Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 211 - Chapter 220

395 Chapters

211. Kerinduan Yang Terpendam

"Kok, bisa?" tanya Maharani setelah mendengarkan ucapan Susan yang memberitahunya tentang sang ayah yang memutuskan untuk berpisah dengan Elvira. "Bokap mergokin Elvira bersama pria lain di hotel." jawab Susan langsung saja, menyebut ayah dengan kata-kata gaul yang biasa disebut di kota besar. "Astaghfirullah... selingkuhannya?" tanya Maharani memastikan kembali, dan Susan menggeleng. "Terus sama siapa jika bukan dengan selingkuhan?" tanya Maharani lagi penasaran. "Pria bayaran." Susan berucap cepat. "Gig*lo maksudnya?" Susan mengangguk, membenarkan ucapan Maharani. Susan kembali melanjutkan bicara. "Bokap udah curiga dari lama katanya, hanya kemarin dia baru niat untuk mengikuti dari belakang untuk membuktikan, ternyata benar kecurigaannya.""Terus sekarang bagaimana?""Bokap tetap ingin berpisah. Dia pun tetap akan menuntut Elvira ke polisi. Biar Elvira tau bagaimana rasanya tinggal di dalam penjara.""Itu keputusan yang beliau ambil. Semoga ada hikmah yang bisa dijadikan pel
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more

212. Rindu Yang Tak Tertahan

Andien Komala adalah adik bungsunya Susan, selain Fauzan. Saat perpisahan kedua orang tuanya 15 tahun yang lalu, Andien saat itu baru berusia dua tahun, sementara Faudzan 10 tahun. Susan sendiri masuk usia 14 tahun waktu itu. adik bungsunya ini sudah pasti tidak lagi mengenalinya, dan Susan sendiri tidak pernah lupa nama adik-adiknya, termasuk juga tanggal lahir mereka. "Kakak kok menangis?" tanya Andien dengan polosnya. Dia masih belum kepikiran jika yang ada di hadapannya itu adalah kakak kandungnya sendiri. “Mas Fauzan kemana, Dek?” tanya Susan lagi, belum mau memberitahukan tentang jati diri dia yang sebenarnya. Maharani diam saja, ikut bersedih saat melihat Susan meneteskan air mata. "Oh, Kakak ini temannya Mas Fauzan? Memangnya Kakak tidak datang waktu itu?""Datang apa, Dek?""Pernikahan Mas Faudzan Ka, tiga bulan yang lalu di Desa Sambiloto. Setengah jam dari sini. Sekarang Mas Fauzan tinggal bersama istrinya di sana?""Alhamdulillah," ucap Susan sambil memperhatikan tempat
last updateLast Updated : 2022-06-19
Read more

213. Maafkan Ibu, Nak

“Putri siapa, Bu?” tanya suaminya Qhodori. Sekarang mereka semua melihat ke arah Susan dan Maharani. Ratna masih terdiam, air matanya sudah luruh membasahi pipi. Bagai tersentak dari lamunan, Ratna segera berlari mendekati putri sulungnya yang lama terpisah. Berhenti tepat selangkah di depan Susan."Kamu benar 'kan, Susan Indahswari putri saya," ucap Ratna memastikan lagi. 15 tahun tidak lagi bertemu, dia mesti memastikan lagi. Meskipun paras putri sulungnya yang cantik ini tidak terlalu banyak yang berubah. Hanya terlihat lebih dewasa. Susan tidak menjawab, hanya mengangguk sembari terisak. Pipinya sudah basah dengan air mata. Ratna secara cepat langsung memeluknya. Tangisannya pecah, didekapnya anak sulungnya tersebut dengan sangat erat, seolah ingin melampiaskan segala kerinduan yang telah lama terpendam. "Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu," ucapnya berkali-kali di antara tangisnya. Susan pun sudah tidak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia larut dalam kebahagiaan yang selamat ini
last updateLast Updated : 2022-06-19
Read more

214. Rasa Benci Yang Mengakar

Susan lalu menonaktifkan ponsel miliknya setelah menerima pesan dari Dody. Tidak ada keinginan darinya untuk menjawab pesan tersebut. Susan bisa merasakan apa yang Andien rasakan. Ayahnya memang sangat keterlaluan, padahal dia tahu tempat tinggal adik-adiknya, tetapi tidak ada keinginan sekali pun untuk bertemu secara langsung, bahkan untuk hanya sekadar berkirim pesan atau menelepon pun tidak dia lakukan. Entah, terbuat dari apa hati ayahnya tersebut. Pantas rasanya jika Andien begitu sangat membencinya. "Siapa Kak yang mengirim pesan? Pacar Kakak ya?" tanya Andien menggoda, membuat Maharani dan Ratna jadi tersenyum. "Bukan siapa-siapa, Dek." Susan beralasan, dalam hatinya merasa bimbang. Harus memberitahu rencana kedatangan ayah mereka besok hari, atau membiarkan saja. Dan Susan memilih untuk tidak memberitahukan ibunya dan Andien, mengingat ucapan Andien tadi. Yang Susan takutkan, adiknya itu akan pergi menghindar jika tahu ayah kandung mereka akan berkunjung besok, jadi dia me
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more

215. Keterikatan Bathin

Selepas Andien masuk ke dalam rumah dengan menyimpan kesal, Maharani mulai ikut berbicara, "Semua butuh waktu, Tante. Mungkin karena Andien masih remaja, jadi lebih mementingkan ego dan emosinya." "Iya, Nak Rani. Mungkin dia sakit hati dengan masa kecilnya dulu.""Sakit hati kenapa, Bu?" Susan bertanya cepat. "Sering kali dulu saat TK dan SD, setiap pulang sekolah atau pun selesai bermain, Andien pulang dalam keadaan menangis.""Kenapa, Bu?" tanya Susan lagi. "Karena sering diejek kawan-kawannya tidak punya ayah.""Ya, Allah," ucap Susan. Mungkin karena saat perpisahan orang tuanya dulu dia besar, jadi tidak ada yang berani membullynya. Berbeda dengan masa kecilnya Andien. "Ditambah lagi, ayahnya tidak pernah datang untuk mengunjunginya. Padahal dia tau alamat tempat tinggal kami. Semakin membuat Andien membenci ayahnya." Terdiam Ratna, matanya berkaca-kaca, karena mengingat kesedihan dan kekecewaan yang dialami putri bungsunya. Perceraiannya dengan Dody, membuat ketiga putra-put
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

216. Harus Pulang

Maharani meminta ijin untuk sedikit menjauh dari Ratna dan Susan, karena ingin menelepon orang tuanya. Dari teras dia menuju ke halaman rumah, dekat tembok pagar pembatas Maharani berdiri di situ. Maharani kemudian mencoba menghubungi sang mami lewat aplikasi hijau. Dia merasa tidak enak hati telah menonaktifkan ponsel selama berhari-hari. Maharani baru ingat, jika kemarin adalah waktunya papih dan mamihnya pulang dari setelah selama ini bertugas di kantor kedutaan besar Indonesia di Swedia. Setelah hampir tiga tahun bertugas di sana. Semakin besar rasa bersalahnya kepada sang mamih. Maharani, yang biasanya selalu ikut kemanapun sang papih ditugaskan, kali ini menolak untuk ikut serta. Dia memilih untuk tetap tinggal di Jakarta. Selain karena ingin mandiri, dia pun sudah punya usaha di kota itu. Dan satu hal yang paling penting baginya, yaitu mencari keberadaan Riswan yang saat itu menghilang bagai ditelan bumi. Dan setelah bertemu, ternyata Riswan sudah punya kehidupannya sendiri,
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

217. Tidak Diharapkan

217Terdengar suara kunci diputar dari dalam, tidak lama pintu kamar terbuka. "Masuk, Kak?"Susan tidak menjawab hanya mengangguk, melangkah masuk mengikuti adik bungsunya satu ibu tersebut dan duduk berdampingan di sisi tempat tidur Andien. Tidak langsung berbicara, Susan mengamati seisi kamar adiknya tersebut. Ada rasa haru menyeruak, setelah 15 tahun, akhirnya dia bisa kembali merasakan rasanya menjadi seorang kakak, dengan adik yang sudah menginjak usia remaja. Bahkan tinggi mereka pun sudah hampir sama. "Kamu rajin sayang, kamarmu terlihat rapih dan bersih," puji Susan memulai pembicaraan."Iya dong, Ka. Kan buat ditempatin sendiri.""Pinter, memang harus gitu sayang. Jika nyaman kan jadi bikin betah di kamar. Daripada pergi keluyuran nggak jelas," ujar Susan, mencoba menasehati. Terucap begitu saja dari mulutnya. "Kakak tinggal di Jakarta 'kan?""Iya.""Masa sih kakak belum pernah keluyuran selama di sana. Di Kota besar kan segala ada, Ka?"Susan langsung terdiam. Apa yang d
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more

218. Keterikatan Bathin

218Andien mengusap air matanya. Sejujurnya dia merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam pelukan Susan. Saudara sedarah yang terpisah lama, tetapi ikatan bathin tak akan bisa hilang karena berasal dari rahim yang sama. "Kakak jangan pergi lagi ya? Kita sama-sama tinggal di sini?" ucap Andien dekat telinga Susan. "Iya, adik sayang. Selepas urusan kakak di Jakarta selesai, kakak akan balik lagi ke sini. Semoga rencana kakak untuk menjual apartemen di sana cepat ketemu pembelinya. Jadi bisa buat beli tempat tinggal di sini?"Andien menarik wajahnya dari pelukan Susan. Berucap seperti ingin meyakinkan. "Masya Allah, berarti kakak kaya, ya, sampai punya apartemen segala. Kerjaan Kakak enak berarti di Jakarta. Memangnya kakak kerja apa di sana? Pasti gajinya besar?"Susan terdiam, menyesal dia sudah kelepasan bicara. Dan sekarang dia bingung harus menjawab apa. Apakah dia mesti berbohong?Di saat Susan sedang gamang, terdengar pintu kamar diketuk dari luar. "San, ini aku Rani."Susan
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

219. Kemana Saja Selama Ini

219Dody mendekati mereka berdua. Susan mulai terlihat panik, tidak menyangka bisa bertemu di tempat ini, walaupun memang tahu jika ayah akan datang. Namun pertemuan yang tidak disangka seperti ini tetap mengejutkannya, Dan sudah tidak mungkin lagi untuk menghindari. "Itu siapa, Ka? Kakak kenal?" tanya Andien sambil memperhatikan Dody yang sudah dekat. Susan bingung untuk menjawab, dia masih belum siap untuk memberitahu di tempat umum seperti ini. "Kamu sengaja ingin bertemu, San? Kok kemarin nggak bilang, untung bisa ketemu di sini."Dody langsung saja bicara, masih belum menyadari keberadaan Andien yang juga putrinya, karena memang dia tidak mengenalinya. Susan pun tidak menjawab pertanyaan sang ayah, dia benar-benar dalam keadaan dilema. "Kak, ditanya itu?" bisik Andien, sembari mencolek pinggang Susan."Eh, iya." Susan masih tetap rikuh, merasa serba salah. Dia takut akan terjadi di tempat-tempat seramai ini. jika di rumah nanti, hanya berbeda keluarganya yang tahu. kebencian
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more

220. Kesadaran Yang Terlambat

Bus berlogo maskapai penerbangan itu sampai terdengar berdecit karena melakukan pengereman mendadak, tetapi kecepatan laju kendaraan sulit untuk dihentikan secara cepat, kemunculan Andien yang tiba-tiba menyulitkan sang sopir untuk mengantisipasi.Semua orang yang ikut melihat dan menyaksikan berteriak panik dan ketakutan. Suara jerit terutama wanita terdengar membahana, tidak terkecuali juga Susan dan Andien. Entah dorongan dari mana, atau mungkin naluri seorang ayah, naluri untuk melindungi sudah muncul di dalam diri Dody, dia langsung berlari cepat ke arah Andien. Susan hanya berteriak tanpa mampu bergerak, saat bus maskapai itu akhirnya menabrak dengan menimbulkan suara yang sangat keras. Brraaakkk! "Andiennn!"Setelah jarak beberapa meter bus itu akhirnya berhenti, tetapi semua yang menyaksikan melihat, sesosok tubuh terpental jauh karena saking kerasnya benturan yang terjadi. Sesosok tubuh itu terlempar hingga menghantam aspal dan jatuh berguling-guling, dan langsung tak ber
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
40
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status