Beranda / Urban / Lelaki yang Terbuang / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Lelaki yang Terbuang: Bab 81 - Bab 90

448 Bab

Bab 81

Brugh!Tubuh Gallen bergedebuk, jatuh ke lantai. Ia meringis, menahan sakit pada sikunya yang terbentur.Jerit histeris Nick dalam mimpi membuat jiwanya ikut kaget. Rupanya ia terlelap ketika ia masih asyik berkutat dengan cincin permata milik Nick.Posisi duduknya tidak stabil.Gallen duduk bersila di atas lantai sembari memijat pelipis. Kepalanya pusing."Sial! Siapa sebenarnya Nyonya Kedua itu? Aku memimpikannya, tapi masih belum bisa melihat wajahnya."Gallen merutuki takdir mimpi yang seolah sedang mempermainkan dirinya.Dia bisa mengenali wajah Nick dengan cukup jelas, tetapi dua orang lainnya terlihat seperti tayangan klise film.Entah apa yang mereka perdebatkan di dunia mimpi itu. Psikis Gallen hanya mampu merasakan emosi kental milik Nick. Sebuah penyesalan yang mendalam dan juga kemarahan yang tertahan.Nick mati dalam kegelisahan. Ya. Lelaki malang itu tidak bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang. Ada beban batin yang
Baca selengkapnya

Bab 82

"Atur agar aku bisa secepatnya masuk ke sana!""Siap, Bro. Aku butuh tanda tanganmu."Kenzie membentangkan helaian berkas di atas meja. Sebelum ujung jari Gallen menyentuh berkas tersebut, Kenzie menarik kembali. Ia bertanya dengan wajah serius, "Kau yakin mau bekerja sebagai cleaning service?" Gallen merampas lembaran kertas yang dilarikan Kenzie. Ia berkata tegas, "Aku tak peduli. Selama pekerjaan itu dapat melancarkan jalanku untuk balas dendam, apa pun akan kulakukan." "Tapi ... itu posisi cleaning service, Bro!" "Tak masalah. Justru posisi itu memberi peluang padaku untuk bergerak bebas." Saat itulah Kenzie sadar bahwa kemampuan berpikir Gallen selalu mengungguli daya nalarnya. Ia hanya berpikir posisi itu tidak pantas untuk Gallen. Rasanya tidak masuk akal seorang presiden direktur perusahaan besar, yang juga pemilik GK Group merendahkan diri dengan bekerja sebagai petugas cleaning servic
Baca selengkapnya

Bab 83

"Anda terlalu sungkan, Nona! Aku hanya melakukan hal yang memang sudah sepantasnya dilakukan oleh setiap pria."Binar cerah yang melingkupi rona muka Ara seketika berubah mendung setelah mendengar tanggapan Gallen.Gallen tak dapat melihat perubahan warna langit di hati Ara. Jadi, dia tetap bersikap santai saat melanjutkan perkataannya."Apa Tuan Guntur yang meminta Anda untuk menghubungiku?""Aku menolak untuk menjawab sebelum Anda mengubah cara Anda memanggilku!" rajuk Ara.Sedari kecil ia terbiasa mendapatkan apa pun yang diinginkannya. Orang tuanya akan memenuhi segala permintaannya tanpa ragu.Hal itu menyebabkan Ara tumbuh menjadi gadis yang sangat keras kepala. Ia tidak akan berhenti merengek dan selalu memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan keinginannya.Namun, di balik sikap keras kepala yang terkesan egois, sisi positifnya justru menjadikan Ara sebagai gadis muda yang pantang menyerah dan kreatif.Tak heran ia mendapatkan kepercayaan untuk m
Baca selengkapnya

Bab 84

"Sulit dipercaya Bellona Hopkins menjadi salah satu bakal calon tersangka. Kau juga berpikir begitu, bukan?"Regan berusaha mendapatkan jawaban jujur dari membaca raut muka Gallen."Entahlah. Aku tidak begitu mengenalnya," sahut Gallen dengan nada datar."Hei! Jangan bilang selama ini kau hidup di planet lain hingga tak tahu siapa itu Bellona Hopkins!""Memang! Em ... maksudku, aku menghabiskan hampir setengah dari umurku di luar ne ... em ... di luar kota ini."Gallen menggaruk leher dengan jari telunjuk. Hampir saja dia keceplosan mengatakan riwayat tempat tinggalnya selama satu dekade terakhir."Aku juga tidak begitu tertarik dengan pergaulan kelas atas.""Selamat! Hidupmu pasti terasa damai dan menyenangkan."Gallen memandangi Regan dengan tatapan yang dalam. Lelaki muda itu terlihat jujur dan tulus."Setiap orang menikmati potongan kuenya masing-masing. Sesuai selera atau tidak, syukuri dan nikmati saja!""Haha ... kau benar! Jangan sampai puny
Baca selengkapnya

Bab 85

"Faly, berhentilah menggoda kakakmu. Makanan di meja akan dingin kalau dibiarkan lebih lama."Gallen merasa baru saja diselamatkan dari puing-puing reruntuhan gedung bertingkat. Ayahnya memang pahlawan sejati!Bergegas ia melarikan diri mendekati Ghifari untuk menghindari tatapan tajam dari Faly."Terima kasih, Ayah. Aku sangat mencintaimu!" Gallen mendekap Ghifari, seperti seorang bocah yang baru saja diberi hadiah. "Maaf, malam ini aku tidak bisa menemani Ayah makan malam."Sebelum dihantam oleh gelombang tanya dari Falisha, Gallen beranjak menuju pintu depan."Gallen!"Telapak kaki Gallen terpatri di lantai. Ghifari memanggilnya. Apakah lelaki itu tidak mengizinkan dirinya untuk pergi? Bagaimanapun, ia telah melanggar aturan keluarga yang selama ini berkomitmen untuk selalu menyempatkan diri berkumpul pada waktu sarapan dan makan malam.Gallen balik badan dan mencoba tersenyum dengan tenang. "Ya, Ayah.""Jaga dirimu baik-baik!"Ya Tuhan! Nap
Baca selengkapnya

Bab 86

Udara malam berembus kian dingin. Gallen dapat merasakan duri-duri halus mencuat dari setiap pori-pori kulitnya yang bersembunyi di balik jaket.Gumpalan kabut putih kian berjejalan setiap kali Gallen dan Sadikin saling bersahutan kata.Lelah berdebat dengan si penjaga yang telah kehilangan nuraninya sebagai manusia, Gallen menyerah.Berjuang melawan dinginnya cuaca, Gallen mengeluarkan ponsel dari saku. Kulitnya bagaikan mandi es begitu bersentuhan dengan udara.Melihat apa yang akan dilakukan Gallen, sudut bibir Sadikin mencebik, "Mau menelepon Tuan Guntur dan Nona Ara? Hahaha ... mereka tidak akan peduli padamu!"Gerakan jemari Gallen yang sedang menggulir nomor kontak terhenti sejenak. "Kau akan tahu setelah aku mencobanya.""Heh! Sekali aku bilang mereka tak akan peduli, selamanya akan begitu. Camkan itu!""Tuan Guntur dan Nona Ara memang mengundang seseorang malam ini, tapi itu bukan kamu!""Setiap tamu Tuan Guntur pasti datang ke sini deng
Baca selengkapnya

Bab 87

"Aduh! Mampus aku!"Keringat sebesar butiran jagung menggelinding jatuh dari pelipis Sadikin.Jemarinya tak lagi mampu memutar kunci dengan benar. Setelah membukakan pintu untuk Joe dan mengusir Gallen, ia sengaja memasang gembok.Apesnya! Sang Nona Muda menelepon dan memaki habis dirinya begitu tahu bahwa dialah penyebab keterlambatan Gallen untuk hadir memenuhi undangannya.Sekarang, dia harus secepatnya menemukan dan mengawal Gallen untuk bertemu dengan sang majikan.Sadikin menghela napas lega saat melihat Gallen belum pergi jauh. Lelaki berbaju lusuh dan terlihat kumuh itu berdiri membelakanginya. Sibuk bercengkerama melalui sambungan telepon.Berdiri dua langkah di belakang Gallen, Sadikin tak berani bersuara hingga Gallen mengakhiri percakapannya."Tuan! Tolong, maafkan kebodohan saya!"Entah ke mana perginya arogansi Sadikin yang tadi begitu meraja lela. Wajahnya kini tertekuk kuyu, dipenuhi rasa bersalah.Sikap semena-mena dan sok ku
Baca selengkapnya

Bab 88

Atmosfer di meja makan sedikit mencekam bagi pemilik jiwa yang dipenuhi dengki.Kerlingan mata penuh kebencian milik Joe tak pernah bergeser dari sosok Gallen.Kalau saja kedua mata itu mampu menembakkan sinar laser, tubuh Gallen pasti sudah sejak tadi hancur menjadi serpihan debu. Menghilang tanpa jejak terbawa embusan angin."Jangan malu-malu! Anggap saja di rumah sendiri!" Silvana menyodorkan sepiring potongan ayam bakakak panggang ke hadapan Gallen.Ara yang duduk di samping Gallen segera menyambar peluang itu untuk melayaninya, layaknya seorang istri yang sangat berbakti pada suami.Pipi Ara terasa panas dan bersemu merah ketika ia menaruh sepotong ayam di atas piring Gallen. Perasaannya campur aduk, senang sekaligus malu.Saat ujung jarinya tanpa sengaja bersentuhan dengan kulit Gallen, ia merasakan sensasi geli yang sangat aneh.Ribuan semut seakan menjalari seluruh jaringan saraf di sekujur tubuhnya. Bermuara pada satu titik di bawah
Baca selengkapnya

Bab 89

"Apa kau tidak bisa berhenti mengoceh? Aku jadi kehilangan selera makan gara-gara liurmu menghujani makanan di meja ini!" Suapan Ara terhenti. Separuh makanannya masih bersisa. Rasanya ia ingin mencabik-cabik mulut Joe dan memberikan cacahan daging busuk itu untuk makanan anjing pemburu. Muka Joe merah padam. Ia semakin kesal. Maksud hati ingin memancing emosi Gallen, tetapi malah Ara yang kebakaran jenggot. Menyaksikan ketegangan antara Joe dan putrinya, Guntur merasa tidak enak hati. "Sudahlah, Ara. Tidak baik membesar-besarkan masalah sepele. Joe cuma bertanya." Guntur berpaling pada Gallen dan mencoba tersenyum, "Maaf, Tuan Kyler. Anak muda cenderung bersikap impulsif. Saya yakin Anda jauh lebih bijak dan dewasa. Tidak perlu mengambil hati ucapan Joe dan Ara." "Tidak apa-apa, Tuan Guntur. Anda terlalu sungkan." Meskipun ia mempertahankan sikap sopan di hadapan tuan rumah, tak dapat dipungkiri bahwa Gallen juga telah kehilangan selera makannya.
Baca selengkapnya

Bab 90

Untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman yang lebih dalam, Guntur menceritakan pengalaman buruk Ara saat rem mobilnya disabotase.Kedua tangan Joe mengepal erat saat mendengar bagaimana Ara nyaris kehilangan nyawa dan diselamatkan oleh Gallen.Melihat urat-urat di tangan Joe mencuat akibat ia mencengkeram terlalu kuat, Guntur maklum. Diam-diam ia merasa senang dengan reaksi calon menantunya itu.Ia tidak tahu bahwa Joe tidak kesal pada pelaku yang menyebabkan kemalangan Ara, melainkan pada aksi Gallen yang datang tiba-tiba dan menjadi pahlawan bagi Ara.Rencana yang sudah disusunnya dengan matang jadi berantakan gara-gara Gallen. Ia sangat membenci mantan pacar sepupunya itu! Bahkan, hingga ke sum-sum tulangnya!Namun, dia harus tetap berpura-pura. Dengan senyum yang dibuat-buat, Joe berkata pada Gallen, "Terima kasih banyak, Tuan Kyler! Maaf, aku tidak tahu jika Andalah malaikat pelindung tunanganku."Joe bangkit, lalu membungkuk sembilan puluh derajat pada Gal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
45
DMCA.com Protection Status