Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 231 - Chapter 240

395 Chapters

Partai 231. Jangan Pernah Kembali

231Ibu dari Sarmila hanya terdiam saat putrinya terus menangis di pangkuannya, minta tolong agar dia tidak diusir dari rumah ini. "Bu, tolong Mila Bu, Mila benar-benar tidak ingin keluar dari rumah ini. Mila takut, Bu ..."Hartini hanya bungkam. Hanya Air mata yang menetes dari pipinya. Pandangannya terlihat kosong, membocorkan ke arah pintu keluar kamar Sarmila. Perempuan paruh baya itu benar-benar tidak menyangka jika kejadian seperti ini menimpa keluarganya. "Sarmila minta ampun Bu, Sarmila mengaku salah. Tolong bilang sama bapak, Bu. Jangan usir Sarmila dari rumah ini. Mila harus pergi kemana Bu ... jangan usir Milah keluar dari rumah ini. Milah takut Bu, tolong Milah Ibu."Hartini masih diam mematung. Tangannya sama sekali tidak bergerak untuk mengusap atau memegang putrinya. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Kain yang dipakainya sudah basah oleh airmata putrinya tersebut, yang masih menangis terisak-isak, Memohon-mohon agar mereka berdua tidak mengusirnya dari rumah ini.
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 232. Perempuan Berjasa

Hampir setengah jam, adiknya meninggalkan lokasi. Sarmila masih belum tahu dia harus pergi kemana. Dia benar-benar bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Sarmila tidak menyalahkan Wahyu, Ibu dan adiknya yang lain di dalam keluarga karena tidak ikut membelanya. Karena dia tahu, keras dan tegas sang ayah di dalam mendidik dan menjaga mereka sebagai kepala rumah tangga. Kesalahan yang dia lakukan bersama Mukhtar Kusumateja, hal yang seharusnya tidak dia lakukan, selalu terjadi di waktu bekerja. Andai pun jika di luar jam kerja, selalu urusan dalam pekerjaan yang menjadi tujuan untuk bisa keluar dari rumah dan mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya.. Bukan hal yang sulit baginya, jika kawan-kawan yang lain bekerja seperti biasa, maka dengan kekuasaan yang ada pada Mukhtar, Sarmila bisa pergi di saat jam kerja, dan bahkan sering sekali hanya datang untuk absen kehadiran saja. Tidak ada yang berani menegur bahkan melarangnya, bahkan pimpinan tempat di mana dia bekerja sekali pun.
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Part 233. Rindu Ingin Pulang

"Mi, Mami!"Sekali lagi terdengar suara panggilan dari luar kamar Sarmila. "Masuk, Mas," ujar Sarmila, sambil menghapus basahan air mata dari pipinya. Pintu kamar terbuka, Bayu langsung masuk ke dalam kamar dan duduk di samping sang mami. "Bayu minta maaf, Mih. Bayu tidak bermaksud melukai hati Mamih." ucap Bayu, sembari memegang jemari Sarmila. "Tidak apa-apa, Mas. Mungkin mamih saja yang lagi baperan, jadi mudah tersinggung.""Bayu tidak bermaksud untuk menyalahkan, Mamih. Bayu hanya tidak ingin, di hati Mamih masih menyimpan dendam kepada orang yang sudah tiada."Sarmila terdiam mendengar penjelasan dari putranya tersebut. "Hidup kita akan jauh lebih tenang jika mau mengikhlaskan semua yang terjadi, Mih. Perjalanan hidup kita, semua sudah digariskan oleh Allah, bahkan sebelum kita dilahirkan. Mengikhlaskan adalah salah satu cara kita menerima sebuah ketetapan yang tidak mungkin lagi bisa diubah, karena semuanya sudah terjadi, Mih"Bayu berucap dengan perlahan, sambil terus men
last updateLast Updated : 2022-08-02
Read more

234. Berikan Hamba Kesempatan

Bayu bisa ikut merasakan, kerinduan yang dirasakan oleh sang mamih. kerinduan yang membuat dilema, karena larangan untuk pulang jika ayahnya sang mamih yang juga kakeknya bila masih hidup. Kerinduan yang membuat jiwa dan hati mamihnya tertekan, di anggap sebagai anak yang terbuang. Tidak lagi diakui keberadaannya. Memang bagi sebagian orang. keyakinan, nama baik dan kehormatan, diatas segalanya. Sampai ada kisah seorang ayah di Afganistan, yang tega menembak mati kedua putrinya karena dianggap sudah mempermalukan keyakinan yang mereka anut dan mencoreng kehormatan keluarga hanya untuk beberapa potong pakaian. Sebegitu mulianya mereka menempatkan keyakinan, kehormatan, dan norma-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat di atas segalanya. Bahkan, hubungan darah sekalipun tidak mampu menahannya. "Bayu akan mengantarkan Mamih untuk menemui keluarga kita sekarang. Bayu pun ingin bertemu dengan keluarga Mamih yang sesungguhnya," ujar Bayu, mengungkapkan dalam wajah Sarmila yang masih t
last updateLast Updated : 2022-08-04
Read more

Part 235. Bertemu Kerabat

"Yuk Mih, kita turun sekarang?" ajak Bayu, mematikan mesin kendaraannya lalu menoleh ke belakang. Sarmila terdiam di kursi belakang kendaraan sedan yang dikemudikan Bayu, dan Maharani ada duduk di sampingnya. "Ma-mamih takut, Mas. Mamih takut keluarga akan mengusir mamih," peringatan beralasan, wajahnya terlihat pucat. Kepergiannya berpuluh-puluh tahun yang lalu dibuat menjadi gamang. keluarganya menganggap dirinya bagian dari mereka. "Mamih tidak usah takut. Ada Bayu yang akan selalu menemani, Mamih.""Ta-tapi, Mas. Tubuh mamih terasa lemas."Maharani yang sedari tadi hanya terdiam, lalu memberanikan diri untuk ikut bicara."Mas?""Iya, Dek." Bayu beralih membocorkan ke Arah Maharani. "Menurut Rani, sebaiknya Mas Bayu turun terlebih dahulu menemui mereka, untuk memastikan apakah rumah ini masih ada oleh keluarga besar mamih atau tidak."Bayu terdiam mendengar penjelasan calon istrinya tersebut. Dia berpikir jika apa yang dikatakan Maharani ada benarnya. Sebelum Bayu menjawab, Mah
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Part 236. Lama Terpisah

Keterkejutan Halimah dengan suara terpekik, membuat putrinya Fitri kembali datang menghampiri dengan bergegas. Takut terjadi apa-apa dengan sang ibu yang sedang bersama pria asing, yang belum mereka kenal. "Ibu kenapa, Bu?" tanyanya cepat. Lalu melihat ke arah Bayu. "Tidak apa-apa, Fit. Ibu hanya kaget saja.""Kaget kenapa, Bu?" tanyanya lagi. "Mas ini ternyata keponakan Ibu. Kakak sepupu kamu--putra dari Uni Syarmila--kakak pertama ibu yang sudah lama menghilang."Fitri pun terganga, kembali melihat ke arah Bayu. Secara, dia pun teringat jika ibunya pernah bercerita kepadanya tentang kakak pertamanya tersebut. "Ibumu kenapa tidak ikut kemari?" tanya Halimah kepada Bayu. "Jadi benar, jika Uni Halimah adik dari ibu saya?" Bayu malah balik bertanya, dia benar-benar ingin memastikan kebenarannya. "Benar, Mas. Saya adik bungsunya beliau. Saat Uni Syarmila pergi dari rumah hampir 30 tahun yang lalu, saat itu usia saya baru 10 tahun," jelas Halimah. "Mana sekarang ibumu, Mas?""A-ada
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Part 237. Tidak Ada yang Tidak Mungkin

237"Masuk dulu yuk, Un. Kita bicara di dalam," ajak adiknya Halimah. "Ayah, Bundo, ada di dalam 'kan?" tanya Syarmila lagi. Halimah tidak menjawab dan hanya tersenyum, lantas menggandeng tangan kakaknya tersebut ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, ruang tamu keluarga, Syarmila berdiri terdiam memandangi sekeliling ruangan. Matanya berkaca-kaca. Setelah puluhan tahun kepergiannya, tidak ada sama sekali yang berubah bentuk dalam rumah tersebut, persis sama dengan di saat masa kecil dan remajanya dahulu. Selintas memori itu kembali terbayang. "Duduk dulu, Un," ucapan Halimah menyadarkannya. Tersenyum, lalu duduk di bangku mebel yang sama dengan yang dahulu. Bayu dan Maharani pun ikut duduk. Halimah lantas meminta putrinya, Fitri, untuk membuatkan minuman, dan dia sendiri langsung duduk di samping Syarmila. Tangan Halimah menggenggam erat kedua tangan kakaknya tersebut. "Kok rumahnya sepi. Keluarga kamu di mana,Imah? Ayah Bundo di mana?" tanya Syarmila lagi, terus bertanya
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more

Part 238. Pertanyaan Yang Mengejutkan

238Kedua ibu dan anak tersebut masih berpelukan dalam keharuan. Mendapatkan kabar gembira yang tidak disangka-sangka, yang berhubungan dengan kelanjutan pendidikan Fitri. "Fitri rencananya mau kuliah di mana?" Maharani kali ini yang bertanya. "Fitri rencananya mau ikut test masuk Perguruan tinggi negeri dulu, Ka.""Di Universitas mana?""Kepinginnya yang tidak terlalu jauh, semacam di UI dahulu, agar tidak usah ngekost. Tetapi jika tidak pengen juga di UGM atau di Undip Semarang, Ka.""Aamiin, semoga diterima." Doa harap dari Maharani, dan di aamiinkan oleh semua. "Terserah Fitri mau kuliah di mana saja. Uda Bayu siap saja. Tetapi Uda hanya minta, kamu fokus dan harus konsentrasi untuk menyelesaikan pendidikan, siapa tahu nanti bisa membantu perekonomian ibumu." Bayu kali ini yang mengingatkan. "Iya, Uda. Fitri janji akan fokus belajar. Karena memang harapan ibu hanya pada Fitri."Halimah terlihat menghapus limpahan air matanya dengan ujung jilbabnya. Berucap pelan kepada keluarg
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

Part 239. Mengapa mereka membencimu

239Maharani menatap Syarmila dengan sedikit menunduk, mendapatkan pertanyaan dari ibu dari seorang pria yang ingin mengkhitbah-nya jelas membuatnya terkejut karena tidak menyangka. "Maaf Mih, untuk saat ini saya tidak punya hak untuk mengungkapkan pendapat saya antara memilih setuju atau tidak. Karena walau bagaimanapun saya masih terhitung orang di luar dari lingkaran keluarga. Tetapi, jika ditanyakan bagaimana pendapat saya dengan yang ingin Mas Bayu perbuat untuk membantu keluarga, maka saya bilang itu sudah sebuah tindakan yang tepat. Karena, sebelum kita membantu orang lain, utamakan kita membantu keluarga atau kerabat dahulu yang terdekat yang memang sedang membutuhkan bantuan. Dan agama kita pun menganjurkan seperti itu. "Mohon maaf, Mih, jika ucapan saya dianggap salah atau pun tidak tepat." Maharani menutup perkataannya dengan permintaan maaf. Semua yang mendengar tersenyum, termasuk juga Syarmila. Yang langsung berucap. "Secepatnya kamu lamar gadis baik ini, Mas. Mamih i
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

Part 240. Digantung

Syarmila terus mencecar Halimah, dia sangat penasaran ingin mengetahui permasalahan yang sedang terjadi di keluarganya. Sehingga untuk melihat keadaan kedua orang tuanya pun Halimah tidak bisa. "Ibu tidak punya salah apa-apa dengan Uwa Farida, Mak Tuo," jawab Fitri mewakili ibunya. "Jika tidak punya salah kok kalian bisa bermusuhan seperti itu. Bahkan, Wahyu pun ikut-ikutan memusuhi kalian berdua?""Uwa Wahyu sepertinya hanya kena hasut Uwa Farida, Mak Tuo. Seolah-olah kesannya, ibu yang salah." Fitri terus berusaha menjelaskan. Syarmila kembali menatap dalam Halimah. "Cerita Halimah, ada apa sebenarnya?" Syarmila kembali bertanya kepada adiknya tersebut yang sedari tadi hanya terdiam saja. Halimah tersenyum tipis, terlihat menghela napas, ingin mengurangi rasa sesak di dalam hatinya. "Sebenarnya, suaminya Imah--bapaknya Fitri itu adik kandungnya Uni Farida, Un." Syarmila terkejut juga mendengarkan penjelasan Halimah. "Jadi, mantan suamimu dan Farida itu kakak beradik? Siapa nama
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
40
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status