WANITA PANGGILAN 16 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Mayasha menatap arah jalan yang sepertinya menuju perumahan elit nomor satu di kota. Sahabat Lian pasti orang berpunya. Akalnya membayangkan bagaimana perasaan Lian saat nanti bertemu dengannya dan juga mantannya. Rasanya pasti sakit. Namun, melihat Lian begitu semangat hadir dan mengucapkan selamat, pastinya ia telah mempersiapkan hatinya sedemikian rupa.
Semilir angin yang mulai terasa sejuk membuat Mayasha mengeratkan pegangan di sela baju kemeja sang pria. Lian menyadari kalau tangan wanita di belakangnya pasti mulai kedinginan. Meski mentari sudah terlihat, tetapi embusan angin tidak mampu berbohong kalau maish berkuasa. Tanpa seizin yang punya, Lian menuntun tangan Mayasha agar melingkari perutnya. Bahkan memasukkan di area perut lewat celah bajunya.
Mayasha mematung merasakan sensasi kehangatan pe
WANITA PANGGILAN 17 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak ada suatu hal yang bisa disembunyikan selamanya. Baik rahasia atau pun luka, waktu akan mempertemukan kembali hingga mampu memberi penawar untuk semua lara.Menghadapi adalah cara terbaik untuk mendamaikan luka dengan diri sendiri. Sejauh mana pun menghindar, suatu saat nanti pasti waktu akan memberikan kesempatan untuk menghukum atau mengingatkan sang pemberi luka. Walaupun masa itu kadang seperti kotak pandora yang penuh misteri.Seperti halnya yang tersirat dari sorot mata Mayasha di mata Lian. Ia tahu kalau di antara mereka ada hubungan yang masih belum ada penyelesaian. Namun, ia tidak mungkin membahas semuanya di sini. Lian tahu di balik keburukan pekerjaan Mayasha tersimpan cerita pahit di dalamnya. Entah kenapa firasatnya mengatakan demikian.
WANITA PANGGILAN 17 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar isak tangis dari wanita di belakangnya membuat Lian ingin menepi sejenak mencari tempat nyaman dan aman. Namun, suara deru mesin di jalanan membuatnya tidak punya pilihan.Lian berhenti di tepian jalan yang sedikit aman buat berbicara. Hanya ada tumbuhan pembatas jalan yang keberadaanya tidak pernah dianggap orang.Mayasha menatap pria yang kini berada di depannya dengan mata memburam. Logikanya baru menyadari kalau Lian menghentikan motornya di jalanan. Membuatnya menengok kanan kiri mencari alasan untuk pria yang menatapnya tajam."Siapa Yesha? Kenapa kamu bisa nangis karenanya? Tolong jelaskan agar kepalaku tidak berpikir kalau kamu adalah Yesha. Jawab, May ...," cecar Lian tanpa henti.Bukannya menjawab, Mayasha malah berjongkok sambil menutup
WANITA PANGGILAN 18 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Serius menjalani hubungan asmara adalah satu keharusan yang diambil oleh seoang pria. Berani memulai maka harus berani mengakhiri. Bagi pria sejati sudah semestinya menepati janji dan menjaga cinta agar selalu utuh. Itulah salah satu keyakinan pria yang kini telah menemukan kembali separuh hatinya–Lian Erza. Meskipun wanita yang diperjuangkan memiliki masa kelam, tetapi cinta mencerahkan hati dan jiwa untuk masa depan lebih indah. Begitu juga bagi kaum wanita, keseriusan pasangan bisa dijadikan pertanda seberapa besar cintanya. Bukan tentang ciu-man dan berbagai macam sentuhan, melainkan mengikatnya dengan janji suci di hadapan Tuhan. Mayasha masih tidak tahu harus menjawab apa. Meski sikap Lian adalah lelaki hebat, tetapi mentalnya belum terlalu berani bertem
WANITA PANGGILAN 18 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika selesai berfoto, Keya mematung melihat tamu yang berdiri di depannya. Wanita hebat yang pernah menyayangi setulus hati saat anaknya menjalin hubungan dengannya. "Tan--tante Elsa?" sapa Keya terbata. "Selamat, Key ...," ucapnya tanpa ada peluk apalagi ciuman pipi kanan kiri seperti biasa. "Makasih, Tan." Marvin menjawab ucapan dari ibunya Lian. Dalam hati ia tahu kalau ibunya Lian pasti kecewa terhadapnya. Namun, kedatangannya memberi selamat membuktikan kalau Tante Elsa memang wanita luar biasa. Lian pun selalu begitu, selalu datang memberi selamat untuk membuktikan diri kalau dirinya pejantan tangguh yang siap berjalan meski hati terluka. Senyum merekah tidak sempurna di bibir berwarna merah muda itu ketika menjauh dari kedua mempe
WANITA PANGGILAN 19 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hidup dengan bayang masalah yang belum usai memang akan selalu merasa tidak tenang. Seolah ada sesuatu hal yang mengganjal hati. Walaupun mencoba hidup seperti biasa, nyatanya rasa itu akan mampu menggerogoti hati tanpa disadari.Setelah mengetahui semua kebenaran yang ada, Lian memutuskan untuk menyelesaikan langsung agar tidak ada lagi luka yang tertinggal di hati Mayasha. Melihatnya menangis seperti tadi siang adalah hal yang tidak ingin dilihatnya lagi. Ia berjanji dalam hati setelah ikatan bernama hanya akan memberi air mata kebahagiaan. Berjanji selalu menemani dalam berbagai hantaman badai kehidupan.Lian ingin menjalani kisahnya tanpa beban berat moral dan psikis. Inilah salah satu cara untuk membuat hatinya melega, yakni menemui Marvin. Entah meminta permintaan maaf dari mulutnya atau pun memberinya pukulan kedua kali.
WANITA PANGGILAN 19 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKeya semakin bingung melihat sikap Marvin. Namun, ia akan sabar menunggu sampai keadaannya lebih tenang. Dengan hati-hati, ia duduk dan mengelus pundak Marvin. Kotak obat diletakkan di meja. "Vin ... aku obati dulu lukamu ya?" ujar Keya lembut hingga berhasil membuat Marvin menampakkan wajahnya.Tangan Keya terulur menghapus genangan air mata yang menetes di pipi. Kemudian mengoleskan salep di area bibir dengan hati-hati. Rasa perih mendadak menyadarkan kesadaran Marvin."Aw! Perih ...," keluhnya, lalu menatap Keya yang tengah meniupi bibirnya. Perhatian Keya mampu sedikit memberi kekuatan untuk hatinya yang tengah resah."Sekarang cerita ... kamu sebenarnya kenapa?" tanya wanita yang baru saja selesai mengobati luka di bibir suaminya."Lian tadi memintak
WANITA PANGGILAN 20 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan dalam hidup memang selalu datang paling akhir. Merubah masa lalu juga adalah hal yang tidak mungkin. Ibarat kata 'Tidak mungkin merekatkan kembali serpihan gelas yang pecah.'Meskipun bisa, fungsi dan rasa akan jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Karena merubah takdir Tuhan adalah hal yang sia-sia. Menerima dan menjalani adalah satu-satunya jalan untuk tetap bertahan menghirup oksigen di alam jagad raya yang kian penuh sesak problema.Permohonan maaf yang jelas terlambat juga tidak akan mengembalikan retaknya hati kembali seperti dulu. Sebagai pion dalam permainan catur, maka mereka hanya harus berjalan sesuai arahan-Nya.Keresahan menentukan langkah selanjutnya seakan menghambat pekerjaan yang ada. Keya bimbang memilih meminta maaf atau menghilang ta
WANITA PANGGILAN 20 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di luar ada yang gelisah menunggu, Mayasha justru tengah asyik mendengarkan musik sambil memakai baju. Celana pendek sepaha dan kaos membalut tubuh indah wanita yang memilih jalan gelap menjadi wanita panggilan. Rambut basahnya masih berantakan karena handuk baru saja terlepas dari kepala. Saat lagu berganti, Mayasha mendengar suara ketukan pintu. Meski samar tapi lumayan jelas tertangkap rungunya. Mayasha sedikit berlari dari kamar menuju ruang tamu. "Maaf, Mas ... cari siapa?" tanyanya setelah membuka pintu. Lian yang tengah menunggu sembari melihat keadaan jalan sekitar langsung berbalik. "Selamat pagi, May ...," ujar pria yang telah menawarkan jutaan rasa tanpa ragu. "Li--lian?! Ada apa pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Mayasha sedikit bingun
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca