Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 251 - Bab 260

390 Bab

251. A Little Bit

"Mau ke mana?" tanya Eka pada Lidya yang dari tadi bolak balik di depannya seperti setrikaan."Aku khawatir sama Sonya, tadi aku denger Awan teriak," bisik Lidya sambil duduk di samping Eka.Lidya tadi tanpa sengaja mendengar teriakan Awan dan suara benda jatuh ke lantai dari kamar Sonya. Awalnya dia ingin masuk dan mencek apa yang terjadi namun, ditahan oleh Eka."Gimana kalau Sonya dipukul Awan atau So—""Kalau Dokter Sonya dipukul atau disakiti oleh Awan, aku yakin itu pintu nggak bakal tertutup dan keadaan tetep hening. Dan aku yakin seribu persen kalau Dokter Sonya bukan tipe wanita pasrah bila disakiti laki-laki, aku yakin Dokter Sonya bakal tendang Awan." Eka mencoba menenangkan Lidya."Iya ... sih, tapi, aku penasaran ada apa? Ih ... kenapa aku nurut juga sama kamu, yah?" tanya Lidya bingung sambil mengambil jeruk kemudian memakannya dengan kesal hingga airnya bercucuran dari mulut mirip seperti anak kecil.Eka hampir terbahak melihat kelakuan Lidya, diambilnya tisu kemudian d
Baca selengkapnya

252. Too Much Mystery

Sonya menggeliat di atas kasur, ia merenggangkan seluruh tubuhnya yang entah kenapa terasa sangat pegal dan capek. Matanya mengerjap sambil melihat ke langit-langit, pikirannya sibuk dengan informasi yang baru saja ia dapatkan.Kenyataan bahwa Awan adalah lajang yang sudah memiliki anak dan bila dirinya menikah dengan Awan maka mau tidak mau, suka tidak suka dirinya harus mau menjadi ibu sambung bagi anak Awan yang berumur 9 tahun. Kepala Sonya tiba-tiba sakit saat membayangkan harus menjadi ibu dari anak berumur 9 tahun. Umur 9 tahun berarti anak itu kelas 3 SD, ampun ... bagaimana cara mendekati anak umur 9 tahun?Memang Sonya beberapa kali berdoa untuk diberikan kembali kesempatan untuk menjadi Ibu, dia rindu menjadi Ibu tapi, dia kaget setengah mati saat diberikan kesempatan kedua ini. Pertama, dia tidak ada persiapan sama sekali hingga membuat ia panik, Awan benar-benar lihai menutupi semuanya. Kedua, dia kaget tiba-tiba diminta mengurus anak umur 9 tahun! Almarhum Janu saja um
Baca selengkapnya

253. Sebuah Resiko Yang Diambil

“Kamu nggak lagi bercanda?” tanya Sonya dengan mata membulat. Apa-apaan ini! Dari tadi dia uring-uringan karena merasa harus menjadi Ibu sambung bagi satu anak Awan. Satu! Ingat … satu anak Awan bukan dua! “Aku nggak bercanda, Sonya.”“Aku suka bercanda, aku orang yang humoris.” Sonya beranjak dari kursinya dan mulai berjalan hilir mudik tak karu-karuan. “Tapi, cara bercanda aku nggak kaya gini, Awan!”“Nggak, Sonya, anak aku dua.” Awan mengambil ponselnya dan mencari foto dirinya dengan kedua anaknya. “Dua, kamu ingat dulu aku pernah bilang kalau aku punya ponakan namanya Hana? No … dia bukan ponakan aku, tapi, dia anak aku. Ini Hana ….”“Ingat.” Sonya berjuang untuk tidak panik saat Awan menunjukkan foto kedua anaknya. Sonya melihat foto Awan sedang memeluk dua orang anak kecil, Sonya ingat anak perempuan yang Awan peluk itu yang Awan bilang bernama Hana Banana, sedang, di sebelahnya Sonya melihat anak lelaki tampan sedang tersenyum ke kamera.“Ini Hana dan ini Haikal.” Awan menunj
Baca selengkapnya

254. Liukkan Sensual di Cermin

Prang ....Suara piring dan gelas beradu di lantai dapur sama sekali tidak diindahkan oleh Awan dan Sonya yang sudah terbakar nafsu dan gairah.Salah satu tangan Sonya menekan permukaan meja untuk menahan bobot tubuhnya yang entah bagaimana caranya sudah telanjang. Sonya memekik dengan keras saat merasakan liukan sensual di bagian ceruk kenikmatan miliknya. Tubuhnya menggelinjang saat merasakan kenikmatan yang berasal di antara pahanya meledak menjalar kesekujur tubuhnya."Ah ... Awan," desah Sonya sambil mendongah menikmati setiap inci bagian tersensitif tubuhnya yang saat ini sedang Awan puja. Tangan Sonya yang lain menyusup ke sela-sela rambut Awan dan menekannya, seolah memaksa Awan untuk memberikan lebih banyak lagi kenikmatan pada dirinya.Jemari kaki Sonya menekuk dan menekan meja makan saat ia merasakan jemari Awan ikut memuja dirinya, masuk dan keluar berkali-kali, membuat tubuhnya menggelinjang dan bibirnya terus mendesah memanggil nama Awan seolah memohon agar lelaki itu te
Baca selengkapnya

255. Sonya Suka Yang Besar

Kring ... kring ... kring .....Suara ponsel di atas nakas yang ada di pinggir Sonya membangunkannya, dengan malas-malasan ia berusaha mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang meneleponnya. Semenjak tidak bekerja di rumah sakit, Sonya menjadi lebih santai saat mengangkat telepon apalagi tubuhnya remuk dan lelah akibat semalaman bercinta dengan Awan. "Iya ... halo," bisik Sonya sambil menoleh melihat Awan yang masih tidur di belakang tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Bahkan Sonya merasakan salah satu payudaranya dicengkeram oleh Awan. "Sonya, kamu nggak apa-apa?" tanya Lidya khawatir."Nggak, aku nggak apa-apa Lidya, emang kenapa aku harus apa-apa?" tanya Sonya bingung, memang kenapa dengan dirinya sampai Lidya mengkhawatirkannya padahal saat ini ia sedang dalam kondisi terbaiknya. Dimana dirinya akan kembali menjadi seorang Ibu dari dua orang anak milik Awan, lelaki yang sangat ia cintai. Lelaki yang mampu menggaulinya dan memuaskannya dengan liar tadi malam, juga malam-malam
Baca selengkapnya

256. Posessif-nya Hana Kurniawan

"Daddy, miss you," bisik seorang anak perempuan yang berlari dan mendorong badan Sonya lalu memeluk Awan.Otomatis Sonya beranjak dari duduknya dan melihat kedua anak berumur 9 tahun memeluk dan mengecupi Awan. Ada rasa cemburu saat kedua anak itu mengecupi wajah Awan karena biasanya hanya dia yang bisa mengecupi wajah Awan dengan leluasa dan sekarang dia harus berbagi dengan dua anak krucil."Hahaha ... miss you too, Hana, Haikal, kalian ke sini sama siapa?" tanya Awan yang menahan bobot tubuh kedua anaknya yang sudah lumayan besar tapi, masih suka meminta dipeluk dengan gaya kodok, itulah yang membuat Awan selalu berolahraga karena dia tidak mau bila ia tidak bisa lagi menggendong anak-anaknya itu."Uyut, sama Mama," ucap Hana sambil memeluk Awan dan mendorong Haikal yang ingin ikut memeluk Awan, "sana kamu!""Ih, apa sih, ini kan Daddy aku juga, jangan mentang-mentang lahir lebih cepet dua menit jadi ngerasa paling gede!" seru Haikal sambil menarik-narik bahu Hana karena dia ingin
Baca selengkapnya

257. Haikal Kurniawan

"Hana!" "Aku nggak mau Mommy baru, aku nggak kau Daddy diambil sama dia. Kalau dia suka Barbie, ambilah Barbie aku asal bukan Daddy," pekik Hana sambil menahan tangisnya dan berdiri menatap Awan dengan wajah sedih. "Hana, Daddy nggak pernah ajarin kamu nggak sopan kaya gini," ucap Awan sambil berdiri, "minta maap sama Tante Sonya, sekarang Hana."Hana menggigit bagian bawah bibirnya dan mengepalkan tangannya, rasa sedih bercampur sakit hati menghantamnya. Awalnya dia sangat senang dan bersemangat saat mendengar dari Romli dan Aira kalau mereka akan pergi kerumah Awan. Rumah yang katanya akan menjadi rumah bagi dirinya, Haikal dan Awan bersama. Bahkan, Aira berkata kalau mulai bulan depan Hana dan Haikal akan tinggal bersama Awan kembali.Tapi, semuanya itu seolah buyar saat Hana melihat Awan sedang bersama seorang wanita dan tiba-tiba saja ia diminta menerimanya sebagai Mommy! Ih ... Hana tidak mau mendapatkan Mommy, dia tidak mau bernasib seperti teman sebangkunya yang beberapa kal
Baca selengkapnya

258. Negosiasi Kecil

"Hana ...," panggil Awan saat melihat ke dalam kamar tidur miliknya, dia tahu kalau Hana akan mencari kamar tidur miliknya dan menjajahnya. Memaksa Awan untuk tidur bersama.Awan mendapati Hana sedang bergelung di ranjang dan menutupi wajahnya dengan bantal. Tubub mungil gadis yang ia besarkan terlihat menyembul dari selimut, terlihat lucu. "Hana.""Daddy udah nggak sayang Hana," isak Hana sambil menyembunyikan wajahnya di balik bantal, berusaha menghilangkan air matanya yang terus mengalir."Kata siapa?" Awan duduk di samping Hana dan mengelus punggung Hana pelan, melihat anak perempuannya sedih membuat hatinya terluka. "Buktinya Daddy malah tinggal di sini, nggak pulang ke rumah Uyut. Nggak tidur lagi sama aku dan Haikal." Suara Hana terdengar putus-putus dan makin keras walau sudah terhimpit bantal.Awan sadar dia terlalu terbuai dengan kehidupan barunya, menyembunyikan Hana dan Haikal dari Sonya akibat ketakutannya sendiri akan ditinggalkan oleh Sonya. Dia lupa kalau kedua anakny
Baca selengkapnya

259. Kejutan Kecil Dari Haikal

"Apa ini?" tanya Awan sambil membaca daftar keinginan Hana dan Haikal yang panjang, kepalanya tiba-tiba sakit membayangkan berapa banyak uang yang harus ia keluarkan untuk mendekor kamar Hana dan Haikal."Daftar keinginan Hana dan Haikal," bisik Sonya sambil meminum boba-nya. "Iya, tahu ... tapi, apa ini kenapa tiba-tiba mereka meminta ps-5 dan ini apa lagi Hana minta tablet. Sejak kapan tablet termasuk dekorasi kamar? Seingat aku tablet itu alat komunikasi dan dia sudah punya tablet!" seru Awan geram karena daftar keingian Hana dan Haikap sudah mulai tidak masuk akal. Sonya mengintip dari balik bahu Awan dan menahan tawanya. Sepertinya Awan harus benar-benar menjual salah satu Vespa-nya untuk membeli semua keinginan Hana dan Haikal."Nggak apa-apa, kali-kali, kan," ucap Sonya sambil menahan tawanya karena tak kuat melihat ekspresi Awan yang seolah terkena penyakit berat. "Ini bukan kali-kali, astaga ... kemana mereka berdua, biar aku pukul bokong mereka. Mereka nggak sadar apa kal
Baca selengkapnya

260. Huru Hara Malam

"Kamu ke sana," pekik Hana sambil mendorong Haikal dengan kakinya karena kesal Haikal menghimpit dirinya."Aku juga mau tidur sama Daddy!" seru Haikal sambil mendorong-dorong tubuh Hana agar menjauh dari Awan."Nggak ... kamu di luar aja!" jerit Hana keras sambil memukul tangan Haikal kesal. "Sana.""Astaga ... kalian bisa tidur dengan tenang nggak sih?" tanya Awan geram sambil menutup kedua matanya dengan lengannya. Ah ... dia rasanya ingin memukul bokong kedua anaknya ini dan menguncinya di kamar mandi. Awan bingung kenapa kedua anak kembarnya itu berisik dan manja sekali? Maunya apa mereka itu? Tak biasanya mereka seperti ini."Aku nggak suka Haikal di sini! Dia nggak sayang sama aku!" seru Hana sambil terus mendorong-dorong kaki Haikal.Haikal hanya menahan tangan Hana sambil menjulurkan lidahnya, menahan diri untuk tidak memukul atau menendang Hana dengan kekuatan penuh karena dia adalah salah satu atlet taekwondo di sekolahnya. "Hana, jangan gitu nanti aku kelepasan."Awan yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
39
DMCA.com Protection Status