WANITA PANGGILAN 19 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Keya semakin bingung melihat sikap Marvin. Namun, ia akan sabar menunggu sampai keadaannya lebih tenang. Dengan hati-hati, ia duduk dan mengelus pundak Marvin. Kotak obat diletakkan di meja. "Vin ... aku obati dulu lukamu ya?" ujar Keya lembut hingga berhasil membuat Marvin menampakkan wajahnya.
Tangan Keya terulur menghapus genangan air mata yang menetes di pipi. Kemudian mengoleskan salep di area bibir dengan hati-hati. Rasa perih mendadak menyadarkan kesadaran Marvin.
"Aw! Perih ...," keluhnya, lalu menatap Keya yang tengah meniupi bibirnya. Perhatian Keya mampu sedikit memberi kekuatan untuk hatinya yang tengah resah.
"Sekarang cerita ... kamu sebenarnya kenapa?" tanya wanita yang baru saja selesai mengobati luka di bibir suaminya.
"Lian tadi memintak
WANITA PANGGILAN 20 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan dalam hidup memang selalu datang paling akhir. Merubah masa lalu juga adalah hal yang tidak mungkin. Ibarat kata 'Tidak mungkin merekatkan kembali serpihan gelas yang pecah.'Meskipun bisa, fungsi dan rasa akan jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Karena merubah takdir Tuhan adalah hal yang sia-sia. Menerima dan menjalani adalah satu-satunya jalan untuk tetap bertahan menghirup oksigen di alam jagad raya yang kian penuh sesak problema.Permohonan maaf yang jelas terlambat juga tidak akan mengembalikan retaknya hati kembali seperti dulu. Sebagai pion dalam permainan catur, maka mereka hanya harus berjalan sesuai arahan-Nya.Keresahan menentukan langkah selanjutnya seakan menghambat pekerjaan yang ada. Keya bimbang memilih meminta maaf atau menghilang ta
WANITA PANGGILAN 20 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di luar ada yang gelisah menunggu, Mayasha justru tengah asyik mendengarkan musik sambil memakai baju. Celana pendek sepaha dan kaos membalut tubuh indah wanita yang memilih jalan gelap menjadi wanita panggilan. Rambut basahnya masih berantakan karena handuk baru saja terlepas dari kepala. Saat lagu berganti, Mayasha mendengar suara ketukan pintu. Meski samar tapi lumayan jelas tertangkap rungunya. Mayasha sedikit berlari dari kamar menuju ruang tamu. "Maaf, Mas ... cari siapa?" tanyanya setelah membuka pintu. Lian yang tengah menunggu sembari melihat keadaan jalan sekitar langsung berbalik. "Selamat pagi, May ...," ujar pria yang telah menawarkan jutaan rasa tanpa ragu. "Li--lian?! Ada apa pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Mayasha sedikit bingun
WANITA PANGGILAN 21 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha melepaskan pelukan sahabatnya. Menatap kedua mata itu yang seakan memberi keyakinan bahwa dirinya pantas bahagia dan bisa menerima semua takdir Tuhan. Termasuk tidak lagi menyalahkan Kai Marvin dan Keya. Bagaimanapun mereka pernah memberikan sisi manis dalam hidupnya. Meskipun sebagian besar sisa hidupnya berada dalam kegelapan. "Kalau kamu beneran cinta sama Lian, perjuangkan! Aku akan membantu sebisa mungkin mencari alasan jika ada orang yang memanggilmu. Bahkan kalau perlu aku akan memberi pengertian dan permintaan maaf untuk ini," ulang Elena sembari mengelus rambut Mayasha yang sedikit berantakan. Mayasha menatap lekat sahabatnya. Ucapannya sungguh terdengar penuh keyakinan. Membuat sisa rasa yang ada kembali menyala. "Mulai sekarang aku akan mencoba berdamai dengan
WANITA PANGGILAN 21 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika kabar itu menyebar, orang-orang hanya menyimpan sendiri. Gosip itu dibicarakan secara bisik-bisik oleh karyawan wanita. Ada yang bahagia, ada yang sedih, ada juga yang menyayangkan. Namun, kandasnya kisah mereka sudah menjadi kehendak Tuhan yang harus dijalani.Meski menjadi buah bibir di tempat kerja, Lian merasa tidak terganggu. Baginya selama apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, maka ia tidak peduli apa kata orang. Karena semenjak mengenal Mayasha semua masalah yang ada menjadi tidak berarti. Melihatnya menangis adalah hal yang membuatnya bermasalah. Ia tidak ingin ada air mata yang menetes dari kelopak matanya. Apalagi jika hati Mayasha sampai terluka. Maka, dirinya akan merasakan sakit yang lebih parah.Bergelut dengan pekerjaan membuat Lian menghabiskan waktu lebih cepat. Semua lapora
WANITA PANGGILAN 22 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu orang spesial yang telah melahirkan pria seistimewa seperti Lian Erza membuat degup jantung tidak menentu. Darah seakan mengalir lebih cepat. Bahkan paru-parunya seakan sesak karena oksigen berkurang drastis. Udara di sekitar bahkan mendadak tidak terasa. Seakan habis entah ke mana.Dada seperti memanas karena banyak kerisauan merasuki pikiran. Bayangan penolakan ibunya Lian menyerbu tanpa henti saat mengingat pekerjaannya sebagai wanita panggilan.Mayasha tidak memungkiri kalau tidak ada orang tua yang membiarkan anaknya mencintai wanita seperti dirinya. Wanita yang jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, rasa egonya membutakan logika. Ia ingin selalu berada di sisi pria tersebut dan menua bersama dengan cinta yang tidak pernah lekang oleh waktu.Lian tah
WANITA PANGGILAN 22 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu bisa menilai kalau Mayasha wanita baik yang mampu membuat Lian kembali bahagia setelah terluka. Ia sangat berterima kasih untuk itu. Mimpinya mendapat menantu yang sesuai keinginan Lian bisa segera menjadi kenyataan. Bukankah niat baik itu harus disegerakan?"Em ... May ... kalau kalian berdua segera menikah gimana? Tante takut kalau Lian tidak bisa mengontrol egonya," ujar wanita yang duduk di depannya tanpa basa-basi. Ia tidak mau anaknya kebablasan dalam bergaul.Mayasha hampir terbatuk mendengar permintaan ibunya Lian. Pria di sebelahnya pun sama. Ucapan sang ibu membuat tenggorokannya gatal dan mengering."Ibu jangan ngawur deh ... kita ini baru jadian tiga hari. Masa udah disuruh nikah?" tanya Lian sembari berusaha menahan gejolak dada yang kian bertalu. Meski hatinya juga s
WANITA PANGGILAN 23 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kehilangan sosok wanita yang biasa dijuluki ibu dalam jangka waktu lama mampu mengubah kebiasaan sehari-hari. Biasa hidup tanpa sandaran, tanpa belaian kasih sayang, dan tanpa teman bicara yang selalu mendukung jalannya. Mengingatkan saat kaki salah berpijak, lalu menghujani kata-kata bijak tanpa menggurui. Mayasha merindukan wanita seperti itu dalam hidupnya. Selama ini tidak pernah ada yang mengarahkan langkah kakinya meski berjalan di kegelapan. Dunia seakan menguji nyalinya tanpa henti. Kepergian sang ibu yang entah karena apa membuat Mayasha belajar dewasa sebelum waktunya. Bahkan setelah Ayah berpulang hidupnya lebih berantakan. Kedatangan Kai Marvin pun justru hanya menambah penderitaan batinnya. Rasa lelah bertahan untuk hidup membuat Mayasha menjalani garis Tuhan
WANITA PANGGILAN 23 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Menyusuri jalanan yang telah menggelap dibarengi kepala berkelana entah ke mana membuat perjalanan cepat sampai tujuan. Puluhan bintang di angkasa berkilau terang melihat kemesraan mereka. Mereka seakan ingin menjadi saksi malam indah keduanya. Lian mengantar wanita paling istimewa itu hingga ke depan pintu. Melihatnya lagi dan lagi untuk menyetok rasa rindu yang datang esok hari. Wajahnya sudah tidak setegang sebelumnya. Dua lengkungan manis di sudut bibir mulai terlihat jelas. Hal itu membuat hatinya melega ketika meninggalkannya. "Aku pulang ya? Kamu hati-hati di rumah. Aku tidak akan bertanya banyak kenapa tadi kamu menangis. Kamu mikirnya harus matang. Jika belum siap menikah denganku, aku akan mencoba sabar menunggu," ucap Lian sembari mengusap pipi lembut wanita yang tengah menatapnya.
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca