan kami yang baru dat
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Part 245. Tidak Manusiawi

Walaupun belum pernah melihat secara langsung keduanya, Bayu sudah bisa memastikan jika tamu yang baru datang itu adalah Wahyu sang paman dan istrinya Farida. Dengan Farida, Bayu hanya baru mendengar dari suaranya saja beberapa jam yang lalu. Bayu berdiri dari tempat duduknya, diikuti oleh Maharani, untuk menghormati kedatangan Wahyu, tetapi diabaikan. Wahyu belum mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Mereka berdua melewati Wahyu dan Maharani begitu saja, bahkan tersenyum pun tidak. Langsung saja masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Bayu tersenyum saja, begitupun dengan Maharani. Kembali duduk di tempat semula, memberitahu Maharani tentang siapa tamu yang baru tiba barusan, dan secara pelan menceritakan tentang kejadian di rumah Farida, saat ingin menemui kakek dan neneknya. Wahyu hanya melihat Halimah dan putrinya di ruang tamu, sementara Syarmila sepertinya sedang berada di kamar mandi. Kakek Sanusi dan istrinya Hartini sepertinya sedang beristirahat di k
last updateLast Updated : 2022-08-28
Read more

Part 246. Tetap Menyangkal

"Maksud Uni apa, kok ngomongnya begitu. Siapa yang tidak manusiawi?"Wahyu jelas merasakan keheranan dengan ucapan Syarmila, apa maksud dari perkataannya. Selama ini dia hanya tahu semuanya baik-baik saja, menurut dari laporan istrinya, dan ibunya sendiri pun tidak pernah bicara ataupun mengadu terhadapnya yang aneh-aneh. Syarmila hanya tersenyum sinis, tidak langsung menjawab pertanyaan Wahyu. Dia sangat menyayangkan sikap sang adik yang sepenuhnya selalu percaya dengan ucapan Farida tanpa mencari tahu dahulu tentang kebenarannya. "Ini maksudnya gimana Un? Tidak manusiawi kenapa? Coba tolong dijelaskan?" Wahyu terus mencecar Syarmila karena penasaran dengan maksud ucapannya. "Sebaiknya kamu tanya langsung saja dengan istrimu, itu?" jawab Syarmila dengan nada sinis, dia benar-benar sakit hati terhadap Farida. Wahyu melihat ke wajah Farida, dan perempuan itu pun tidak paham dengan maksud dari Syarmila. Secara, saat siang tadi dia sedang memarahi dan memaki-maki kedua mertuanya tidak
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Part 247. Selalu Dibohongi

Bayu yang sedari awal kedatangan Wahyu dan Farida hanya terdiam di bawah pintu lalu datang menghampiri keduanya. Berdiri tepat di samping pamannya tersebut. Menyalami keduanya, sekaligus memperkenalkan dirinya secara resmi sebagai bagian dari keluarga mereka. Sikap keduanya biasa saja. Berucap kepada Wahyu. “Maaf, Muncu [ paman ] kami semua tidak mungkin berani mengada-ada 'kan hal yang tidak benar seolah-olah benar. Semua yang diucapkan mami saya itulah kenyataan yang sebenarnya.”Bayu tidak tahan juga untuk tidak ikut bicara. Ucapan Farida yang berani bersumpah atas nama Tuhan, dia anggap sudah sangat keterlaluan. Hanya untuk menutupi kebohongannya, hingga nama Allah seolah-olah tidak ada artinya. Sama persis dengan pejabat-pejabat yang melakukan kecurangan karena mereka bersumpah atas nama Allah dan kitab suci. Tuhan pun sudah tidak ditakuti lagi oleh orang-orang busuk semacam itu. "Kamu mau ikutan memfitnah saya? Jangan asal bicara, ya? Saya bisa tuntut atas pasal fitnah dan tud
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

Part 248. Sumpah Palsu

"Jahat sekali kamu, Da. Berarti kebaikan kamu selama ini kepada orang tuaku hanya jika di depanku saja. Tetapi di belakang ku kau perlakukan mereka dengan cara yang keji. Biadap kamu!" maki Wahyu kepada Farida dengan penuh kemarahan, Bayu masih memegangi lengan tangannya, menahan agar tidak menyakiti istrinya secara phisik. Farida masih terdiam ketakutan. "Puluhan tahun kita berumah tangga, ternyata begini caramu memperlakukan orang tuaku. Tidak bisa kah kau menerima dan menganggap orang tuaku seperti orang tuamu? Oh, tidak mungkin sepertinya. Di saat orang tuamu masih hidup saja kamu tidak mau akur dengan mereka. Bodohnya aku, menganggap kamu sudah berubah. Biadap kamu! Biadap!" Wahyu kembali berteriak kalap dan berupaya untuk maju mendekat, Bayu kali ini memeluk tubuh sang paman berupaya untuk menahan. Farida kembali mengkerut ketakutan. "Sudah Muncu, Sudah. Jangan ikuti amarah." Bayu masih berusaha untuk menenangkan kemarahan pamannya tersebut. "Istiqfar Wahyu, Istiqfar," ucap S
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Part 249. Buah Dari Apa yang Ditanam

Bayu, yang berdiri paling dekat ke arah pintu ruangan dalam berlari terlebih dahulu, diikuti oleh yang lainnya. Tanpa mengetuk pintu lagi, Dia langsung mendorong pintu tersebut. Teriakan sang nenek membuatnya menjadi panik. Terlihat oleh semua jika Hartini sedang mengguncang-guncang tubuh sangat suami, sembari memanggil-manggil dengan nama seperti biasanya. Wahyu dan Syarmila langsung memegang tubuh sangat ayah untuk memastikan, sementara Halimah memeluk tubuh Hartini. Sanusi ternyata sudah berpulang tanpa sepengetahuan siapa pun. Hartini saat terbangun sudah melihatnya tidak lagi bernapas. Tubuhnya sudah terasa dingin dengan warna kulit yang memucat. "Innalillahi wainnailaihi rodziun," ucap lirih Wahyu, dan tangis pun kembali pecah, terutama Syarmila. Ini adalah hari pertama dia bisa bertemu dengan ayahnya, dan ternyata dia tidak diberi kesempatan untuk bersamanya lebih lama. Dadanya terasa sesak. Pantas saja jika baru hari ini dia benar-benar ingin pulang, dan Allah masih memberik
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Part 250. Jiwa Yang Sakit

Selepas berucap seperti orang yang sedang putus asa, Farida kembali diam termenung. Matanya terlihat sembab dengan tatapan yang kosong, seperti tidak memiliki gairah untuk kembali melanjutkan hidup. Hari sudah melewati tengah malam, suasana di depan rumah sudah terlihat sepi. Tenda dan bangku masih terpasang, bendera kuning berukuran kecil pun masih terikat di tembok pagar depan rumah. Lantunan suara Wahyu dan Bayu sayup terdengar, masih membacakan Surah Yassin di ruang tamu. Maharani sengaja membiarkan Farida dengan pikirannya sendiri. Berharap jika perempuan paruh baya itu bisa menginstropeksi diri, belajar dari kesalahan yang sudah diperbuat. Maharani mengaktifkan aplikasi My Al-Quran, memilih Surah Ar-Rahman untuk diperdengarkan lalu meletakkan handphone-nya di meja. Dia sengaja melakukan itu agar supaya Farida ikut mendengarkan dan bisa menghadirkan ketenangan. Seseorang yang sudah berpikiran untuk mengakhiri hidup, setan senang mendengarnya. Mereka membisikkan rasa was-was di
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
40
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status