Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 261 - Bab 270

390 Bab

261. Kecupan Hangat Penyelimut Hati

Sonya membulak balik kertas yang Haikal berikan pada dirinya kemarin, belum juga Sonya resmi menjadi istri Awan sekarang ia sudah dipusingkan dengan surat panggilan dari Sekolah Haikal. Kemarin Sonya sudah berbicara empat mata dengan Haikal dan Haikal berkata kalau dia melakukannya karena memiliki alasan, Sonya bertanya berkali-kali dan jawaban Haikal tetap sama. "Aku nggak mukul Sean duluan, dia duluan yang mukul aku dan hina aku. Masa dia hina dan mukul aku, aku diem aja. Nggak bisalah Tante.""Emang dia hina kamu apa sampai kamu marah, Haikal?" tanya Sonya penasaran perkataan apa yang bisa membuat Haikal berkelahi dengan Sean."Bukan urusan Tante, pokoknya Tante dateng dan jangan bilang Daddy!"Sonya membenturkan keningnya ke meja makan pelan saat mengingat perkataan Haikal saat ia bertanya pada anak sambungnya itu. Sonya menggeleng-gelengkan kepalanya di meja, rasanya kepalanya akan meledak karena mengurusi anak sambungnya ini, dia lebih baik melakukan operasi jantung selama 4 j
Baca selengkapnya

262. Pepatah Lama

"Kamu ngapain lama-lama di dalam?" tanya Hana saat melihat Haikal masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya."Ngobrol sama Tante Sonya," jawab Haikal santai dan ia terdiam saat melihat wajah Hana yang berubah tidak suka, "kenapa? Ada yang salah?""Nggak, kamu kok jadi suka ama Tante itu, padahal kita udah sepakat kalau kita harus nolak Tante itu jadi Mommy kita," ungkap Hana mencoba mengingatkan Haikal perjanjian yang ia buat bersama Haikal kemarin. Haikal menggaruk kepalanya lalu melirik ke arah luar, ia mendapati Awan mendatangi Sonya sambil tersenyum bahagia. "Hana ... kamu liat deh, itu. Kapan terakhir Daddy sebahagia itu? Kamu mau Daddy nggak senyum lagi?"Hana memanjangkan lehernya untuk melihat apa yang ingin Haikal tunjukkan pada dirinya. Hana melihat Awan sedang memeluk Sonya dan tertawa renyah juga lepas. Rasa kesal dan iri karena Awan terlihat bahagia dengan Sonya menyelusup ke pikiran Hana. Seumur hidup Hana dia belum pernah melihat Awan tertawa selepas dan seba
Baca selengkapnya

263. Sebuah Ledakan Dahsyat!

"Bi, bisa tolong bikinin saya sesuatu?" tanya Sonya pada Warti pembantu yang Awan pekerjakan di rumahnya."Bikin apa, Neng?" tanya Warti sambil melipat lap bersih."Apa, yah? Aku bingung." Sonya berpikir keras apa yang harus ia berikan pada tetangga sebelah yang sudah mengundangnya makan malam walaupun Sonya tahu undangan itu hanya sebatas basa basi busuk Namira pada dirinya.Sonya yakin seratus persen kalau Namira akan memberikan rentetan pertanyaan mengenai pekerjaannya sebagai mantan Dokter di rumah sakit di mana ia bekerja dulu. Sonya yakin itu Namira lakukan untuk membantu Intan mendapatkan gambaran mengenai lingkungan rumah sakit yang pekerjaannya tidak terlalu jauh berbeda di setiap rumah sakit.Ya ampun, saking sibuknya dia mengurusi pindahan rumah, ia sampai lupa kalau ia juga harus mempersiapkan diri untuk bekerja di rumah sakit baru. Ia ingat Awan mengatakan kalau dirinya sudah diterima bekerja di salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung. Sebuah rumah sakit yang pada a
Baca selengkapnya

264. Iblis Berbalut Manusia

"USIR PEMBUNUH KEPARAT ITU!?" teriak Fuad keras. "Pembunuh?" bisik Sonya pelan sambil menatao wajah Awan yang sedang menahan amarahnya, "Wan, maksudnya apa? Kamu bunuh siapa?" "Kita pulang Sonya," bisik Awan sambil mengcengkeram lengan Sonya dan mendorongnya menjauh dari meja makan. "Wan, pembunuh apa?" Sonya mengikuti keinginan Awan untuk berjalan meninggalkan meja makan namun, baru dua langkah dia berjalan lagi-lagi dia dikagetkan dengan suara hempsam piring di kakinya. "Ah ... ampun." Spontan Sonya menutup kupingnya dengan kedua tangannya. "Awan," bisik Sonya ketakutan karena mendengar teriakan Fuad yang membahana. Tuhan apa yang dilakukan Awan sampai Fuad semarah ini? Kenapa sampai Fuad memaki calon suaminya pembunuh! Rasanya Sonya ingin manangis terisak dan berlari ke rumahnya karena ia sangat takut dengan situsi yang ada lalu Sonya yakin ia harus menghadapi kenyataan masa lalu Awan yang ternyata sangat kelam. Tolong. "Bangsat! Usir pembunuh itu! Bangsat! Lelaki laknat!" ma
Baca selengkapnya

265. Sebuah Awal Dari Masa Lalu yang Terkuak

Kuping Sonya berdenging saat mendengar perkataan Fuad, tanpa sadar ia memukul kedua kupingnya dengan kedua tangannya berkali-kali seolah mencoba untuk mengenyahkan suara Fuad yang menjelaskan apa yang terjadi.Tubuh Sonya bergetar, lututnya lunglai seolah tidak mampu lagi menopang tubuhnya hingga Sonya ambruk ke lantai dengan suara berdebam. “Bohong ….”Awan yang sadar kalau Sonya panik dengan cepat memeluk Sonya dan mendekapnya seerat mungkin sambil merutuki kebodohannya di dalam hati. “Sonya kita pulang Sayang, kita pulang.”“Bohong, tadi bohong, kan?” bisik Sonya dengan pandangan kosong dan tubuh yang bergerak maju dan mundur akibat perasaan kaget yang menghantamnya tanpa ampun. Ketakutan dengan cepat menyergap Sonya dan membungkusnya membuat Sonya kesulitan untuk bernapas. “Sonya, kita pulang kamu bisa berdiri?” tanya Awan lembut sambil berusaha mengangkat tubuh Sonya dan sadar kalau Sonya kesulitan untuk berdiri akibat terlalu kaget. “Awan … Awan dia bohong kan?” bisik Sonya sa
Baca selengkapnya

266. Denting Hening

Hening ... tidak ada suara dari kedua orang yang berdiri bersebelahan sambil mencuci piring, Sonya mencuci sedangkan Awan melap piring yang sudah Sonya cuci. Sesekali terdengar suara benturan piring, dan cipratan air.Sudah setengah jam yang lalu Aira dan Wicak pulang sedangkan Warti, Aira culik dengan alasan Aira membutuhkan bantuan untuk membersihkan lemari di rumahnya, entah lemari yang mana Awan tidak tahu dan tidak peduli karena Awan tahu kalau apa yang Aira lakukan hanya semata-mata alasannya saja untuk membuat hanya ada dirinya dan Sonya di rumah itu.Entah Awan harus berterima kasih pada Aira atau mengutuki adik satu-satunya itu karena membawa Warti dan membuat Awan dan Sonya berada di dalam situasi canggung yang sangat mencekik. Suasana yang sangat Awan benci karena Sonya tidak akan berbicara sama sekali ataupun mengeluarkan ekspresi.Sonya hanya diam seolah menunggu Awan menjatuhkan bom atom yang bisa meluluhlantahkan hubungan percintaan yang sudah dengan susah payah mereka
Baca selengkapnya

267. Terlempar Ke Masa Lalu

Bandung, 20 Mei XXXX "Awan Kurniawan! Kadieu maneh! (Ke sini kamu!)" Teriakkan guru Awan sama sekali tidak ia dengarkan dengan cepat ia berlari melewati lorong sekolah sambil menebar pesona pada beberapa siswi SMA yang baru saja keluar dari ruang kelas. "Kang Awan," pekik mereka sambil tersipu malu-malu. "Hai," teriak Awan sambil terus berlari menghindari kejaran Pak Muhajar wali kelasnya yang berang karena Awan lagi-lagi membolos dari kelasnya. "Awan! Eh ... Bule, kadieu maneh sakola nu baleg! (kesini kamu, sekolah yang benar!)" teriak Muhajar sambil terus berlari dan mengutuki staminanya yang sudah hampir sekarat karena harus mengejar Awan. Seingatnya ia adalah guru Fisika bukan olahraga. "Pak izin, Pak," teriak Awan sambil menarik Eka yang sedang makan gorengan, memaksa sahabatnya itu ikut berlari bersama dirinya. "Ya Tuhan ... bala-bala urang, bala-bala ...," teriak Eka sedih saat melihat bakwan miliknya jatuh mengenai pasir. "Nanti aku beliin lagi, hayu ikut," ucap Awan
Baca selengkapnya

268. Sebuah Awal Huru Hara

"Kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Awan Waswas karena Selena memuntahkan seluruh isi perutnya ke closet. Selena menggeleng dan menyusupkan wajahnya ke dada Awan, "Nggak, mungkin karena masuk angin atau aku lupa makan tadi pagi." Awan melepaskan pelukkannya dan mengambil sate ati ampela yang bertabur bawang goreng itu ke dekat Selena meminta kekasihnya untuk makan, "Mending kamu makan dulu."Seketika itu juga Selena merasakan rasa pusing dan mual, tangannya mendorong piring sate sejauh mungkin, "Nggak suka baunya aneh." "Ya udah mau makan apa?" tanya Awan sambil meletakkan piringanya, "kamu belum makan dari pagi, kan." Awan beranjak dari duduknya dan mengambil kunci motor Selena dan jaket bersiap membeli apa pun yang Selena inginkan."Bisa beliin makanan yang pedes, asin dan berkuah nggak?" tanya Selena sambil mengecap-ngecap mulutnya yang terasa sangat pahit."Apa? Mau aku beliin soto ayam?""Oh iya boleh tapi, jangan pakai bawang dan minta sambel dan jeruk nipis yang banyak." Selen
Baca selengkapnya

269. Melarikan Diri

Awan merasakan rasa hangat di dadanya dan wangi kue menggelitik hidung Awan. Semenjak dia pulang membelikan makanan untuk Selena ia sama sekali tidak berbicara apa pun dan hanya melihat Selena yang asik memakan semua makanan yang ia bawakan hingga habis. Dirinya bahkan tidak menyentuh makanan yang ia bawa sama sekali karena pikirannya terlalu sibuk memikirkan semua spekulasi yang menggedor otaknya. Tumbuh dan besar dikeluarga yang kebanyakan bekerja di bidang kesehatan membuat Awan tahu sedikitnya mengenai kesehatan termasuk ciri-ciri wanita hamil.Diliriknya Selena yang masih pulas tertidur di dadanya, ia kembali mengingat kalau sudah seminggu ini tingkah selena mirip wanita mengandung. Mulai dari sering merengek, tiba-tiba meminta makanan yang aneh dan memang Selena belum datang bulan. Awan ingat ini semua karena dia paling malas untui datang ke kosan Selena bila wanita itu sedang datang bulan, ricuh."Sial," bisik Awan pelan yang mulai ketakutan bila seandainya Selena mengandung, b
Baca selengkapnya

270. Banci Sia, Wan!

Kring ... kring ....Lelaki itu berdiri sambil merogok sakunya, dengan enggan ia mengangkat ponsel miliknya yang memiliki layar retak dan penuh dengan karet."Iya halo," teriak Eka bersuara dengan dengan sangat keras karena speaker ponselnya sudah rusak."Halo, ini Eka?""Iya, ieu siapa?" tanya Eka sambil berteriak sekencang mungkin, dirinya bergerak menuju ruang satpam sekolah yang kosong karena malu berteriak-teriak. Ia datang ke sekolah hanya untuk mengambil ijasah yang sudah lama tertahan di sekolah akibat ia menghutang pembayaran sekolah. Kegiatan belajar mengajar sendiri sudah berakhir jauh-jauh hari setelah ujian akhir nasional berakhir dan mereka dinyatakan lulus."Aku Selena."Eka terdiam saat mendengar nama Selena, seingatnya Awan berkata sudah putus dari Selena saat Eka menjemputnya di kosan Selena sekitar 7 bulan yang lalu. Eka ingat, Awan berlari seperti orang gila dengan hanya mengenakan seragam sekolah dan celana pendek tanpa membawa tas. Awan masuk dan meminta Eka meni
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
39
DMCA.com Protection Status