Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 41 - Chapter 50

448 Chapters

Bab 41

Polisi itu melirik Gallen sekilas. Ayunan langkahnya mantap menghampiri ranjang pasien. “Kak Regan! Syukurlah Kakak akhirnya datang!” Bayu menyeringai pada Gallen. ‘Tamat riwayatmu sekarang!’ ejek Bayu lewat tatapan matanya, yakin bahwa Gallen akan mendapatkan pelajaran dalam waktu singkat. “Kali ini Kakak harus membalaskan dendam ayahku!” Bayu berlari menyongsong polisi itu. “Dia yang telah membuat ayahku celaka!” Telunjuk Bayu mengarah, tepat ke wajah Gallen. “Borgol dan bawa dia!” Regan memerintahkan dua anak buahnya untuk menangkap Gallen. Nada suaranya tegas dan menggelegar. Memancarkan wibawa yang menakutkan. “Tunggu! Aku yakin terjadi kesalahpahaman di sini!” Namun, dua anak buah Regan tidak menggubris protes dari Gallen. Dengan beringas mereka mendorong Gallen dan membawanya pergi dari ruangan tersebut. Bayu mengacungkan dua jempol pada Gallen, lalu memutarnya ke bawah sambil menjebil. Binar kepuasan me
Read more

Bab 42

Gallen tersenyum kecut begitu tubuhnya didorong paksa untuk masuk ke dalam kerangkeng besi. Dikibasnya pakaian, menghapus jejak tangan dua oknum polisi.Sesaat diamatinya ruang sempit itu. Gelap dan lembap. Miris sekali! Penegak hukum menjatuhkan vonis bersalah kepadanya sebelum sidang. Ini jelas tidak sesuai dengan peraturan.Langkah kaki mendekat. Gallen memutar kepala, mengalihkan pandangan dari dinding kelam ke lorong sempit di luar terali. Tampak Kenzie datang, didampingi seorang oknum polisi.Gallen memasang wajah datar. Dia tahu kehadiran Kenzie bertujuan untuk membebaskannya.“Anda boleh keluar sekarang!” ujar aparat polisi tersebut.Gallen meninggalkan sel tahanan sementara tanpa mengucap sepatah kata. Di zaman di mana segala norma kehilangan daya, uang memang lebih berkuasa.“Kinerjamu semakin bagus!” puji Gallen, menikmati pemandangan di luar jendela mobil.Kenzie sedikit kikuk. “Ah, i–itu … maaf. Sebenarnya aku terlambat.”“Lalu, siapa?”“Aku juga tidak tahu. Saat aku tiba,
Read more

Bab 43

Sial, tatapan dingin Gallen memaksa Kenzie untuk kembali mengunci mulut. Merepotkan sekali! Kalau saja Gallen tidak keukeh untuk menyembunyikan identitasnya, hal memalukan seperti ini tidak perlu terjadi.“Aku ke sini hanya untuk memenuhi undangan, bukan mengemis,” kata Gallen, tetap memasang wajah datar.“Terus saja membual!”“Hanya orang bodoh yang akan percaya pada kata-katamu.”Kedua pengawal itu tergelak serentak. Dianggapnya kejujuran Gallen tak lebih dari sebuah lelucon anak kecil yang sedang terhanyut dalam imajinasi konyol.Puas tertawa, salah satu dari mereka menepuk keras pundak Gallen, lalu berkata dengan air muka berubah serius, “Dengar, Bung! Kau boleh saja punya mimpi dan ingin merasakan cita rasa masakan mewah, tapi … tidak di sini tempatnya.”Pengawal itu memutar kepala dan mendaratkan pandangan pada papan nama ruangan yang ia jaga. Dia menyeringai sinis saat tatapannya
Read more

Bab 44

“Kenapa mereka belum datang?” Willy melirik arloji di pergelangan tangannya. Lebih dari satu jam dia menunggu di ruangan tertutup itu. Diraihnya ponsel di atas meja, lalu men-scroll berulang kali. “Akh, sial! Seharusnya aku meminta nomor ponsel lelaki itu tadi!” Willy menutup ponselnya dengan kesal. Dia terlalu ceroboh. Merasa yakin akan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas, dia lalai. “Jangan-jangan ….” Willy hengkang dari tempat duduknya. Suara gaduh di luar mengusik perhatiannya. Tiba-tiba butiran keringat mengalir deras di keningnya. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Gallen, Dirga pasti tidak akan memaafkan kesalahannya. Willy mengutuk diri sendiri lantaran terlalu terhanyut dengan pekerjaannya selama menunggu kehadiran Gallen dan Kenzie. Di luar pintu, suasana masih bersitegang. Lenon tak membiarkan Gallen mengikuti Kenzie. “Kalau begitu, silakan Anda hubungi tamu ruangan ini!” Gallen memerintah dengan nada di
Read more

Bab 45

“Silakan duduk, Tuan Kyler!” Alis Gallen mengerut mendengar sapaan Willy. Tidak banyak orang yang mengetahui nama keluarga kandungnya. Rasa penasaran menggelitik ujung lidah Gallen untuk bertanya, tetapi diurungkannya. Ia lebih memilih tetap duduk tenang dan menunggu Willy untuk memperkenalkan diri. Sayangnya, kenyataan melenceng dari harapan. Alih-alih menunjukkan identitasnya pada Gallen dan Kenzie, Willy malah menyodorkan sebuah amplop cokelat berukuran besar kepada Gallen. “Saya harap Anda bersedia menerima ini, Tuan Kyler!” “Apa itu?” “Anda akan tahu setelah Anda membuka dan membacanya.” Ini menarik! Lelaki asing itu penuh dengan teka-teki. Gallen menahan seringai sinis yang hampir tercetak jelas di sudut bibirnya. Seumur hidup, baru kali ini ada orang yang tanpa basa-basi menyerahkan sesuatu kepadanya. Sekelumit rasa curiga terbit di hatinya. Jangan-jangan lelaki itu ada hubungannya dengan kematian tragis ibunya.
Read more

Bab 46

“Anda satu-satunya pewaris Tuan Besar Dirga. Kakek Anda sudah semakin tua. Jadi, saya harap Anda berkenan mengabulkan permintaan Tuan Besar Dirga.”Hening. Gallen tak menyahuti perkataan Willy. Willy pun tak berani mendesak Gallen. Hanya tatapannya terpaku penuh harap pada sang pewaris tunggal.Kriyuuut!Perut Gallen melayangkan protes dengan nada lantang. Menuntut haknya untuk ditunaikan. Muka Gallen bersemu merah. Merasa malu dan ingin memaki penghuni perutnya.Willy tersadar dan merasa bersalah. Hidupnya sudah cukup lama, tetapi dia melupakan etika dasar. Dia mengundang Gallen dan Kenzie untuk makan siang. Namun, yang dia lakukan adalah menimpakan beban di pundak Gallen sebelum makan.“Maafkan saya, Tuan Kyler! Sungguh saya orang tua yang tidak berguna.”Willy mengode pelayan yang sedari tadi mematung beberapa langkah dari meja mereka dan dibalas dengan anggukan kepala.“Baiklah. Kita makan siang dulu.
Read more

Bab 47

“Nasibmu bagus banget, Bos!” Kenzie mengintip aktivitas Gallen di jok belakang melalui kaca spion tengah. Bola matanya berpijar menggoda. “Pulang-pulang disambut hadiah mewah. Lah aku siapa yang mau ngasih perusahaan?”Kenzie mendecak, menertawakan kemalangan diri sendiri.“Nggak usah iri! Kau juga bakal kecipratan berkahnya.”“Maksud, Bos?”Otak Kenzie tak mampu mencerna dengan sempurna perkataan Gallen. Konsentrasinya sebagian besar tertuju pada roda kemudi.“Kau kan tahu aku tidak betah dengan urusan perusahaan. Jadi ya … aku tidak keberatan kau mengambil alih tugasku.”Ckiiit!Kenzie refleks menginjak pedal gas.“Bisa nyopir nggak sih?! Kau mau kita berdua mati?!” Gallen menghardik kesal sambil mengusap jidatnya yang membentur bagian belakang jok di depannya.“S–sorry, Bos! Aku nggak sengaja.” Kenzie menoleh ke b
Read more

Bab 48

Entakan sepatu dengan langkah tegap menggema setelah menghantam lantai. Gallen dan Kenzie serentak menoleh begitu pintu berderit pelan. Begitu pula dengan Bayu. Roman muka Bayu yang semula terlihat sedikit tegang berubah cerah dan penuh percaya diri ketika melihat dua lelaki bertubuh kekar melangkah masuk. Gallen segera mengenali Regan. Pemuda itu datang bersama seorang lelaki berseragam polisi, dengan tiga bintang emas menghias pundak. Jelas dia bukan orang sembarangan. Dengan penampilan gagahnya, lelaki itu terlihat lebih muda, padahal usianya kemungkinan besar sudah menginjak setengah abad. “Paman! Kakak! Lihat! Penjahat itu bahkan berani muncul lagi di sini!” Bayu menunjuk Gallen dengan lemparan dagu. “Maaf, aku ingin datang lebih awal ke sini, tapi masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Bagaimana kabar, Kakak?” Harris seolah tak mendengar pengaduan Bayu. “Apa yang dirasa sakit?” Harry mencoba duduk, tetapi dicegah oleh Harris, “Teta
Read more

Bab 49

“Tolong, jangan ambil hati perkataan anak saya, Tuan Penyelamat! Dia hanya terbawa emosi.”“Cukup panggil aku Gallen. Aku mengerti. Di usia seperti itu sebagian anak muda memang belum mampu mengontrol emosi sepenuhnya.”“Terima kasih! Aku berutang nyawa pada Anda.” Harry menunduk, merasa malu atas perlakuan kasar anaknya. “Aku janji akan menjelaskan kepada anakku.”Gallen mengusap punggung tangan Harry. “Tidak usah terlalu dipikirkan! Aku tidak apa-apa.”“Anda benar-benar anak muda berhati malaikat!”“Anda terlalu berlebihan! Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai sesama manusia.”Saat Harry ingin mengatakan sesuatu untuk menanggapi ucapan Gallen, ponsel Gallen berbunyi.“Maaf. Aku menerima telepon sebentar!”Gallen menjauh. Beberapa menit kemudian dia kembali. Bibirnya mengukir senyum menyaksikan Harry berbincang santai dengan ad
Read more

Bab 50

Harris mengeluarkan sehelai kartu nama. Saat di rumah sakit, dia lupa meminta nomor ponsel Gallen. Tidak pula ia memberikan nomor ponselnya kepada penyelamat kakaknya itu. Sekarang dia menyesal. Ternyata menemukan Gallen tidak semudah perkiraannya. “Tolong, serahkan ini kepada Gallen saat dia pulang nanti, Pak. Katakan padanya bahwa saya ingin bertemu dengannya!” “B–baik, Pak!” Harris meninggalkan rumah Gallen dengan perasaan menyesal dan kecewa. Ah, kalau saja dia tidak menganggap remeh identitas Gallen, mungkin usahanya untuk menemui lelaki itu tidak akan sia-sia. Harris pulang ke rumah Regan. Setelah berganti pakaian, dia termenung di kamarnya. Memikirkan keganjilan yang terjadi sehubungan dengan kecelakaan Harry. Harry tak mengenali siapa yang telah menabraknya. Saksi tidak ada. CCTV di lokasi itu pun tidak berfungsi. Jadi, bagaimana Gallen bisa tahu nomor kendaraan pelaku tabrak lari itu? Awalnya dia mengira alasan Gallen menyelam
Read more
PREV
1
...
34567
...
45
DMCA.com Protection Status