Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 31 - Chapter 40

448 Chapters

Bab 31

Winata mencengkeram kerah baju Gallen. Niat Gallen untuk membeli kafe yang dikelolanya menampar telak mukanya di hadapan umum. Sebuah tinju berkekuatan penuh dilayangkannya pada wajah Gallen.Gallen lebih gesit. Sebelum tinju Winata mendarat di pipinya, dia menangkap lengan lelaki itu lebih dulu. “Apa seperti ini cara Anda berbisnis? Itu sangat buruk! Tidak heran kalau kafe ini terus mengalami penurunan laba bersih.”“Hentikan omong kosongmu! Apa yang kau ketahui tentang dunia bisnis? Kau hanyalah seorang gembel yang mendiami kolong jembatan!”Gallen tersenyum tipis, “Mungkin aku memang gembel, tapi ... aku tidak memiliki utang yang akan segera jatuh tempo. Bukankah Anda membutuhkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk melunasi utang-utang Anda?”Gallen mengedarkan pandangan berkeliling, tampak seperti juru taksir yang sedang menilai harga kafe itu. “Aku memberi Anda penawaran yang bagus. Terserah kalau Anda i
Read more

Bab 32

Gallen bergeming. Air mukanya tak beriak. Beragam hinaan yang ditujukan kepadanya dianggapnya sekadar angin lalu. “Aku ingin surat-suratnya selesai malam ini juga.”“Wah, dia pasti benar-benar sudah gila! Apa dia pikir uang dua milyar itu cuma seharga permen?”“Jangan tertipu! Dia sedang berpura-pura untuk menutupi rasa malu.”Silang pendapat antara para pengunjung kafe terdengar seperti dengungan lebah.“Anak muda! Berhenti bermain-main denganku! Kalau kau tidak punya uang, pergilah! Tapi sebelum itu, berlututlah pada Nona Bella dan bayar kompensasi yang dia minta!”Alis Gallen mengerut. “Bukankah aku meminta Anda untuk segera menyiapkan surat-suratnya? Aku akan membayar tunai setelah Anda menandatangani jual-beli.”“Siapkan saja, Pak! Jika dia tidak mampu membayar, Anda bisa menuntutnya!”Bram semakin bersemangat memprovokasi Winata. Dia ingin melihat kehancuran
Read more

Bab 33

“Hahaha … sudah kuduga kau tidak akan punya uang sebanyak itu!” Tawa Bram membahana ketika dilihatnya Gallen masih tegak bergeming di tempatnya, menatap tak berkedip pada dokumen yang baru saja ditandatangani oleh Winata. “Kalian lihat! Lelaki tak tahu diri ini pada akhirnya hanya mempermalukan dirinya sendiri!” Bram berteriak lantang, mengumumkan pada dunia bahwa Gallen sungguh terlihat menyedihkan. “Benar-benar bodoh!” “Ya. Dia seperti katak di bawah tempurung!” Semakin riuh kalimat bernada cemooh mengudara dari bibir para penjilat itu. Gallen masih bersikap acuh tak acuh. Setia menunggu sampai orang-orang itu merasa lelah. Setelah bisik-bisik mulai sedikit hening, Gallen mengeluarkan selembar cek dari kantongnya. Dia menuliskan angka sesuai dengan jumlah yang diminta, lalu menyerahkan cek itu kepada Winata. Di saat semua tercengang dengan apa yang dilakukannya, Gallen sudah selesai membubuhkan tanda tangannya pada su
Read more

Bab 34

Hati Gallen dipenuhi perasaan was-was sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Falisha tak mengatakan apa pun saat dia menyerahkan kafe yang baru dibelinya pada gadis itu. Namun, dia sangat yakin selaksa tanya menggayuti benak Falisha.Gadis itu pasti bertanya-tanya dari mana dia mendapatkan uang untuk melunasi pembelian harga kafe. Apakah dia harus berterus terang tentang jati diri dan kekayaannya? Tidak! Belum waktunya. Dia harus memutar otak untuk menemukan alasan yang tepat agar Falisha tidak curiga.Tepat seperti dugaannya, setibanya di rumah, Falisha langsung menarik lengan Gallen ke dapur.“Kak, ceritakan padaku!  Dari mana Kakak mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Falisha, tatapannya penuh selidik. “Kakak tidak merampok atau melakukan sesuatu yang ilegal, kan?”Gallen tersedak ludahnya sendiri. “Apa di matamu kakakmu ini punya tampang kriminal?”“B–bukan begitu maksudku, Kak. Kakak hanya m
Read more

Bab 35

Bram berdiri di balkon kamarnya. Mulutnya mengepulkan gumpalan asap putih tebal. Saling berkejaran menggapai angkasa. Sudah tak terhitung puntung rokok berserakan di atas lantai. Namun, otaknya masih belum juga menemukan jawab atas serangkaian tanya tentang Gallen.Dia yakin pernah melihat lelaki itu sebelumnya, tetapi bukan di kampus Falisha. Selama ini Falisha selalu meninggalkan kelas dan pulang bersama teman dekatnya. Itu seorang perempuan, bukan Gallen.‘Ah, aku ingat sekarang!’Hati Bram berseru girang. Dibantingnya sisa rokok yang masih menyala ke atas lantai, dipelintirnya dengan kaki. Tepukan keras dari kedua tangannya mendarat di atas pagar pembatas balkon.“Ya, tidak salah lagi! Lelaki itu mantan pacar Laura, sepupu Joe!”Bram menyeringai licik. Bola matanya memancarkan kilat misterius. Terlintas ide di kepalanya untuk menghubungi Joe, dan dia mengeksekusi lintasan pikiran itu dalam hitungan detik.
Read more

Bab 36

Sebagian dari karyawan kafe Rainbows sudah mendengar desas-desus akan adanya pergantian pimpinan semenjak kemarin malam. Rasanya seperti mimpi di siang hari, mengetahui karyawan baru akan beralih status menjadi bos.Setiap orang sibuk mengulik kilas balik perbuatan mereka terhadap Falisha. Beberapa pekerja senior mengalami peningkatan rasa cemas ketika teringat bahwa mereka pernah bersikap kasar pada Falisha.Winata menyapu wajah cemas para karyawannya untuk terakhir kali sebelum melanjutkan perkataannya, “Sekarang, posisi saya akan digantikan oleh Nona Falisha. Saya yakin kafe ini akan berkembang lebih baik di bawah kepemimpinan seorang talenta muda yang sangat luar biasa!”Setelah meminta maaf kepada seluruh karyawan, Winata menutup sambutan singkatnya dan mengundang Falisha untuk naik ke atas panggung.Berdiri di atas panggung dengan lutut gemetar, Falisha membasahi kerongkongan yang terasa kering. Tatapannya tertuju pada Gallen selama bebe
Read more

Bab 37

Gallen menggaruk telinga dengan jari kelingking. Apa dia tidak salah dengar? Laura memintanya kembali? Mimpi saja sana!Dia bukan lelaki bodoh yang mudah untuk ditipu. Pengusiran dirinya di pesta Rosetta sudah cukup memberinya gambaran yang sangat jelas tentang sosok Laura. Gadis itu tidak benar-benar tulus mencintainya.Laura hanya menginginkan kebanggaan dari dirinya. Lupakan saja! Wanita seperti itu tidak pantas untuk dicintai sepenuh hati, apalagi sepenuh jiwa. Bisa-bisa nanti dia sakit jiwa karena dicampakkan berulang kali bila tak ada lagi kebanggaan yang mampu dia berikan kepada gadis itu.“Pulanglah! Tidak baik mempermalukan dirimu sendiri.”“Aku bukan sedang mempermalukan diriku! Aku hanya ingin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku!”Laura sungguh keras kepala. Dia berusaha menggelayut di lengan Gallen. Ingin menunjukkan kekuasaannya terhadap Gallen pada Falisha.Gallen berkelit sedikit menjauh
Read more

Bab 38

Laura mengeritkan gigi. Ia terpaksa menahan dongkol saat pengawal wanita paruh baya itu menghempaskan tangannya. “Memangnya dia pikir dia siapa?” omel Laura, menatap tajam pada punggung wanita paruh baya yang melangkah keluar kafe, “lihat saja! Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!” “Ehem!” Winata berdeham. Ia merasa risi menjadi penonton perdebatan dan tingkah konyol Laura. Terlebih lagi setelah dilihatnya Gallen hanya diam. Sikap santai lelaki itu justru membuat bulu kuduknya meremang. Akan lebih nyaman baginya bila Gallen memintanya untuk segera membereskan kekacauan itu atau memanggil petugas keamanan. Membiarkan dirinya menyaksikan semua keributan itu tanpa tahu mesti berbuat apa sungguh sebuah penyiksaan batin yang lebih menakutkan daripada tebasan pedang. “Sebaiknya Anda membiarkan masalah ini cukup sampai di sini, Nona. Silakan pulang dan tenangkan diri Anda!” “Anda siapa? Apa hak Anda mengusir saya?” “Ah, perken
Read more

Bab 39

“Hahaha … percuma! Sampai mati pun Gallen tidak akan pernah meninggalkan Falisha.” “Ah, jadi nama gadis itu Falisha? Cantik! Secantik orangnya.” Sebuah pukulan keras bersarang di punggung Joe. “Aakh! Laura? Kenapa kau memukulku?!” jeritnya, berusaha menjangkau ke belakang untuk mengelus bekas tepisan Laura yang terasa panas dan perih. “Mau kutambah lagi agar kamu menyadari kesalahanmu?” “Dasar wanita bar-bar! Mana ada lelaki yang tahan diperlakukan dengan kasar.” Laura mendelik. “Kamu yang memintaku datang ke sini, tapi kamu tidak membantuku sama sekali. Dasar sepupu tidak berguna!” “Apa yang bisa kulakukan? Aku tidak begitu mengenal mantan pacarmu itu. Lagi pula, sebagai lelaki, aku tahu bagaimana rasanya dipermalukan.” Joe membuang napas berat, seperti menyesali sesuatu. “Menurutku, kau memang keterlaluan saat itu.” “Jadi sekarang kamu menyalahkanku?” Laura tak terima Joe melempar kesalahan kepada dirinya. Buk
Read more

Bab 40

“Tuan!” Willy memanggil Dirga. Lelaki itu sedang duduk di balkon kamar hotel sambil membaca koran. Ditemani segelas jus dan kudapan rendah gula yang dipesan khusus. Dirga melipat lembaran koran, menaruhnya di atas meja. “Sepertinya kau sangat menikmati peranmu sebagai seorang wanita,” ujarnya, tersenyum samar pada Willy. “Maaf, Tuan! Saya terlalu buru-buru dan tidak hati-hati.” Willy membungkuk, lalu mundur beberapa langkah. Sekilas dia melirik pada bayangan dirinya dari pantulan kaca jendela. “Ish! Saya benar-benar ceroboh!” Willy tersenyum kecut. Jarinya bergerak lincah mencabut helaian bulu mata palsu, kemudian menyimpannya ke dalam kantong baju. “Kau mendapatkan sesuatu?” Dirga meraih kembali lembaran koran dari atas meja. “Tidak salah lagi, Tuan. Dia benar-benar cucu Anda.” “Hem! Katakan!” “Dia mengelola sebuah bengkel kecil, tapi … dia tidak sesederhana kelihatannya. Saya yakin, dia tidak akan meng
Read more
PREV
123456
...
45
DMCA.com Protection Status