Beranda / Romansa / WANITA PANGGILAN / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab WANITA PANGGILAN: Bab 11 - Bab 20

116 Bab

Bab 9 B

WANITA PANGGILAN 9 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Sang ibu yang tidak suka pengkhianatan memilih berpisah. Selama proses perpisahan, sang ayah ternyata hanya dijadikan boneka oleh wanita keduanya. Sejak saat itu, Ayah sering lari dari kenyataan bersama alko-hol. Hingga akhirnya belum sampai keputusan sidang, Ayah berpulang terlebih dulu karena terjadi kerusakan pada salah satu organ tubuh. Hidup berteman alko-hol membuat sang ayah harus membayar hidupnya dengan kematian. Tangis sang ibu kala itu memenuhi kamar saat Ayah mencoba minta maaf di sela napasnya yang mulai tersendat. Banyak kata andai memutari isi kepala saat itu. Namun, semua sudah terjadi karena memang begitu garis Tuhan yang harus dijalani. Lian hanya bisa menemani sang ibu melewati harinya yang penuh rasa sakit dan penyesalan. Hingga akhirnya usaha yang ditinggalkan Ay
Baca selengkapnya

Bab 10 A

WANITA PANGGILAN 10 A  Oleh: Kenong Auliya Zhafira     Hati yang pernah terluka karena satu ikatan akan selalu meninggalkan bekas luka. Rasa perih dari keringnya luka bisa saja masih terasa, hingga membuat kebimbangan saat kehadiran rasa baru.  Menyadari hatinya bukan matahari, yang selalu berusaha menepati janji untuk bersinar meski cuaca dalam keadaan buruk sekali pun. Hati Mayasha belum sehebat dan sekuat itu. Menerobos awan hitam seakan melawan kekuatannya sendiri yang jelas masih rapuh. Pasti rasanya akan sakit sebelum maju berperang. Mayasha terus mencari alasan untuk menjawab pertanyaan dari Elena. Memastikan hatinya bergetar kembali masih membutuhkan waktu lebih banyak. Karena yang memberi getaran itu belum tentu mempunyai rasa yang sama. "Kalau kamu tidak bisa jawab, aku anggap kamu memang memiliki ras
Baca selengkapnya

Bab 10 B

WANITA PANGGILAN 10 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Setelah membalas pesan Lian dengan hati berwujud ketidakenakan pada tamu lain, Mayasha memilih membuat mi instan untuk mengganjal perutnya. Berjalan menuju dapur tanpa alas kaki disertai rambut yang acak-acakan, Mayasha menuang air ke panci kecil dan meletakkan di atas kompor. Sambil menunggu air mendidih, tangannya sibuk mencari teman lain untuk melengkapi makanannya. Mayasha menambakan telur dan sedikit sayuran. Setelah semuanya matang, Mayasha lalu memakannya ditemani segelas air putih. Mangkuk kotor pun langsung dicucinya. Membersihkan diri menjadi kegiatan Mayasha selanjutnya. Karena akan bertemu tamu malam ini, Mayasha sengaja menggunakan lulur terlebih dulu, biar tubuhnya wangi. Setelah menghabiskan hampir tiga puluh menit lebih, ia memilih pakaian terbaiknya.  Ma
Baca selengkapnya

Bab 11 A

WANITA PANGGILAN 11 A       Oleh: Kenong Auliya Zhafira         Pertemuan yang tidak sengaja terkadang tidak selalu soal kebetulan. Bisa saja itu adalah pertemuan yang sudah terencana, baik dari manusia atau pun Tuhan.    Lian telah merencanakan ide pertemuan ini dengan menggantikan Gavin sebagai tamunya. Bukan tanpa alasan, Lian ingin membuktikan kalau Mayasha adalah tanda jodoh yang dikirim Tuhan lewat jalan berkelok.   Keduanya masih saling berdiri dan menatap satu sama lain. Sama-sama mencari pembenaran dari ucapan masing-masing. Lian mulai lelah berdiri karena memang raganya lelah setelah bekerja langsung berangkat ke sini. Sementara Mayasha masih butuh keyakinan kalau tamunya memang benar Lian.   "Saya nggak disuruh masuk? Saya lelah sekali karena pulang kerja langsung ke sini," tutur Lian dengan wajah me
Baca selengkapnya

Bab 11 B

WANITA PANGGILAN 11 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Merasa wanita di sebelahnya terdiam, Lian membuka matanya dan menegakkan tubuhnya.  "Kok, diam? Apa kau tidak ingin lagi memiliki cinta seperti pasangan pada umumnya?" tanya Lian lagi yang membuat Mayasha menoleh. Entah kenapa pertanyaan Lian bagaikan tegangan listrik yang menyetrum raganya. Membuat hati dan akalnya kaku seketika. Pandang mata yang tidak sengaja bertemu membuat Mayasha beralih menatap jemarinya sendiri. "Saya bukan tidak ingin, hanya tidak mau," jawabnya lalu mengalihkan pandangan ke sekitar. Jawaban Mayasha semakin membuat Lian penasaran. Hidup di jaman modern yamg serba canggih malah tidak mau mengenal cinta. Padahal tanpa cinta dunia pasti hancur karena terlalu banyak orang mu-nafik. "Jika saya yang menawarkan cinta itu, apa kau mau?" tanya Lia
Baca selengkapnya

Bab 11 C

WANITA PANGGILAN 11 C       Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Lian mengusap pipi lembut wanita yang menatapnya aneh. Sebagai lelaki normal, Lian paham kalau Mayasha tidak menolak untuk melakukan hal yang lebih jauh.    "Maaf ...." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Lian, lalu kembali duduk dengan jarak dekat.   Mayasha pun ikut duduk di sebelah pria yang berhasil menjerat sisi hatinya. Kepalanya masih belum mengerti kenapa Lian tidak melanjutkan hal yang memang diinginkan semua tamu.   "Kenapa minta maaf? Bukankah ini memang bagian dari pekerjaanku? Kau tidak perlu merasa bersalah," jawab Mayasha sembari mengikat rambutnya.   Melihat leher jenjang Mayasha, Lian sengaja mengambil kardigan di sebelahnya dan mengulurkannya pada wanita yang baru selesai mengikat rambut.   "Pakailah.
Baca selengkapnya

Bab 12 A

WANITA PANGGILAN 12 A       Oleh: Kenong Auliya Zhafira         Bayangan tentang bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu, bisa saja memporak-porandakan masa depan yang hampir terwujud. Berbagai sakit, pedih, dan air mata mewarnai perjuangan yang tidak seberapa. Rasa penyesalan bisa saja menjadi batu yang akan menjatuhkan langkah tanpa disadari.    Marvin belum tahu harus bersikap bagaimana jika memang benar dipertemukan dengan Yesha saat ini. Minta maaf mungkin akan menjadi hal menjenuhkan bagi wanita yang pernah tersakiti. Namun, hanya hal itu yang bisa dilakukan oleh Marvin saat ini. Meskipun hatinya tahu, kalau Yesha kemungkinan tidak pernah akan memberinya kata maaf.    Dirinya sadar kesalahan yang dulu memang sangat fatal, hingga membuat Yesha menghilang dari pandangan tanpa kabar. Padahal dulu hidup serasa milik
Baca selengkapnya

Bab 12 B

WANITA PANGGILAN 12 B       Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Bertemu dengan Marvin malah semakin menambah rasa khawatir akan Mayasha. Jika itu benar dirinya, maka sebagai pria yang baru saja memintanya berjuang, maka ia akan berusaha membuang semua ingatan luka dan mengganti dengan senyum bahagia. Meskipun Lian sadar hal itu mungkin akan sulit karena ulah sang ibu nantinya.   Marvin menatap punggung Lian yang menghilang. Ucapannya memang tidak salah. Tidak seharusnya mencari kembali hati yang sudah pergi. Akan tetapi, hati merasa bersalah telah menancapkan luka pada tubuh lemahnya. Berharap mendapat jawaban lebih dari Lian, ternyata hanya sekedar angan semata.   Marvin mengacak rambutnya kasar, lalu berdiri dan kembali melajukan motornya ke rumah. Mungkin memang dirinya harus mencari tahu sendiri siapa wanita itu, tetapi tidak sekarang. Untuk beber
Baca selengkapnya

Bab 13 A

WANITA PANGGILAN 13 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Mengetahui orang terdekat menjadi penyebab kesakitan wanita yang ingin dimiliki menjadi emosi tersendiri bagi seorang Lian Erza. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mayasha ketika melihat kekasihnya bercum-bu dengan sahabatnya sendiri. Dirinya yang seorang pria saja rasanya sakit dan ingin memaki diri sendiri. Apalagi untuk seorang wanita. Hati Mayasha pasti sangat kesakitan hingga memilih jalan berkelok. Bahkan membuat cara untuk melupakan meski mengorbankan segalanya.  Lian merutuki diri sendiri mempunyai sahabat breng-sek seperti Marvin. Gara-gara egonya sendiri harus menelan mimpi suci wanita dan dirinya. Mungkin lain kali beberapa pukulan harus mendarat kembali di wajahnya. Ketika lamunan itu menyayat hati, suara panggilan dari seberang telep
Baca selengkapnya

Bab 13 B

WANITA PANGGILAN 13 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Elena semakin curiga kalau terjadi sesuatu dengan tamu semalam. Rasa penasaran siapa Erza hingga membuat Mayasha menjadi seperti orang linglung. "Tamu semalam namanya Erza, kan? Cerita dong, May ... jangan bikin aku penasaran. Atau jangan-jangan, ini ada hubungannya sama Lian?" tebak Elena. Mayasha tersenyum, wanita di depannya memang selalu bisa menebak pikirannya. Karena itulah persahabatan ini bisa terjalin hingga sekarang, meskipun searah dalam hal yang tidak masuk akal.  "Semalam yang gantiin itu Lian. Kan, namanya Lian Erza," jawab Mayasha sambil mengambil buah apel dan memakannya. Elena mulai mengerti. Ternyata seorang Mayasha telah bertekuk lutut pada pria seperti Lian. Elena akui, wajah Lian lumayan tampan, belum lagi sepertinya dari keluarga berada. Apab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status