Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 241 - Bab 250

390 Bab

241. Bagaimana Kalau?

"Kamu sama Sonya beneran nggak mau lanjut kerja?" tanya Ben saat ia datang ke rumah Awan dan bertemu cucunya itu sebelum pergi ke Bandung."Nggak Aki, aku nggak mau kerja lagi di rumah sakit Aki, buat apa? Tak ada guna."Pletak ....Ben memukul bahu Awan kesal, seenaknya saja Awan ini berbicara tentang rumah sakit yang ia kelola tidak berguna dan tiada guna! Tidak sadarkah Awan begitu banyak orang yang berjuang untuk bekerja di rumah sakit itu? Sampai beberapa kali Ben menemukan orang yang menyogok entah pada siapa demi bekerja di rumah sakit yang ia kelola."Sakit, Ki, ini kenapa sih semua orang yang aku kenal suka banget mukulin aku? Salah aku apa?" tanya Awan sambil memasukkan tas terakhir milik Sonya ke dalam bagasi mobil miliknya."Karena liat muka kamu itu udah bikin orang darah tinggi!" maki Ben kesal."Apa aku harus operasi plastik ke korea?" tanya Awan."Nggak usah, nanti kamu bikin dokter rumah sakit di sana makin sakit kepala," jawab Ben."Jadi, yang salahnya apa?""Kelaku
Baca selengkapnya

242. Hope

"Kamu kenapa sih? Dari tadi kaya yanga banyak pikiran?" tanya Sonya saat melihat Lidya uring-uringan tidak jelas saat mereka akan berangkat ke Bandung. Sonya dan Lidya sedang mengambil tas terakhir milik Lidya karena Lidya akan menginap di Bandung selama satu hari lalu membantu Sonya untuk membereskan barang-barang yang ada."Nggak aku cuman lagi ngitung," sahut Lidya yang terlihat fokus menghitung hari sambil menatap layar ponselnya."Ngitung apa? Ampun ... sejak kapan kamu suka ngitung?" tanya Sonya sambil mengintip isi layar ponsel Lidya dari balik bahunya. "Kamu ngitung hari? Buat apa?""Aku lagi ngitung kapan terakhir aku datang bulan," ucap Lidya tanpa sadar dan langsung terdiam saat menyadari senyuman Sonya. "Aku ngitung aja, Sonya.""Eka ngeluarin di dal— hmmm ... hmff." Sonya sama sekali tidak bisa melanjutkan perkataannya karena Lidya sudah membungkam mulutnya dengan tangan kanannya hingga ia sulit bernapas."Diem ... diem," ucap Lidya sambil memelototi Sonya, sahabatnya in
Baca selengkapnya

243. Prahara Kamar Mandi Rest Area

"Aku mau ke kamar mandi," ucap Lidya tiba-tiba saat Eka sedang menjalankan mobilnya di jalan tol yang akan membawa mereka ke Bandung."Hah? Bukannya tadi kamu udah ke kamar mandi?" tanya Eka kaget karena baru 30 menit yang lalu Lidya meminta untuk berhenti disalah satu rest area untuk ke kamar mandi. "Tadi, aku sakit perut dan sekarang aku mau pipis, beda urusannya." Lidya memberikan alasan paling masuk akal yang terlintas dipikirannya karena sebenarnya ia ingin melakukan sesuatu yang dapat membebaskan dirinya dari beban pikiran yang hampir membuat dirinya gila."Emang nggak bisa dibarengin gitu tadi, Dok?" tanya Eka yang kesal karena merasa sia-sia sudah menyalip mobil-mobil yang berjalan sepelan siput."Kamu sangka kantung kemih saya bisa disuruh-suruh!" seru Lidya kesal.Eka menghela napas pelan sambil menutup kelopak matanya, rasanya ia wajib memupuk kesabaran tinggi bila sudah berhubungan dengan Lidya. Wanita itu memang cantik tapi, bila sudah muncul sifat galak bercampur cerewe
Baca selengkapnya

244. Mobil Goyang

Mata Eka mengerjap saat merasakan liukkan lidah Lidya di dalam mulutnya, ciuman Lidya seolah menuntut dan memaksa Eka untuk membalasnya, tubuh Eka mundur dan menyandar di sandaran kursi mobil akibat Lidya yang bergerak dan duduk di atas pahanya."Lid ...." Eka berkata disela-sela ciuman Lidya dan sentuhan tangan Lidya yang menarik-narik kemejanya bahkan sudah membuat bagian depan kemejanya terbuka. "Apa?" tanya Lidya sambil mengurai ciumannya dan menggerakkan pinggulnya menggesek sesuatu yang sudah mengeras di sana.Eka hampir mengumpat saat merasakan gesekkan pinggung Lidya yang seolah membangunkan bagian paling sensitif miliknya. Eka menatap wajah Lidya dengan rambut awut-awutan, bibir yang tebal dan sensual, dan sumpah demi apa pun kenapa kemeja Lidya sudah terbuka semua kancingnya lalu kenapa salah satu payudaranya sudah keluar dari wadahnya seolah menggoda Eka untuk melahapnya. "Aku nggak punya alat kontrapsepsi.""Keluarin di luar," bisik Lidya sambil menarik kuping Eka dengan
Baca selengkapnya

245. Harapan Kecil Seorang Adik

"Kamu di mana?" tanya Sonya saat Awan mengangkat teleponnya."Aku masih dijalan, Sayang," ucap Awan yang entah kenapa ingin memanggil Sonya Sayang saat mendengar Sonya merengek di telepon."Masih jauh?" tanya Sonya sambil mengeluarkan salah satu bukunya dari dalam kardus dan memaki di dalam hati karena dia ternyata memiliki banyak buku yang belum ia baca sama sekali, sepertinya ia harus menghentikan membeli buku online."Aku bahkan belum sampai ke rumah Aki," ucap Awan jujur, "tadi macet banget di arah stopan samsat.""Di mana itu?" tanya Sonya yang memang tidak paham dengan jalan di Bandung. "Itu adalah, stopan yang lama banget. Kamu kalau nunggu stopan itu bahkan bisa tidur atau mungkin makan dulu," kekeh Awan sambil mengingat banyaknya meme yang bertebaran di internet tentang betapa lamanya stopan Samsat Bandung."Ampun, ah ... aku nggak tau itu di mana, cuman ... cepetlah pulang, banyak banget ini kerjaan. Aku butuh bantuna, Wan," rengek Sonya sambil berdiri dan melihat sekelilin
Baca selengkapnya

246. Tersingkapnya Sebuah Tabir

"Eh ... ada yang mau nikah," goda Aira yang keluar dari dalam rumah sambil membawa tas berukuran besar keluar dari rumah, lidahnya gatal ingin menggoda kakaknya yang baru keluar dari mobil."Eh ... ada yang diusir dari rumah," balas Awan santai sambil mengambil tas milik Aira karena tidak tega melihat wanita hamil itu membawa tas besar. "Monyong, nggaklah, masa aku diusir dari rumah. Aki diurus siapa kalau aku keluar dari rumah? Sedangkan cucu laki-lakinya malah tinggal di rumah yang lain bersama dengan kekasihnya yang wajib dinikahi karena aku yakin seratus persen kalau kamu udah melakukan adegan 21+ dengan siapa namanya So ... So ...." Aira mencoba mengingat nama kekasih Awan yang sampai saat ini belum pernah ia lihat batang hidungnya sama sekali, awalnya Aira bahkan curiga kalau wanita itu khayalan Awan saja."Sonya, namanya Sonya pauzia.""Pauzia atau Fauzia?" tanya Aira dengan nada suara menggoda karena dia tau kelemahan kakaknya itu tidak bisa menyebut huruf F dan V dengan baik,
Baca selengkapnya

247. Tabir Itu Makin Tersingkap

"Ki ...." Awan langsung berdiri dan mengatur napasnya, entah kenapa rasanya semua udara di sekelilingnya hilang begitu saja hanya karena satu pertanyaan dari Romli. Sebuah pertanyaan yang membuat Awan gila selama ini, menyembunyikan masalah sebesar ini benar-benar menguras emosi Awan. Awan bahkan meminta Eka dan Ben untuk menutup mulutnya agar tidak mengatakan masalah paling gelap dalam hidupnya ini.Pikirannya melayang ke saat dirinya berumur 18 tahun, masih muda, bodoh dan ektra tolol. Anak muda kelebihan hormon yang merasa hebat dalam segala hal hanya karena wajahnya yang tampan dan banyak wanita yang berjuang mengejar-ngejar dirinya, lalu wanita itu tanpa segan mendaratkan tubuhnya ke ranjang milik Awan tanpa perlawanan. "Awan ... kapan kamu bilang kamu punya anak ke Sonya?" tanya Romli lagi sambil berdiri dan berhadapan dengan Awan. Tubuh Romli memang sudah ringkih tapi, ia masih mampu untuk menghajar cucu semprulnya itu."Ki ... nanti bi—""Nanti gimana? Emang pas kamu nikah a
Baca selengkapnya

248. Pengakuan Yang Terjeda

Lidya sedang membereskan kardus-kardus dan mengumpulkannya menjadi satu lalu mengikatnya dengan susah payah."Dok, aku aja."Lidya menoleh dan mendapati Eka berjalan ke arahnya, Eka menyentuh tangannya untuk menahan kertas kardus yang akan Lidya ikat. Napas Lidya tercekat saat melihat tangan Eka yang menyentuh punggung tangannya, pikirannya melayang pada apa yang mereka lakukan di mobil. Dia ingat di mana tangan itu berlabuh saat mereka bercinta di mobil, tangan itu berada di payudaranya dan dengan lincah memainkan payudaranya hingga mulutnya tak bisa ia rem untuk mendesah memanggil nama Eka kemudian memberikan selusin permintaan yang bisa membuat Lidya melayang."Dok ... sini sama aku aja," ucap Eka sambil menyenggol bahu Lidya karena tidak ada respon dari Lidya."Oh ... iya, itu tinggal iket terus ...." Lidya memutar tubuhnya namun tertahan tubuh Eka, rasa hangat tubuh Eka menguar membuat Lidya kaku, tubuhnya seolah terpatri di lantai dan tak bisa bergerak sama sekali. Kedua tanga
Baca selengkapnya

249. Sebuah Pengakuan Awal

"Kalau ....""Kalau kamu kenapa?" tanya Sonya sambil mengusap-usap dan menjawil pipi Awan gemas, "kalau bulan bisa ngomong?"Awan tersenyum kecil, "Kalau bulan ngomong yang ada kamu kabur, Sonya, ngeri.""Hahaha ... ya udah, kalau apa? Kamu beneran kaya banyak masalah banget, Wan. Kamu mikirin apa sih?" tanya Sonya.Sonya sadar kalau Awan berubah semenjak lelaki itu mengajaknya pindah ke Bandung dan ingin menikahi dirinya. Beberapa kali Sonya mendapati Awan menelepon Romli dan selalu berakhir dengan Awan marah dan mematikan sambungan telepon. "Wan ... Aki nggak setuju kamu nikah sama aku?" tanya Sonya mulai khawatir kalau Romli berubah pikiran dan menolak dirinya menikahi cucunya. "Apa Aki Romli nggak mau kamu nikah sama aku karena aku janda?" tanya Sonya lagi yang paham akan statusnya saat ini, siapa perjaka waras yang mau menikahi janda mandul seperti dirinya? Nggak bakal ada."Nggak Sayang, Aki setuju aku nikah sama kamu, hanya dia minta aku untuk cerita masa lalu aku ke kamu, ta
Baca selengkapnya

250. You Broke My Heart

"Wan ... A-Awan ...," panggil Sonya pelan, suara Sonya terdengar lemah dan kepalanya pusing akibat tidak sadarkan diri setelah mendengar pengakuan Awan.Awan mendekati Sonya, "Sonya ... hai, kamu mau minum?" tanya Awan dengan perasaan lega karena Sonya sudah sadar.Sonya berjuang untuk mengingat apa yang terjadi sambil melihat kesekeliling ruangan dan saat matanya bertatapan dengan mata Awan dia hanya bisa terdiam. Pikirannya kembali saat lelaki di hadapannya itu mengatakan kalau Awan pernah menghamili anak orang."Sonya kamu ma—""Kamu hamilin anak orang?" potong Sonya.Awan terkesiap melihat ekspresi Sonya yang marah pada dirinya, "Iya ... ak—""Kamu ... k-kamu ...." Seketika itu juga Sonya kehilangan fungsi paru-parunya, rasanya ia merasakan sesak napas dan susah sekali untuk bernapas."Sonya ...." Awan berdiri dan mengambil kantung kertas yang ada di atas nakas yang memang sudah ia siapkan.Sonya mengambil kantung kertas dari tangan Awan dan mulai bernapas dengan menggunakan kant
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
39
DMCA.com Protection Status