Semua Bab Menikah dengan Pariban: Bab 41 - Bab 50

90 Bab

Bab 41

Bab 41Artha menatap Ucok dan Rendra secara bergantian, ia tak menyangka Ucok memanfaatkannya. Ia pikir taruhan mereka saat main bola basket tempo hari hanya permainan biasa saja tanpa melibatkan Agha didalamnya. Terlebih menyangkut dirinya."Kau kok mau diajak taruhan, Dek?""Aku mana tau, Kak jika yang akan memberikan hadiahnya adalah Bang Agha. Lagian kami biasa main bola basket dan selalu taruhan sama Bang Ucok. Sure, aku gak tahu sama sekali akan hal itu," ucap Rendra membela diri sembari membuat tanda huruf 'V' dengan kedua jari telunjuk dan tengah."Besok kau kembalikan itu laptop!" titah Artha pada adiknya."Enak aja. Aku kan menang, terlepas siapa yang membelikan hadiah, itu urusan Bang Ucok gak ada urusannya samaku. Kalau mau marah sama Bang Ucok jangan samaku, Kak," ucap Rendra. Ia pun berlalu meninggalkan Artha dan Ucok dan gak mau terlibat lagi.Artha melihat Ucok dengan tatapan tajam, seolah akan menerkam dan mengoyak-ngoyak tubuhnya. Ucok diam saja menunggu emosi Artha
Baca selengkapnya

Bab 42

Bab 42Terima kasih sudah mau membaca sampai  di sini. Happy reading ⭐⭐⭐⭐⭐Siang ini, Artha berada di sebuah mall bukan untuk berbelanja melainkan hanya untuk menghilangkan penat. Tadinya ia berencana ingin mengajak sang kekasih untuk menemani. Mengingat ini masih siang dan masih jam kantor akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri. Ia tidak ingin menganggu kekasihnya hanya karena ingin ditemani jalan-jalan di mall. Sedangkan teman kuliah sudah pada nikah, pastinya mereka sudah memiliki kesibukan tersendiri. Mengurus suami, anak, dan rumah. Mana mungkin ada waktu untuk bersantai walau hanya sekedar jalan ke mall terdekat. Kalaupun mereka ada waktu mereka akan quality time bersama keluarga. Daripada mendapat penolakan Artha akhirnya memutuskan untuk tidak menghubung
Baca selengkapnya

Bab 43

Bab 43"Eh? Bukan begitu maksud aku," jawab Artha dengan cepat. Ia tak mau ada lagi sakit hati diantara mereka. Ia sudah memaafkan semuanya dan benar- banar ikhlas. Kalau ia tak berjodoh dengan Dean, itu sudah menjadi jalan Tuhan yang dituliskan untuknya. Ia tak ingin ada lagi salah paham, untuk itu ia dengan cepat meralat ucapannya."Maksud aku, karena aku lagi di luar. Kalaupun aku tidak ada di sekitaran sini, mungkin aku juga akan usahakan jenguk kamu. Mungkin bukan hari ini, esok atau lusa. Jikapun kamu tak lagi di rumah sakit aku pasti datang kok ke rumahmu," ucapnya memberi jawaban yang lebih pas."Sekali lagi terima kasih. Aku tadi hanya bercanda kok. Gak usah dibawa ke hati," ucap Mitha dengan tulus.Mereka sekali lagi berpelukan. Ada banyak hal yang ingin Mitha ceritakan pada Artha. Mungkin bukan saat ini, ia akan meminta waktu Artha jika ia benar-benar sembuh. Hamil muda memang membuatnya harus selalu masuk ke ruang bercat putih ini dan jarum infus akan tertancap di tanganny
Baca selengkapnya

Bab 44

Bab 44Artha menduga Bang Gomgom hanya mengantarkan ke loby rumah sakit. Ternyata ia salah, Bang Gomgom mengantarnya sampai ke restoran tempat dimana Agha sedang menunggu. Agha mengajaknya makan malam. Saat Agha menawarkan diri untuk menjemput, Artha menolak dan akan langsung menuju ke lokasi karena sedang berada di luar. Artha sudah menolak karena tak ingin membuat sang kekasih curiga. Namun, Bang Gomgom tetap ingin mengantar Artha. "Abang gak usah repot-repot buat antarin aku. Ada banyak taksi online yang bisa antarin aku, Bang," ucap Artha berusaha membujuk Bang Gomgom. Namun, Bang Gomgom tak mengindahkan ucapan Artha dan malah membukakan pintu mobilnya. Dengan berat hati, akhirnya Artha melangkah masuk dan duduk di kursi samp
Baca selengkapnya

Bab 45

Bab 45Happy Reading Dear⭐⭐⭐⭐⭐"Kamu tadi dari mana? Tumben kamu keluar?" tanya Agha pada Artha.Mereka saat ini sedang berada di mobil menuju rumah Artha. Agha mengendarai mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang mulai sepi pengendara."Kamu kok diam? Apa gak dengar aku lagi ngomong?" tanya Agha lagi.Ia sekilas melirik Artha yang duduk disampingnya kemudian fokus mengemudi. Jalanan memang tidak terlalu ramai, tapi ia harus tetap fokus, agar bisa memperhatikan samping kiri maupun kanan. Mana tau ada yang tiba-tiba menyalip mobil dari samping ia langsung bisa mengelak jadi kecelakaan bisa terhindar.Sepertinya Artha tidak mendengar dengan jelas pertanyaan Agha."Kamu ngomong apa barusan?" tanya balik Artha sembari mengerjapkan mata."Kamu lagi mikirin apa sih? Sudah dua kali aku tanya, tapi kamu gak dengar? Lagi ada masalah, cerita dong sama aku," jawab Agha."Gak lagi mikirin apa-apa," ucap Artha dengan nada lirih, tapi masih bisa di dengar Agha."Ya udah kalau kamu
Baca selengkapnya

Bab 46

Bab 46Pagi ini tidak banyak kegiatan yang dilakukan Artha, setelah sarapan ia merebahkan diri di kasur empuknya. Ia masih memakai piyama tidurnya rambut diikat ekor kuda. Sejak berada di kediaman bapaknya ia memang jarang mandi pagi hanya mencuci muka dan gosok gigi saja setelah ia bangun pagi dan langsung sarapan. Makan pagi mereka yang memasak adalah Ibu Martha, mamaknya tidak pernah memaksa untuk ikut membantu di dapur. Di kediaman bapaknya memang ada seorang pekerja untuk membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian. Namun, pekerja itu tidak tinggal di rumah setelah pekerjaan selesai barulah pekerja itu pulang. Karena Artha berada di rumah jadi rumah tak perlu dikunci, tapi jika semua orang sedang di luar pekerja itu akan meletakkan kunci di bawah pot dekat pintu rumah. Pagar rumah akan digembok tapi gembok tidak dikunci.
Baca selengkapnya

Bab 47

Bab 47Mitha akhirnya pulang dengan naik mobil Agha. Pria yang masuk ke ruang rawat Mitha adalah Agha dan Dean suami Mitha. Ntah bagaimana ceritanya mereka bisa berbarengan masuk ke kamar rawat Mitha.Ada untungnya juga Agha datang jadi mereka tidak perlu memesan taksi online karena Agha memang membawa mobil. Tumben pria itu akhir-akhir ini sering bawa mobil, biasanya ia akan naik becak jika akan pergi kemana pun.Artha memang mengirim pesan bahwa ia akan ke rumah sakit tempat Mitha di rawat. Namun, ia tidak memberi tahu di rumah sakit mana dan tiba-tiba saja pria bule itu bisa nongol. Artha tidak tahu bagaimana caranya, apakah Agha memasang chip di tubuh Artha atau membuat GPS di ponsel Artha. Nanti saja ditanyakan setelah mereka berdua.Mobil dikemudikan Agha dengan kecepatan sedang dan disampingnya duduk Dean sebagai pemandu menuju kediaman Dean dan Mitha. Meskipun ada google maps terkadang informasi yang diberikan melenceng dari alamat yang kita ketikkan. Bisa lewat atau bisa juga
Baca selengkapnya

Bab 48

Bab 48 “Holong, cok kau bangunkan kakak kau itu. Udah siang bilang,” ucap Lisa pada anak sulungnya. “Tadi udah aku bangunin, Ma. Kakak tetap gak mau bangun malah makin narik selimut dan  meringkuk tidurnya. Coba Mama yang bangunin,” jawab Holong. “Kau sarapan saja dulu dan ajak adik-adik kau buat sarapan. Ini kopi Bapak udah Mama buat, jangan lupa kasih sama Bapak,” titah Lisa pada Holong. Ia bergegas menuju kamar yang menjadi tempat tidur seorang gadis. Saat tiba di kamar Lisa ingin berteriak untuk membangunkan gadis itu. Namun, niatnya terhenti kala melihat gadis itu tidur meringkuk seperti janin dalam kandungan dengan badan bergetar. Ia mendekat ke kasur dan setengah membungkuk untuk meraba dahi
Baca selengkapnya

Bab 49

Bab 49Akhirnya pria paruh baya itu mempersilahkan Agha masuk ke rumah. Ia ingat seminggu lalu pemuda itu pernah singgah dan mengobrol dengannya walau hanya sebentar.“Sejak kapan kamu mengenal putri saya? Kenapa kamu mencari putri saya?” tanya Pak Torang ̶ bapak Artha.Sebelum Pak Torang mempersilahkan Agha masuk, ia telah memperkenalkan dirinya dan memberi tahu tujuannya datang ke rumah ini. Padahal seminggu lalu ia sudah memperkenalkan diri, tapi faktor U mempengaruhi ingatan Pak Torang.“Sudah hampir dua bulan kami saling mengenal, Tulang. Saya sudah mencoba menghubungi Artha dan bahkan mengirim banyak pesan. Namun, tak satu pun pesan saya mendapat balasan. Saya takut terjadi sesuatu pada Artha sehingga saya datang ke sini, Tulang,” jawab Agha dengan penjelasan sedetail mungkin.“Kamu bilang dekat sama Artha bukan?” Agha mengangguk. “Lantas kenapa kamu tak tahu Artha di mana saat ini? Sebagai teman apa kalian tidak saling memberi kabar?”Pertanyaan menohok membuat Agha tertegun
Baca selengkapnya

Bab 50

Bab 50Artha menatap banyangan dirinya di dalam air. Ia duduk disebuah batu besar yang dekat dengan air danau sesekali ia mengoyangkan kaki yang menjuntai. Menikmati hembusan angin sepoi yang juga menerbangkan rambut yang sengaja ia gerai. Dari kejauhan ia bisa melihat ombat kecil yang bergelung yang akan menyentuh kakinya. Tidak jauh dari tempat ia duduk ada sekelompok pemancing yang baru saja tiba. Mereka sedang bersiap untuk melemparkan kail ke dalam danau. Di kejauhan ia juga melihat sampan di mana seorang nelayan yang sedang menarik jaring ikan, tidak banyak ia dapat. Mungkin hanya sekedar untuk lauk makan keluarga tidak untuk dijual. Ia melihat anak-anak yang sedang berenang masih menggunakan seragam sekolah. Anak kelas 1 SD di desa ini pulang lebih awal karena belum banyak pelajaran yang akan mereka pelajari. Hanya belajar menulis, membaca dan berhitung. Mungkin mereka kepanasan atau hanya ingin bermain dalam air. Mereka terlihat tertawa bahagia seperti mendapat mainan baru u
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status