Share

258. Negosiasi Kecil

Penulis: Gallon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Hana ...," panggil Awan saat melihat ke dalam kamar tidur miliknya, dia tahu kalau Hana akan mencari kamar tidur miliknya dan menjajahnya. Memaksa Awan untuk tidur bersama.

Awan mendapati Hana sedang bergelung di ranjang dan menutupi wajahnya dengan bantal. Tubub mungil gadis yang ia besarkan terlihat menyembul dari selimut, terlihat lucu. "Hana."

"Daddy udah nggak sayang Hana," isak Hana sambil menyembunyikan wajahnya di balik bantal, berusaha menghilangkan air matanya yang terus mengalir.

"Kata siapa?" Awan duduk di samping Hana dan mengelus punggung Hana pelan, melihat anak perempuannya sedih membuat hatinya terluka.

"Buktinya Daddy malah tinggal di sini, nggak pulang ke rumah Uyut. Nggak tidur lagi sama aku dan Haikal." Suara Hana terdengar putus-putus dan makin keras walau sudah terhimpit bantal.

Awan sadar dia terlalu terbuai dengan kehidupan barunya, menyembunyikan Hana dan Haikal dari Sonya akibat ketakutannya sendiri akan ditinggalkan oleh Sonya. Dia lupa kalau kedua anakny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Erna Juwie
kalian yg bisik bisik Kok aku yg merinding ......
goodnovel comment avatar
Neng Ade
hahaha iya lah jngn kbnyakan pespa rang dh pnya 2 ank sush bwa ny
goodnovel comment avatar
Yanyan
seorang dokter pasti akan bisa meluluhkan hati anak " apa lagi basic nya sonya penyayang anak cingcaylah buat sonya mah..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   259. Kejutan Kecil Dari Haikal

    "Apa ini?" tanya Awan sambil membaca daftar keinginan Hana dan Haikal yang panjang, kepalanya tiba-tiba sakit membayangkan berapa banyak uang yang harus ia keluarkan untuk mendekor kamar Hana dan Haikal."Daftar keinginan Hana dan Haikal," bisik Sonya sambil meminum boba-nya. "Iya, tahu ... tapi, apa ini kenapa tiba-tiba mereka meminta ps-5 dan ini apa lagi Hana minta tablet. Sejak kapan tablet termasuk dekorasi kamar? Seingat aku tablet itu alat komunikasi dan dia sudah punya tablet!" seru Awan geram karena daftar keingian Hana dan Haikap sudah mulai tidak masuk akal. Sonya mengintip dari balik bahu Awan dan menahan tawanya. Sepertinya Awan harus benar-benar menjual salah satu Vespa-nya untuk membeli semua keinginan Hana dan Haikal."Nggak apa-apa, kali-kali, kan," ucap Sonya sambil menahan tawanya karena tak kuat melihat ekspresi Awan yang seolah terkena penyakit berat. "Ini bukan kali-kali, astaga ... kemana mereka berdua, biar aku pukul bokong mereka. Mereka nggak sadar apa kal

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   260. Huru Hara Malam

    "Kamu ke sana," pekik Hana sambil mendorong Haikal dengan kakinya karena kesal Haikal menghimpit dirinya."Aku juga mau tidur sama Daddy!" seru Haikal sambil mendorong-dorong tubuh Hana agar menjauh dari Awan."Nggak ... kamu di luar aja!" jerit Hana keras sambil memukul tangan Haikal kesal. "Sana.""Astaga ... kalian bisa tidur dengan tenang nggak sih?" tanya Awan geram sambil menutup kedua matanya dengan lengannya. Ah ... dia rasanya ingin memukul bokong kedua anaknya ini dan menguncinya di kamar mandi. Awan bingung kenapa kedua anak kembarnya itu berisik dan manja sekali? Maunya apa mereka itu? Tak biasanya mereka seperti ini."Aku nggak suka Haikal di sini! Dia nggak sayang sama aku!" seru Hana sambil terus mendorong-dorong kaki Haikal.Haikal hanya menahan tangan Hana sambil menjulurkan lidahnya, menahan diri untuk tidak memukul atau menendang Hana dengan kekuatan penuh karena dia adalah salah satu atlet taekwondo di sekolahnya. "Hana, jangan gitu nanti aku kelepasan."Awan yang

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   261. Kecupan Hangat Penyelimut Hati

    Sonya membulak balik kertas yang Haikal berikan pada dirinya kemarin, belum juga Sonya resmi menjadi istri Awan sekarang ia sudah dipusingkan dengan surat panggilan dari Sekolah Haikal. Kemarin Sonya sudah berbicara empat mata dengan Haikal dan Haikal berkata kalau dia melakukannya karena memiliki alasan, Sonya bertanya berkali-kali dan jawaban Haikal tetap sama. "Aku nggak mukul Sean duluan, dia duluan yang mukul aku dan hina aku. Masa dia hina dan mukul aku, aku diem aja. Nggak bisalah Tante.""Emang dia hina kamu apa sampai kamu marah, Haikal?" tanya Sonya penasaran perkataan apa yang bisa membuat Haikal berkelahi dengan Sean."Bukan urusan Tante, pokoknya Tante dateng dan jangan bilang Daddy!"Sonya membenturkan keningnya ke meja makan pelan saat mengingat perkataan Haikal saat ia bertanya pada anak sambungnya itu. Sonya menggeleng-gelengkan kepalanya di meja, rasanya kepalanya akan meledak karena mengurusi anak sambungnya ini, dia lebih baik melakukan operasi jantung selama 4 j

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   262. Pepatah Lama

    "Kamu ngapain lama-lama di dalam?" tanya Hana saat melihat Haikal masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya."Ngobrol sama Tante Sonya," jawab Haikal santai dan ia terdiam saat melihat wajah Hana yang berubah tidak suka, "kenapa? Ada yang salah?""Nggak, kamu kok jadi suka ama Tante itu, padahal kita udah sepakat kalau kita harus nolak Tante itu jadi Mommy kita," ungkap Hana mencoba mengingatkan Haikal perjanjian yang ia buat bersama Haikal kemarin. Haikal menggaruk kepalanya lalu melirik ke arah luar, ia mendapati Awan mendatangi Sonya sambil tersenyum bahagia. "Hana ... kamu liat deh, itu. Kapan terakhir Daddy sebahagia itu? Kamu mau Daddy nggak senyum lagi?"Hana memanjangkan lehernya untuk melihat apa yang ingin Haikal tunjukkan pada dirinya. Hana melihat Awan sedang memeluk Sonya dan tertawa renyah juga lepas. Rasa kesal dan iri karena Awan terlihat bahagia dengan Sonya menyelusup ke pikiran Hana. Seumur hidup Hana dia belum pernah melihat Awan tertawa selepas dan seba

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   263. Sebuah Ledakan Dahsyat!

    "Bi, bisa tolong bikinin saya sesuatu?" tanya Sonya pada Warti pembantu yang Awan pekerjakan di rumahnya."Bikin apa, Neng?" tanya Warti sambil melipat lap bersih."Apa, yah? Aku bingung." Sonya berpikir keras apa yang harus ia berikan pada tetangga sebelah yang sudah mengundangnya makan malam walaupun Sonya tahu undangan itu hanya sebatas basa basi busuk Namira pada dirinya.Sonya yakin seratus persen kalau Namira akan memberikan rentetan pertanyaan mengenai pekerjaannya sebagai mantan Dokter di rumah sakit di mana ia bekerja dulu. Sonya yakin itu Namira lakukan untuk membantu Intan mendapatkan gambaran mengenai lingkungan rumah sakit yang pekerjaannya tidak terlalu jauh berbeda di setiap rumah sakit.Ya ampun, saking sibuknya dia mengurusi pindahan rumah, ia sampai lupa kalau ia juga harus mempersiapkan diri untuk bekerja di rumah sakit baru. Ia ingat Awan mengatakan kalau dirinya sudah diterima bekerja di salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung. Sebuah rumah sakit yang pada a

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   264. Iblis Berbalut Manusia

    "USIR PEMBUNUH KEPARAT ITU!?" teriak Fuad keras. "Pembunuh?" bisik Sonya pelan sambil menatao wajah Awan yang sedang menahan amarahnya, "Wan, maksudnya apa? Kamu bunuh siapa?" "Kita pulang Sonya," bisik Awan sambil mengcengkeram lengan Sonya dan mendorongnya menjauh dari meja makan. "Wan, pembunuh apa?" Sonya mengikuti keinginan Awan untuk berjalan meninggalkan meja makan namun, baru dua langkah dia berjalan lagi-lagi dia dikagetkan dengan suara hempsam piring di kakinya. "Ah ... ampun." Spontan Sonya menutup kupingnya dengan kedua tangannya. "Awan," bisik Sonya ketakutan karena mendengar teriakan Fuad yang membahana. Tuhan apa yang dilakukan Awan sampai Fuad semarah ini? Kenapa sampai Fuad memaki calon suaminya pembunuh! Rasanya Sonya ingin manangis terisak dan berlari ke rumahnya karena ia sangat takut dengan situsi yang ada lalu Sonya yakin ia harus menghadapi kenyataan masa lalu Awan yang ternyata sangat kelam. Tolong. "Bangsat! Usir pembunuh itu! Bangsat! Lelaki laknat!" ma

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   265. Sebuah Awal Dari Masa Lalu yang Terkuak

    Kuping Sonya berdenging saat mendengar perkataan Fuad, tanpa sadar ia memukul kedua kupingnya dengan kedua tangannya berkali-kali seolah mencoba untuk mengenyahkan suara Fuad yang menjelaskan apa yang terjadi.Tubuh Sonya bergetar, lututnya lunglai seolah tidak mampu lagi menopang tubuhnya hingga Sonya ambruk ke lantai dengan suara berdebam. “Bohong ….”Awan yang sadar kalau Sonya panik dengan cepat memeluk Sonya dan mendekapnya seerat mungkin sambil merutuki kebodohannya di dalam hati. “Sonya kita pulang Sayang, kita pulang.”“Bohong, tadi bohong, kan?” bisik Sonya dengan pandangan kosong dan tubuh yang bergerak maju dan mundur akibat perasaan kaget yang menghantamnya tanpa ampun. Ketakutan dengan cepat menyergap Sonya dan membungkusnya membuat Sonya kesulitan untuk bernapas. “Sonya, kita pulang kamu bisa berdiri?” tanya Awan lembut sambil berusaha mengangkat tubuh Sonya dan sadar kalau Sonya kesulitan untuk berdiri akibat terlalu kaget. “Awan … Awan dia bohong kan?” bisik Sonya sa

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   266. Denting Hening

    Hening ... tidak ada suara dari kedua orang yang berdiri bersebelahan sambil mencuci piring, Sonya mencuci sedangkan Awan melap piring yang sudah Sonya cuci. Sesekali terdengar suara benturan piring, dan cipratan air.Sudah setengah jam yang lalu Aira dan Wicak pulang sedangkan Warti, Aira culik dengan alasan Aira membutuhkan bantuan untuk membersihkan lemari di rumahnya, entah lemari yang mana Awan tidak tahu dan tidak peduli karena Awan tahu kalau apa yang Aira lakukan hanya semata-mata alasannya saja untuk membuat hanya ada dirinya dan Sonya di rumah itu.Entah Awan harus berterima kasih pada Aira atau mengutuki adik satu-satunya itu karena membawa Warti dan membuat Awan dan Sonya berada di dalam situasi canggung yang sangat mencekik. Suasana yang sangat Awan benci karena Sonya tidak akan berbicara sama sekali ataupun mengeluarkan ekspresi.Sonya hanya diam seolah menunggu Awan menjatuhkan bom atom yang bisa meluluhlantahkan hubungan percintaan yang sudah dengan susah payah mereka

Bab terbaru

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status