Beranda / Romansa / WANITA PANGGILAN / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab WANITA PANGGILAN: Bab 21 - Bab 30

116 Bab

Bab 14 A

WANITA PANGGILAN 14 A     Oleh: Kenong Auliya Zhafira           Hubungan yang belum pernah dimulai karena masih menunggu jawaban akan selalu berakhir kegelisahan. Apalagi jika sudah ada tuntutan membawanya ke ranah keluarga. Bisa dipastikan akan mencari alasan untuk mengulur waktu hingga saatnya tiba.   Lian pura-pura meneguk minumannya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tatapan sang ibu terlihat menyeramkan. Padahal baru kemarin mengiba untuk melanjutkan hubungan dengan Keya. Akan tetapi, setelah tahu alasannya, sang ibu terlihat tanpa beban menyuruh membawa Mayasha ke hadapannya.   Ucapan Mayasha malam itu mendadak terngiang di kepala. Kemungkinan status pekerjaanya menjadi penghalang akan nyata terjadi. Lian tahu kalau pengalaman sang ibu mungkin masih membekas dalam benaknya. Mungkin itu akan memicu pertentangan demi alasan ingin me
Baca selengkapnya

Bab 14 B

WANITA PANGGILAN 14 B       Oleh: Kenong Auliya Zhafira         "Masuk aja." Suara Lian terdengar begitu jelas di rungu wanita yang tengah menyembunyikan undangan di balik punggung.   Perlahan, Keya melangkah lebih dekat menuju meja pria yang dulu pernah memikatnya. "A--aku mau ngasih ini," ujar Keya sambil meletakkan satu undangan di hadapan Lian.   Pria yang pernah mengajak serius itu hanya menatap undangan di meja. Semisal tanpa undangan pun, dirinya memang sudah niat untuk menghadiri pernikahan Marvin. Ia akan membuktikan kalau hatinya sekuat baja setelah ditinggal Keya dan dikhianati sabahat sendiri.   "Terima kasih. Aku pasti datang biar nanti kamu kepikiran terus di setiap malam," jawab Lian sembari tersenyum sinis.   Keya terdiam, tidak menanggapi ucapan pria di depannya. Selama mengenal
Baca selengkapnya

Bab 15 A

WANITA PANGGILAN 15 A     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Pikiran bisa saja kotor apabila sesuatu yang tengah ditunggu tidak kunjung menyapa. Berbagai prasangka seakan menakutkan nyali sendiri untuk satu hal yang telah berani dimulai. Amarah dan emosi terpaksa mengalah demi keinginan.    Lian sebisa mungkin menahan dadanya yang mulai bergemuruh. Ponsel yang masih tidak berkedip atau bergetar diletakkan begitu saja di tempat tidur. Bayangan Mayasha menerima tamu lain selain dirinya malam ini sangat menyiska batinnya. Namun, dirinya sama sekali tidak berhak meminta lebih sebelum tawaran itu mendapat jawaban.    Padahal jika mendapat jawaban, ia akan suka rela membiayai hidup Mayasha tanpa kurang satu apa pun. Karena nalurinya tidak pernah membiarkan wanitanya kekurangan kasih sayang dan materi. Bahkan ia bersedia menjadi garda terdepan untuk membela st
Baca selengkapnya

Bab 15 B

WANITA PANGGILAN 15 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Setelah membalas pesan Mayasha, Lian bangkit untuk bersiap-siap lari pagi seperti biasanya. Karena suasana hati sedang gembira, mungkin cukup satu kali keliling kompleks.  Udara dingin langsung menembus pori-pori kulitnya. Telapak tangan pun mengepal erat ketika mulai menyusuri jalanan. Tubuh sehat dan bugar adalah salah satu modal kedua setelah wajah.  Hari ini mungkin keberuntungan Lian, karena tidak bertemu dengan Marvin. Ia pasti tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya. Padahal kalau bertemu, Lian ingin memukulnya sekali lagi. Peluh sebesar biji jagung membasahi kening. Detak jantung pun berubah semakin cepat. Lian memilih untuk pulang dan menyudahi lari paginya. Duduk selonjoran di depan teras sembari menunggu keringat mengering. Setelah kondisi lumayan aman, Lian langsung
Baca selengkapnya

Bab 16 A

WANITA PANGGILAN 16 A         Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Ketika orang jatuh cinta maka ia akan dengan suka reka ikut menanggung beban jiwa sang kekasih. Bahkan tubuhnya bersedia menjadi tameng dari segala hantaman badai dunia. Ia juga akan berjuang sekuat tenaga membuat sang kekasih tersenyum. Tangan dan pundak selalu siap apabila sang kekasih membutuhkan sandaran.   Seperti itulah perasaan yang ditawarkan Lian untuk wanita bernama Mayasha. Lian sendiri tidak tahu seberapa besar cinta yang ingin diberikan, tetapi melihat Mayasha gelisah dan bimbang seakan membuat riuh kepalanya.    Lian memilih menulis pesan sebelum matanya menutup karena rasa kantuk. Biarlah lelahnya raga terabai sejenak, asal dirinya bisa memastikan keadaan Mayasha baik-baik saja.   Lian [Kuburlah masa lalu itu sedalam mungkin.
Baca selengkapnya

Bab 16 B

WANITA PANGGILAN 16 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Mayasha menatap arah jalan yang sepertinya menuju perumahan elit nomor satu di kota. Sahabat Lian pasti orang berpunya. Akalnya membayangkan bagaimana perasaan Lian saat nanti bertemu dengannya dan juga mantannya. Rasanya pasti sakit. Namun, melihat Lian begitu semangat hadir dan mengucapkan selamat, pastinya ia telah mempersiapkan hatinya sedemikian rupa. Semilir angin yang mulai terasa sejuk membuat Mayasha mengeratkan pegangan di sela baju kemeja sang pria. Lian menyadari kalau tangan wanita di belakangnya pasti mulai kedinginan. Meski mentari sudah terlihat, tetapi embusan angin tidak mampu berbohong kalau maish berkuasa. Tanpa seizin yang punya, Lian menuntun tangan Mayasha agar melingkari perutnya. Bahkan memasukkan di area perut lewat celah bajunya.  Mayasha mematung merasakan sensasi kehangatan pe
Baca selengkapnya

Bab 17 A

WANITA PANGGILAN 17 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Tidak ada suatu hal yang bisa disembunyikan selamanya. Baik rahasia atau pun luka, waktu akan mempertemukan kembali hingga mampu memberi penawar untuk semua lara.  Menghadapi adalah cara terbaik untuk mendamaikan luka dengan diri sendiri. Sejauh mana pun menghindar, suatu saat nanti pasti waktu akan memberikan kesempatan untuk menghukum atau mengingatkan sang pemberi luka. Walaupun masa itu kadang seperti kotak pandora yang penuh misteri.  Seperti halnya yang tersirat dari sorot mata Mayasha di mata Lian. Ia tahu kalau di antara mereka ada hubungan yang masih belum ada penyelesaian. Namun, ia tidak mungkin membahas semuanya di sini. Lian tahu di balik keburukan pekerjaan Mayasha tersimpan cerita pahit di dalamnya. Entah kenapa firasatnya mengatakan demikian. 
Baca selengkapnya

Bab 17 B

WANITA PANGGILAN 17 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Mendengar isak tangis dari wanita di belakangnya membuat Lian ingin menepi sejenak mencari tempat nyaman dan aman. Namun, suara deru mesin di jalanan membuatnya tidak punya pilihan.  Lian berhenti di tepian jalan yang sedikit aman buat berbicara. Hanya ada tumbuhan pembatas jalan yang keberadaanya tidak pernah dianggap orang. Mayasha menatap pria yang kini berada di depannya dengan mata memburam. Logikanya baru menyadari kalau Lian menghentikan motornya di jalanan. Membuatnya menengok kanan kiri mencari alasan untuk pria yang menatapnya tajam. "Siapa Yesha? Kenapa kamu bisa nangis karenanya? Tolong jelaskan agar kepalaku tidak berpikir kalau kamu adalah Yesha. Jawab, May ...," cecar Lian tanpa henti.  Bukannya menjawab, Mayasha malah berjongkok sambil menutup
Baca selengkapnya

Bab 18 A

WANITA PANGGILAN 18         Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Serius menjalani hubungan asmara adalah satu keharusan yang diambil oleh seoang pria. Berani memulai maka harus berani mengakhiri.   Bagi pria sejati sudah semestinya menepati janji dan menjaga cinta agar selalu utuh. Itulah salah satu keyakinan pria yang kini telah menemukan kembali separuh hatinya–Lian Erza. Meskipun wanita yang diperjuangkan memiliki masa kelam, tetapi cinta mencerahkan hati dan jiwa untuk masa depan lebih indah.   Begitu juga bagi kaum wanita, keseriusan pasangan bisa dijadikan pertanda seberapa besar cintanya. Bukan tentang ciu-man dan berbagai macam sentuhan, melainkan mengikatnya dengan janji suci di hadapan Tuhan.   Mayasha masih tidak tahu harus menjawab apa. Meski sikap Lian adalah lelaki hebat, tetapi mentalnya belum terlalu berani bertem
Baca selengkapnya

Bab 18 B

WANITA PANGGILAN 18 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira         Ketika selesai berfoto, Keya mematung melihat tamu yang berdiri di depannya. Wanita hebat yang pernah menyayangi setulus hati saat anaknya menjalin hubungan dengannya.   "Tan--tante Elsa?" sapa Keya terbata.   "Selamat, Key ...," ucapnya tanpa ada peluk apalagi ciuman pipi kanan kiri seperti biasa.   "Makasih, Tan." Marvin menjawab ucapan dari ibunya Lian. Dalam hati ia tahu kalau ibunya Lian pasti kecewa terhadapnya. Namun, kedatangannya memberi selamat membuktikan kalau Tante Elsa memang wanita luar biasa. Lian pun selalu begitu, selalu datang memberi selamat untuk membuktikan diri kalau dirinya pejantan tangguh yang siap berjalan meski hati terluka.   Senyum merekah tidak sempurna di bibir berwarna merah muda itu ketika menjauh dari kedua mempe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status