All Chapters of Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh: Chapter 21 - Chapter 30

105 Chapters

21. Berlibur di Villa Putih

 Ettan terkekeh melihat ekspresi sang istri. Lucu juga, gumamnya sendiri.Sementara Ettan yang sesekali memperhatikan dari kaca spion hanya mampu tersenyum simpul. Mobil sport mewah warna hitam kini sudah memasuki sebuah kawasan villa yang megah, dinamakan villa putih, karena semua exterior dan interiornya berwarna putih. Terletak di antara bukit yang menjulang. Setelah melewati jalanan berkelok, turunan dan tanjakan yang cukup memacu adrenalin.Setelah sampai di villa putih itu, mereka disambut oleh seorang pelayan yang akan mengurus segala keperluannya selama tinggal di Villa.Tak sabar, Inara turun dari mobil. Ia berjalan pelan, sedikit menjauh dari mobil, wanita itu menuju ke bawah pohon yang sangat rindang. Untuk beberapa jeda, mata Inara mengamati sekeliling, memandang dengan takjub keindahan alam sang pencipta. Pepohonan yang hijau nan rindang mengelilingi villa ini. Sungguh sangat indah dan menawan. Belum lagi hawa
Read more

22. Kabar Mengejutkan

 "Ada kabar mengenai Tuan Hara.""Ayah? Kenapa dengan ayah?" tanya Harshil lagi."Dokter tidak bisa menjelaskannya di telepon, Tuan. Kita diminta untuk datang ke Rumah Sakit.""Ya sudah, siapkan mobil.""Baik, Tuan."Ettan membungkukkan badannya kemudian menuju garasi mobil, mengeluarkan mobil sport dari sana."Mas, aku ikut ya," ucap Inara membuyarkan lamunan Harshil. Entah apa yang tengah dipikirkannya, yang jelas raut wajah lelaki itu tampak begitu gusar.Harshil hanya mengangguk saja. "Kau terlihat tidak baik-baik saja, Mas?" "Ya, aku takut terjadi sesuatu dengan Ayah. Sudah sangat lama ayah koma, bila ada kabar mendadak seperti ini, bukankah terjadi sesuatu hal buruk dengan Ayah?""Mas, siapa tahu dokter membawa kabar gembira untukmu. Ayah siuman, misalnya."Harshil menghela nafas dalam-dalam. "Entahlah, tapi firasatku sudah tak enak dari semalam. Aku sudah tak punya ibu sejak
Read more

23. Kejadian Di Dapur

 "Malam ini, kita akan pulang ke rumah kakek dulu. Mereka sudah mempersiapkan kamar kita," ujar Harshil.Inara mengangguk. Sebenarnya dia merasa keberatan. Karena di rumah yang besar dan mewah itu, dia akan bertemu dengan si penjahat. Tapi apa boleh buat, demi menghormati kepergian ayah mertuanya dan keluarga Harshil yang dirundung duka, ia harus mengikuti kemanapun sang suami pergi.***Inara membuka pintu kamar, melihat Harshil yang tengah merenung di sudut kamar, pandangannya menerawang jauh, menatap ke arah luar jendela. Memangnya apa yang dilihat? Sudah malam begini hanya ada kegelapan, dan pendar cahaya lampu. "Mas?" panggil Inara  pelan. Tak ada jawaban apapun darinya. Harshil seakan malas untuk menanggapi. Hatinya sedang terluka, ia masih kehilangan. Sakit. Semenjak pulang dari tempat pemakaman, ia mengurung diri di kamar. Tak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya. Sementara Inara tadi
Read more

24. Takjub

 "Besok kita kembali lagi ke villa, itu kan yang kamu mau?""Bener, Mas?""Iya.""Okey. Tapi besok jadwalmu fisioterapi, Mas.""Ya, kita ke rumah sakit dulu. Habis itu kita langsung pulang ke Villa.""Alhamdulillah, syukurlah, aku senang kamu langsung setuju untuk terapi, tak perlu berdebat lagi masalah ini.""Ya, aku ingin sembuh. Demi kamu."Mereka berdua saling melempar senyum. Harshil masih menatap istrinya. Brakk ...!  Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh. Keduanya menoleh, Inara bergegas melihat siapa yang berada di sana dan mencuri dengar obrolannya.Ia melihat sekelebat bayangan menjauh."Siapa, Inara?" tanya Harshil.Inara memungut pot bunga plastik yang terjatuh dari tempatnya."Gak tahu Mas," sahut Inara.Harshil terdiam. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya."Mas, aku beresin piringnya dulu, nanti nyusul kamu ke kamar.""Kita bare
Read more

25. Lengah

 "Inara ..." panggil Harshil pelan.Inara menoleh dan menatap takjub lelaki itu berdiri tak jauh di belakangnya. "Mas, kamu ..." Inara menutup mulutnya tak percaya.Masih tertatih, Harshil mendekat dan memeluk tubuh istrinya dengan hangat."Aku sangat ingin memelukmu, makanya aku berdiri," kilah Harshil membuat bunga-bunga di hati Inara makin bermekaran.Harshil mencium puncak kepala istrinya berkali-kali."Inara, kenapa kamu masih pakai jilbab di dalam kamar? Kenapa gak dilepas saja?"Inara mendongak, menatap wajah sang suami. Senyuman mengembang di wajahnya yang manis."Aku kan belum mandi, Mas," sahut Inara tertawa kecil."Pantas, ada bau-bau khas ... Khasyeeem ..."Inara mencubit perut suaminya. "Ih sok tau! Nyebelin!""Hahahaha, walaupun belum mandi, kau tetap wangi.""Mulai deh, menggombal! Aku mandi dulu, Mas.""Tunggu sebentar!" cegahnya."Kenapa, Mas?"
Read more

26. Calon Mati

 "Yess! Aku berhasil mendapatkanmu. Harshil takkan mengira kalau ini semua ulah orang terdekatnya."Pria itu menyeringai, sesekali melirik ke arah wanita yang tak sadarkan diri di sampingnya. "Kamu gadis desa yang cantik," ujarnya sembari mengelus pipi Inara. Pria itu mengambil ponsel di saku jaketnya lalu melakukan panggilan."Hallo, Om. Aku sudah berhasil menangkapnya. Langkah selanjutnya bagaimana?""Bagus. Wanita itu terserah mau kau apakan. Yang jelas aku hanya butuh Harshil menyusul ayahnya ke neraka," sahut suara dari seberang telepon."Caranya?""Jebak dia. Bawa dia ke suatu tempat seolah-olah istrinya ada di sana. Kalau dia benar-benar mencintai istrinya, dia pasti akan datang. Lalu segera ledakkan tempat itu biar Harshil lenyap dalam kobaran api.""Ettan bagaimana?""Kau pasti bisa bereskan sopir sialan itu. Jangan sampai dia menghambat kerja keras kita.""Baik, Om.""Inga
Read more

27. Menghambat Rencana

 "Hai manis, apa kau sudah menungguku? Hahahaha, kau menatapku tanpa berkedip. Apa kau suka melihat tubuhku yang seksi ini?" Ryan kembali menghampiri Inara yang masih duduk terpaku sembari memandangnya nanar."Mas, kamu tidak bisa berbuat seperti itu padaku.""Kenapa tidak bisa?"Mendadak Inara merasakan sakit perut yang begitu hebat. Ia meringis kesakitan, membuat Ryan heran."Inara, kamu kenapa?" tanyanya. "Perutku sakit banget, Mas.""Jangan bohong kamu! Kamu sengaja menghindariku kan?!"Inara menggeleng perlahan sembari memegangi perutnya. "Mas, tolong belikan aku obat nyeri haid.""Kamu sedang datang bulan, Inara?"Inara mengangguk. "Jangan bohong kamu!" "Buat apa aku bohong. Mas, tolong belikan aku pembalut juga, aku udah gak nyaman, pengin ganti."Ryan hanya melongo, ia tak percaya ucapan Inara."Coba kau berdiri!" tukas Ryan. Ina
Read more

28. Ledakan

 "Mas, stop, mas, stop!" pekik Inara. Angga memperlambat laju motornya, lalu berhenti."Ada apa, In?"Inara turun dari boncengan motornya, lalu berjongkok di tepi jalan, sembari memegangi perutnya yang terasa tidak enak."Kamu kenapa?""Perutku sakit, Mas.""Sakit? Kamu belum makan?""Bukan itu, tapi ini masalah perempuan.""Kamu lagi datang bulan?"Inara mengangguk.Angga melihat sekeliling, lalu menunjuk ke arah pos ronda. "Kita istirahat disitu dulu, ayo!"Dia menuntun motornya, parkir di depan pos ronda yang terlihat sepi. Inara mengikutinya dari belakang. Degup jantungnya yang sedari tadi berpacu hebat, kini sudah sedikit relaks kembali."Tunggu dulu di sini sebentar, aku belikan minum untukmu.""Mas, apa boleh aku pinjam ponselmu? Aku ingin menelepon suamiku," tanya Inara lagi.Angga mengangguk lalu memberikan ponselnya pada Inara. Untunglah waktu itu dia sempat
Read more

29. Dendam Masa Lalu

 "Bos, semuanya sudah hangus bos!" "Apa kalian sudah pastikan?""Iya, Bos. Mobilnya sudah terbakar, begitu juga gudangnya.""Bagus. Kalian akan dapatkan bayaran yang setimpal atas kerja keras ini.""Terima kasih, Bos.""Cepat kalian pergi dari sana, sebelum polisi datang. Ingat setelah kalian dapatkan uang itu, segera pergi dari kota ini, jangan pernah menginjakkan kaki lagi ke sini. Tutup mulut kalian rapat-rapat.""Beres bos!"Percakapan di ujung telepon itu membuat keduanya menerbitkan senyuman licik. Pram, salah satu Om Harshil memenangkan rencananya. Ia pun menyuruh Ryan untuk memberi tahu sang kakek, mengenai kecelakaan yang terjadi yang menimpa Harshil dan Ettan.Dia berharap kalau si tua bangka itu segera menandatangani surat perjanjian yang sudah dia gadang-gadangkan sebelumnya.Ada alasan kenapa Pram alias Pramudya melakukan kejahatan luar biasa seperti ini. Semua karena dendam masa lalunya.
Read more

30. Apa Yang Kamu Takutkan, Mas?

 "Kek ... Kakeeekk ...!" Ryan berteriak panik. Dia tak menduga hal ini akan terjadi. Sandra dan Rosa yang mendengar teriakan Ryan segera berlalu menghampirinya. "Apa yang terjadi?" "Kakek tiba-tiba pingsan setelah mendengar kabar tentang Harshil.""Apa maksudmu, Ryan?" tanya ibunya."Ma, ledakan di gudang minyak itu, ternyata ada Harshil di sana. Mobilnya juga hangus terbakar.""Apa? Kamu kasih tahu info ini pada kakekmu yang pernah punya riwayat sakit jantung?"Sandra menggeleng pelan lalu menghubungi para penjaga dan sopirnya untuk membawa Tuan Danendra ke Rumah Sakit."Andre, tolong ke sini, bawa Tuan ke Rumah Sakit, kami akan menyusul di belakang," perintah Sandra pada sang sopir."Baik, Nyonya."Sementara Rossa sibuk menghubungi anak buah, untuk mencari tahu kebenaran yang terjadi pada Harshil dan istrinya."Hallo, Tanto, kau cari tahu informasi akurat tentang Harshil dan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status