WANITA PANGGILAN 13 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Elena semakin curiga kalau terjadi sesuatu dengan tamu semalam. Rasa penasaran siapa Erza hingga membuat Mayasha menjadi seperti orang linglung.
"Tamu semalam namanya Erza, kan? Cerita dong, May ... jangan bikin aku penasaran. Atau jangan-jangan, ini ada hubungannya sama Lian?" tebak Elena.
Mayasha tersenyum, wanita di depannya memang selalu bisa menebak pikirannya. Karena itulah persahabatan ini bisa terjalin hingga sekarang, meskipun searah dalam hal yang tidak masuk akal.
"Semalam yang gantiin itu Lian. Kan, namanya Lian Erza," jawab Mayasha sambil mengambil buah apel dan memakannya.
Elena mulai mengerti. Ternyata seorang Mayasha telah bertekuk lutut pada pria seperti Lian. Elena akui, wajah Lian lumayan tampan, belum lagi sepertinya dari keluarga berada. Apab
WANITA PANGGILAN 14 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Hubungan yang belum pernah dimulai karena masih menunggu jawaban akan selalu berakhir kegelisahan. Apalagi jika sudah ada tuntutan membawanya ke ranah keluarga. Bisa dipastikan akan mencari alasan untuk mengulur waktu hingga saatnya tiba. Lian pura-pura meneguk minumannya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tatapan sang ibu terlihat menyeramkan. Padahal baru kemarin mengiba untuk melanjutkan hubungan dengan Keya. Akan tetapi, setelah tahu alasannya, sang ibu terlihat tanpa beban menyuruh membawa Mayasha ke hadapannya. Ucapan Mayasha malam itu mendadak terngiang di kepala. Kemungkinan status pekerjaanya menjadi penghalang akan nyata terjadi. Lian tahu kalau pengalaman sang ibu mungkin masih membekas dalam benaknya. Mungkin itu akan memicu pertentangan demi alasan ingin me
WANITA PANGGILAN 14 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Masuk aja." Suara Lian terdengar begitu jelas di rungu wanita yang tengah menyembunyikan undangan di balik punggung. Perlahan, Keya melangkah lebih dekat menuju meja pria yang dulu pernah memikatnya. "A--aku mau ngasih ini," ujar Keya sambil meletakkan satu undangan di hadapan Lian. Pria yang pernah mengajak serius itu hanya menatap undangan di meja. Semisal tanpa undangan pun, dirinya memang sudah niat untuk menghadiri pernikahan Marvin. Ia akan membuktikan kalau hatinya sekuat baja setelah ditinggal Keya dan dikhianati sabahat sendiri. "Terima kasih. Aku pasti datang biar nanti kamu kepikiran terus di setiap malam," jawab Lian sembari tersenyum sinis. Keya terdiam, tidak menanggapi ucapan pria di depannya. Selama mengenal
WANITA PANGGILAN 15 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pikiran bisa saja kotor apabila sesuatu yang tengah ditunggu tidak kunjung menyapa. Berbagai prasangka seakan menakutkan nyali sendiri untuk satu hal yang telah berani dimulai. Amarah dan emosi terpaksa mengalah demi keinginan. Lian sebisa mungkin menahan dadanya yang mulai bergemuruh. Ponsel yang masih tidak berkedip atau bergetar diletakkan begitu saja di tempat tidur. Bayangan Mayasha menerima tamu lain selain dirinya malam ini sangat menyiska batinnya. Namun, dirinya sama sekali tidak berhak meminta lebih sebelum tawaran itu mendapat jawaban. Padahal jika mendapat jawaban, ia akan suka rela membiayai hidup Mayasha tanpa kurang satu apa pun. Karena nalurinya tidak pernah membiarkan wanitanya kekurangan kasih sayang dan materi. Bahkan ia bersedia menjadi garda terdepan untuk membela st
WANITA PANGGILAN 15 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetelah membalas pesan Mayasha, Lian bangkit untuk bersiap-siap lari pagi seperti biasanya. Karena suasana hati sedang gembira, mungkin cukup satu kali keliling kompleks.Udara dingin langsung menembus pori-pori kulitnya. Telapak tangan pun mengepal erat ketika mulai menyusuri jalanan. Tubuh sehat dan bugar adalah salah satu modal kedua setelah wajah.Hari ini mungkin keberuntungan Lian, karena tidak bertemu dengan Marvin. Ia pasti tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya. Padahal kalau bertemu, Lian ingin memukulnya sekali lagi.Peluh sebesar biji jagung membasahi kening. Detak jantung pun berubah semakin cepat. Lian memilih untuk pulang dan menyudahi lari paginya. Duduk selonjoran di depan teras sembari menunggu keringat mengering. Setelah kondisi lumayan aman, Lian langsung
WANITA PANGGILAN 16 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika orang jatuh cinta maka ia akan dengan suka reka ikut menanggung beban jiwa sang kekasih. Bahkan tubuhnya bersedia menjadi tameng dari segala hantaman badai dunia. Ia juga akan berjuang sekuat tenaga membuat sang kekasih tersenyum. Tangan dan pundak selalu siap apabila sang kekasih membutuhkan sandaran. Seperti itulah perasaan yang ditawarkan Lian untuk wanita bernama Mayasha. Lian sendiri tidak tahu seberapa besar cinta yang ingin diberikan, tetapi melihat Mayasha gelisah dan bimbang seakan membuat riuh kepalanya. Lian memilih menulis pesan sebelum matanya menutup karena rasa kantuk. Biarlah lelahnya raga terabai sejenak, asal dirinya bisa memastikan keadaan Mayasha baik-baik saja. Lian [Kuburlah masa lalu itu sedalam mungkin.
WANITA PANGGILAN 16 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha menatap arah jalan yang sepertinya menuju perumahan elit nomor satu di kota. Sahabat Lian pasti orang berpunya. Akalnya membayangkan bagaimana perasaan Lian saat nanti bertemu dengannya dan juga mantannya. Rasanya pasti sakit. Namun, melihat Lian begitu semangat hadir dan mengucapkan selamat, pastinya ia telah mempersiapkan hatinya sedemikian rupa.Semilir angin yang mulai terasa sejuk membuat Mayasha mengeratkan pegangan di sela baju kemeja sang pria. Lian menyadari kalau tangan wanita di belakangnya pasti mulai kedinginan. Meski mentari sudah terlihat, tetapi embusan angin tidak mampu berbohong kalau maish berkuasa. Tanpa seizin yang punya, Lian menuntun tangan Mayasha agar melingkari perutnya. Bahkan memasukkan di area perut lewat celah bajunya.Mayasha mematung merasakan sensasi kehangatan pe
WANITA PANGGILAN 17 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak ada suatu hal yang bisa disembunyikan selamanya. Baik rahasia atau pun luka, waktu akan mempertemukan kembali hingga mampu memberi penawar untuk semua lara.Menghadapi adalah cara terbaik untuk mendamaikan luka dengan diri sendiri. Sejauh mana pun menghindar, suatu saat nanti pasti waktu akan memberikan kesempatan untuk menghukum atau mengingatkan sang pemberi luka. Walaupun masa itu kadang seperti kotak pandora yang penuh misteri.Seperti halnya yang tersirat dari sorot mata Mayasha di mata Lian. Ia tahu kalau di antara mereka ada hubungan yang masih belum ada penyelesaian. Namun, ia tidak mungkin membahas semuanya di sini. Lian tahu di balik keburukan pekerjaan Mayasha tersimpan cerita pahit di dalamnya. Entah kenapa firasatnya mengatakan demikian.
WANITA PANGGILAN 17 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar isak tangis dari wanita di belakangnya membuat Lian ingin menepi sejenak mencari tempat nyaman dan aman. Namun, suara deru mesin di jalanan membuatnya tidak punya pilihan.Lian berhenti di tepian jalan yang sedikit aman buat berbicara. Hanya ada tumbuhan pembatas jalan yang keberadaanya tidak pernah dianggap orang.Mayasha menatap pria yang kini berada di depannya dengan mata memburam. Logikanya baru menyadari kalau Lian menghentikan motornya di jalanan. Membuatnya menengok kanan kiri mencari alasan untuk pria yang menatapnya tajam."Siapa Yesha? Kenapa kamu bisa nangis karenanya? Tolong jelaskan agar kepalaku tidak berpikir kalau kamu adalah Yesha. Jawab, May ...," cecar Lian tanpa henti.Bukannya menjawab, Mayasha malah berjongkok sambil menutup
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca