Gendhis bersiap pergi dengan perasaan nelangsa. Langit masih ingin menguji kesabarannya."Sebentar, Nona!" Guntur memanggil Gendhis."Ya, Pak. Apa yang dapat saya lakukan untuk Anda?"Meskipun hatinya masih diselimuti perasaan kecewa, Gendhis tetap bersikap profesional dan menampakkan senyuman ramah dan tulus."Tolong urus proses jual beli motor ini secepatnya!"Gendhis ternganga. Tak percaya dengan pendengarannya. Sedetik kemudian ia tersadar dan buru-buru menyahut, "Baik, Pak! Boleh saya minta foto kopi KTP Bapak?""Tapi, Pak, saya yang melayani Anda!" protes Inez."Maaf, Nona! Nona Gendhis yang melayani anak muda ini dari awal." Guntur menepuk pundak Gallen.Gallen cepat tanggap. Ia membuka dompet, kemudian menyerahkan foto kopi KTP Falisha kepada Gendhis."Maafkan kealfaan saya. Saya bahkan belum tahu nama Anda," aku Guntur, sedikit salah tingkah. "Ara bersikeras merahasiakannya dari saya.""Gallen, Pak. Saya yang seharusnya minta maaf."Seba
Baca selengkapnya