Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Chapter 131 - Chapter 140

395 Chapters

131. Menjaga Martabat Suami

Terima kasih ya, Neng. Selalu ada dalam kondisi abang seperti apapun," ucap Riswan, lantas mendekatkan wajahnya ke paras cantik istrinya, dan mencium kening Risma dengan penuh kelembutan, seraya berucap, "Abang tidak bisa hidup tanpa Eneng, mohon selalu bersama abang sampai napas terakhir abang, dan sampai kita dihidupkan kembali."Mata Risma kembali meremang, bulir bening mulai jatuh perlahan. "Abang, jodoh dunia akhirat Eneng. Itu yang selalu Eneng pintakan dalam setiap doa, Bang.""Begitupun abang, Neng. Eneng adalah masa depan dan selamanya, masa lalu tidak akan pernah bisa merubah itu semua. Eneng paham, 'kan maksud, abang?" Risma mengangguk, berucap pelan."Iya, bang, Eneng paham." Sunyi sesaat, sebelum Riswan kembali berucap, "Jangan memandang hina Maharani ya, Neng. Masa lalunya sudah terlewatkan, dan sebaik-baiknya orang adalah, orang yang mau bertobat, dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali," jelas Riswan lembut."Iya, Bang. Eneng pun tid
last updateLast Updated : 2022-03-12
Read more

132. Rasa Iri dan Dengki

"Maaf, Bu Risma, bukan bermaksud untuk menolak, tetapi saya merasa tidak punya ilmu dan pengetahuan tentang itu. Saat bersama Bapak pun, saya lebih sering di luar ruangan, saat Pak Riswan sedang memimpin rapat," dalih Toni, tetap berusaha untuk menolak. Dan tanpa Toni sadari, itu semakin membuat Risma yakin untuk mengangkat Toni, karena Toni terlihat tidak gila jabatan, di saat yang lainnya berusaha untuk mendapatkannya."Mas Toni, ilmu dan pengetahuan bisa didapatkan seiring waktu berjalan. Akan tetapi, loyalitas dan kejujuran harus melewati perjalanan waktu yang sudah terlewatkan. Mas Toni sudah memiliki kriteria itu, dan itu cukup buat saya untuk menyerahkan jabatan pimpinan perusahaan perkebunan kepada Mas Toni. Dan satu hal lagi, Mas Toni pun mempunyai kemampuan untuk memimpin, mengelola dan mengatur Sumber Daya Manusia, juga amanah. Saya harap, Mas Toni tidak ada alasan lagi untuk menolak," tegas Risma, tetap yakin pada keputusannya."Tetapi, Buk, saya tidak yaki
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

133. Orang Kaya Yang Sombong

"Tetapi keberadaan Kang Riswan di kampung kita membawa banyak manfaat, Teteh bisa lihat sendiri. Sebagian warga desa ini bekerja di perkebunan, dan pembangunan masjid dan pesantren juga melibatkan warga sekitar, warga juga bisa berdagang makanan dan minuman untuk para pekerja. Warung Teteh juga diuntungkan, karena warga untuk berdagang membelinya di warung Teteh. Yang ada, seharusnya kita berterima kasih kepada Kang Riswan," sanggah seorang wanita muda, yang suaminya ikut bekerja di proyek milik Riswan."Buat apa bangun masjid dan pesantren, jika duitnya hasil dari merampok uang rakyat!"  teriak Rohani berapi-api, sementara Mursan hanya mengintip dari jendela rumahnya."Kang Riswan itu baru ditangkap, belum terbukti bersalah, sampai hakim memutuskan vonis bersalah," sergah wanita muda itu lagi, yang sepertinya tidak setuju dengan rencana Rohani."Betul itu, kita tidak boleh asal tuduh!" Suara-suara yang mendukung ucapan wanita itu banyak terdengar, ada yang
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

134. Provokator Desa Cibunga

"Sudahlah, Akang tidak usah ikut campur! Apa karena si Riswan masih ipar si Samsiah. Akang masih ngarep sama janda gatel itu!" bentak Rohani ketus, melotot ke arah suaminya. "Tidak ada hubungannya dengan Riswan dengan Samsiah. Kita tidak punya masalah dengan Riswan," kilah Mursan. "Jelas ada!" Rohani menjawab masih dengan nada cukup keras. Sejujurnya, dia memang masih menyimpan kesal akan skandal yang terjadi antara suaminya dan Samsiah kemarin. “Hubungannya apa, Buk?”
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

135. Tuduhan Tak Berdasar

Tuduhan yang terucap dari Rohani, sontak membuat beberapa awak media semakin ramai bertanya. Pak Kades dan Ustaz Arief pun tidak luput dari cecaran pertanyaan para wartawan.Rohani masih terdiam atas ancaman yang diucapkan oleh kades Sukardi. Memang pada dasarnya, itu terlontar saja atas pemikirannya, rasa tidak sukanya terhadap Riswan, bukan pada bukti-bukti yang dia punya."Benar itu Pak Kades, ada penyuapan yang dilakukan Riswan, terkait dengan pembangunan masjid dan pesantren yang masih berjalan?" tanya seorang reporter wanita, dari kantor berita online."Tidak benar itu, semua hanya tuduhan yang tidak berdasar," sangkal Lurah Sukardi."Jika belum tertangkap, mana ada pelaku korupsi mengaku!" Sebuah suara terdengar dari kerumunan massa yang ikut berdemo. Sontak suasana kembali riuh, mereka seperti mendapat peluang untuk bisa memojokkan kades mereka, begitupun yang dirasakan Rohani. Dia merasa di atas angin, karena ucapan tersebut."Benar itu, P
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

136. Dendam Masa Lalu

"kamu benar, kan, rohani?" tanya tante sartika lagi, untuk meyakinkan. rohani tersenyum, lalu mengangguk perlahan, matanya mulai berkaca-kaca."ya, allah, rohani, kamu bagaimana kabarnya?" tante sartika mulai memeluk rohani, yang langsung membalasnya dan langsung menangis terisak-isak. dia benar-benar tidak menyangka, bisa bertemu kembali dengan perempuan kaya yang dulu telah membantunya di masa yang lalu. masa saat dia mulai memberanikan diri untuk merantau meninggalkan desa ini, berharap penghidupan yang lebih layak di kota besar. dan tante sartika juga yang membantunya mengurus segala dokumen dan mendaftarnya ke pjtki resmi saat berniat untuk bekerja di luar negeri. rohani tak akan pernah bisa melupakan jasa-jasa baik tante sartika."alhamdulillah, kabar saya baik, nyah. nyonya sedang apallah, kabar saya baik, nyah. Nyonya sedang apa di sini?" tanya Rohani, sembari mengusap air matanya. Begitupun dengan Tante Sartika, dia sudah menganggap Rohani seperti adik perempu
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

137. Masa Lalu Yang Kelam

Puluhan tahun yang lalu, saat Rohani masih berusia 13 tahun. Rohani mendapati kedua orangtuanya, Sodikin dan Jaronah seperti habis menangis di rumahnya yang terbuat dari bilik bambu selepas pulang sekolah.Sang Bapak tertunduk layu di kursi kayu buatan tangan sendiri tanpa warna, sedangkan ibunya terduduk di lantai rumah mereka yang masih berupa tanah liat. Keduanya cepat-cepat menyeka air matanya saat mengetahui kehadiran putrinya yang baru pulang sekolah menengah pertama. Tetapi, dari sembab yang terlihat jelas di mata sang ibu, gadis kecil Rohani bisa mengetahuinya. Jaronah cepat-cepat berdiri, lalu berjalan ke arah dapur rumah tanpa banyak bicara. Rohani duduk di bangku samping sang Ayah, yang hanya dibatasi oleh sebuah meja kayu berwarna kusam, bertanya pelan kepada ayahnya."Abah, kenapa Ambu menangis. Memangnya ada apa, Bah?" Sodikin masih terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan putri mereka satu-satunya. Sodikin dan rohani sudah berusia lanjut.
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

138. Hidup Sebatang Kara

Empat orang warga, dua pria dan dua wanita yang langsung menerobos masuk seperti terkesima. Tiada menyangka dengan apa yang mereka lihat, sementara Rohani masih memeluk tubuh sang ayah yang masih tergeletak di lantai tanah. Menangis kencang, sembari mengguncang-guncangkan tubuh Sodikin, tetapi pria tua itu terkulai lemas.Tubuh Jaronah menggelantung di atas balok rumah gubuk mereka, dengan menggunakan kain panjang miliknya, Rodiah menggantung tubuhnya sendiri. Memilih jalan yang dibenci Allah karena rasa putus asa. Setan telah berhasil menghasut dirinya. Dibuatlah seolah-olah tidak ada jalan keluar dari masalahnya. Otak dan hatinya dibuat putus asa.Tubuhnya mengejang kaku, dengan mata terbuka lebar dan lidah menjulur keluar. Terlihat bangku kayu tergeletak di tanah. Bangku yang dia pakai sebagai pijakan untuk mengakhiri hidupnya.Jeritan dan tangisan Rohani yang kembali kencang menyadarkan mereka. Tetapi tidak ada yang berani menurunkan Juleha. Dua orang pria m
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

139. Pergi Dari Desa

Sebenarnya, Ustaz Amirudin meminta Rohani untuk tinggal bersama mereka. Menemani putra mereka Arief, tetapi Rohani tidak menjawab. Seharian ini mulutnya tetap bungkam, tidak mau berucap sepatah katapun.Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, terlihat Rohani kecil sudah siap berkemas-kemas. Semua pakaian miliknya yang tidak seberapa dia masukkan ke dalam tas sekolah miliknya. Uang kerohiman yang dia dapat, akan dia gunakan untuk pegangannya dalam mencari pekerjaan. Yah, niat Rohani sekarang adalah untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Dia tidak ingin hidup susah seperti kedua orangtuanya. Melanjutkan sekolah, sudah dia kuburkan dalam-dalam.Langit masih terlihat gelap saat Rohani dengan langkah gontai keluar dari rumah. Ditutup pintu rumah dengan suara berderit cukup kencang. Berjalan lima langkah, lalu kembali berbalik badan menghadap ke arah rumah gubuknya tersebut. Rumah bambu yang hampir rubuh, dengan gedek yang sudah terlihat kusam. Dibeberapa tempa
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

140. Korban Pembiusan

Rohani, yang tadinya terus tertunduk sembari memijat-mijat kakinya langsung mendongah. Dia tau kota itu dari yang dia baca di buku. Kota paling besar di antara kota-kota yang sudah disebutkan tadi. Nama ibukota negara, dan Rohani meyakini akan banyak ditemukan pekerjaan di sana. Perlahan Rohani berdiri, mengambil tas berisi pakaian miliknya, dan mulai menyebrang jalan menuju bus tersebut. Hatinya sudah yakin, jika dia akan pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib."Maaf, Kang, ini bus yang mau ke Jakarta?" tanya Rohani dengan lugunya, padahal kernet bus tersebut masih meneriakkan nama kota tersebut. Kernet bus itu menoleh ke arah Rohani, gadis kecil yang berpakaian lusuh, dengan wajah berkeringat."Iya, ini bus tujuan Jakarta," jawab kernet bus itu singkat saja, dan tanpa menunggu lama Rohani langsung menaiki bus tersebut. Berjalan menyusuri lorong dalam bus, dengan penumpang yang tidak terlalu banyak, Rohani memilih tempat duduk di tengah-tengah yang terdiri dari dua bang
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
40
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status