“Tuan!” Willy memanggil Dirga. Lelaki itu sedang duduk di balkon kamar hotel sambil membaca koran. Ditemani segelas jus dan kudapan rendah gula yang dipesan khusus. Dirga melipat lembaran koran, menaruhnya di atas meja. “Sepertinya kau sangat menikmati peranmu sebagai seorang wanita,” ujarnya, tersenyum samar pada Willy. “Maaf, Tuan! Saya terlalu buru-buru dan tidak hati-hati.” Willy membungkuk, lalu mundur beberapa langkah. Sekilas dia melirik pada bayangan dirinya dari pantulan kaca jendela. “Ish! Saya benar-benar ceroboh!” Willy tersenyum kecut. Jarinya bergerak lincah mencabut helaian bulu mata palsu, kemudian menyimpannya ke dalam kantong baju. “Kau mendapatkan sesuatu?” Dirga meraih kembali lembaran koran dari atas meja. “Tidak salah lagi, Tuan. Dia benar-benar cucu Anda.” “Hem! Katakan!” “Dia mengelola sebuah bengkel kecil, tapi … dia tidak sesederhana kelihatannya. Saya yakin, dia tidak akan meng
Read more