Share

Bab 40

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tuan!” Willy memanggil Dirga.

Lelaki itu sedang duduk di balkon kamar hotel sambil membaca koran. Ditemani segelas jus dan kudapan rendah gula yang dipesan khusus.

Dirga melipat lembaran koran, menaruhnya di atas meja. “Sepertinya kau sangat menikmati peranmu sebagai seorang wanita,” ujarnya, tersenyum samar pada Willy.

“Maaf, Tuan! Saya terlalu buru-buru dan tidak hati-hati.”

Willy membungkuk, lalu mundur beberapa langkah. Sekilas dia melirik pada bayangan dirinya dari pantulan kaca jendela.

“Ish! Saya benar-benar ceroboh!”

Willy tersenyum kecut. Jarinya bergerak lincah mencabut helaian bulu mata palsu, kemudian menyimpannya ke dalam kantong baju.

“Kau mendapatkan sesuatu?” Dirga meraih kembali lembaran koran dari atas meja.

“Tidak salah lagi, Tuan. Dia benar-benar cucu Anda.”

“Hem! Katakan!”

“Dia mengelola sebuah bengkel kecil, tapi … dia tidak sesederhana kelihatannya. Saya yakin, dia tidak akan meng

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 41

    Polisi itu melirik Gallen sekilas. Ayunan langkahnya mantap menghampiri ranjang pasien. “Kak Regan! Syukurlah Kakak akhirnya datang!” Bayu menyeringai pada Gallen. ‘Tamat riwayatmu sekarang!’ ejek Bayu lewat tatapan matanya, yakin bahwa Gallen akan mendapatkan pelajaran dalam waktu singkat. “Kali ini Kakak harus membalaskan dendam ayahku!” Bayu berlari menyongsong polisi itu. “Dia yang telah membuat ayahku celaka!” Telunjuk Bayu mengarah, tepat ke wajah Gallen. “Borgol dan bawa dia!” Regan memerintahkan dua anak buahnya untuk menangkap Gallen. Nada suaranya tegas dan menggelegar. Memancarkan wibawa yang menakutkan. “Tunggu! Aku yakin terjadi kesalahpahaman di sini!” Namun, dua anak buah Regan tidak menggubris protes dari Gallen. Dengan beringas mereka mendorong Gallen dan membawanya pergi dari ruangan tersebut. Bayu mengacungkan dua jempol pada Gallen, lalu memutarnya ke bawah sambil menjebil. Binar kepuasan me

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 42

    Gallen tersenyum kecut begitu tubuhnya didorong paksa untuk masuk ke dalam kerangkeng besi. Dikibasnya pakaian, menghapus jejak tangan dua oknum polisi.Sesaat diamatinya ruang sempit itu. Gelap dan lembap. Miris sekali! Penegak hukum menjatuhkan vonis bersalah kepadanya sebelum sidang. Ini jelas tidak sesuai dengan peraturan.Langkah kaki mendekat. Gallen memutar kepala, mengalihkan pandangan dari dinding kelam ke lorong sempit di luar terali. Tampak Kenzie datang, didampingi seorang oknum polisi.Gallen memasang wajah datar. Dia tahu kehadiran Kenzie bertujuan untuk membebaskannya.“Anda boleh keluar sekarang!” ujar aparat polisi tersebut.Gallen meninggalkan sel tahanan sementara tanpa mengucap sepatah kata. Di zaman di mana segala norma kehilangan daya, uang memang lebih berkuasa.“Kinerjamu semakin bagus!” puji Gallen, menikmati pemandangan di luar jendela mobil.Kenzie sedikit kikuk. “Ah, i–itu … maaf. Sebenarnya aku terlambat.”“Lalu, siapa?”“Aku juga tidak tahu. Saat aku tiba,

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 43

    Sial, tatapan dingin Gallen memaksa Kenzie untuk kembali mengunci mulut. Merepotkan sekali! Kalau saja Gallen tidak keukeh untuk menyembunyikan identitasnya, hal memalukan seperti ini tidak perlu terjadi.“Aku ke sini hanya untuk memenuhi undangan, bukan mengemis,” kata Gallen, tetap memasang wajah datar.“Terus saja membual!”“Hanya orang bodoh yang akan percaya pada kata-katamu.”Kedua pengawal itu tergelak serentak. Dianggapnya kejujuran Gallen tak lebih dari sebuah lelucon anak kecil yang sedang terhanyut dalam imajinasi konyol.Puas tertawa, salah satu dari mereka menepuk keras pundak Gallen, lalu berkata dengan air muka berubah serius, “Dengar, Bung! Kau boleh saja punya mimpi dan ingin merasakan cita rasa masakan mewah, tapi … tidak di sini tempatnya.”Pengawal itu memutar kepala dan mendaratkan pandangan pada papan nama ruangan yang ia jaga. Dia menyeringai sinis saat tatapannya

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 44

    “Kenapa mereka belum datang?” Willy melirik arloji di pergelangan tangannya. Lebih dari satu jam dia menunggu di ruangan tertutup itu. Diraihnya ponsel di atas meja, lalu men-scroll berulang kali. “Akh, sial! Seharusnya aku meminta nomor ponsel lelaki itu tadi!” Willy menutup ponselnya dengan kesal. Dia terlalu ceroboh. Merasa yakin akan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas, dia lalai. “Jangan-jangan ….” Willy hengkang dari tempat duduknya. Suara gaduh di luar mengusik perhatiannya. Tiba-tiba butiran keringat mengalir deras di keningnya. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Gallen, Dirga pasti tidak akan memaafkan kesalahannya. Willy mengutuk diri sendiri lantaran terlalu terhanyut dengan pekerjaannya selama menunggu kehadiran Gallen dan Kenzie. Di luar pintu, suasana masih bersitegang. Lenon tak membiarkan Gallen mengikuti Kenzie. “Kalau begitu, silakan Anda hubungi tamu ruangan ini!” Gallen memerintah dengan nada di

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 45

    “Silakan duduk, Tuan Kyler!” Alis Gallen mengerut mendengar sapaan Willy. Tidak banyak orang yang mengetahui nama keluarga kandungnya. Rasa penasaran menggelitik ujung lidah Gallen untuk bertanya, tetapi diurungkannya. Ia lebih memilih tetap duduk tenang dan menunggu Willy untuk memperkenalkan diri. Sayangnya, kenyataan melenceng dari harapan. Alih-alih menunjukkan identitasnya pada Gallen dan Kenzie, Willy malah menyodorkan sebuah amplop cokelat berukuran besar kepada Gallen. “Saya harap Anda bersedia menerima ini, Tuan Kyler!” “Apa itu?” “Anda akan tahu setelah Anda membuka dan membacanya.” Ini menarik! Lelaki asing itu penuh dengan teka-teki. Gallen menahan seringai sinis yang hampir tercetak jelas di sudut bibirnya. Seumur hidup, baru kali ini ada orang yang tanpa basa-basi menyerahkan sesuatu kepadanya. Sekelumit rasa curiga terbit di hatinya. Jangan-jangan lelaki itu ada hubungannya dengan kematian tragis ibunya.

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 46

    “Anda satu-satunya pewaris Tuan Besar Dirga. Kakek Anda sudah semakin tua. Jadi, saya harap Anda berkenan mengabulkan permintaan Tuan Besar Dirga.”Hening. Gallen tak menyahuti perkataan Willy. Willy pun tak berani mendesak Gallen. Hanya tatapannya terpaku penuh harap pada sang pewaris tunggal.Kriyuuut!Perut Gallen melayangkan protes dengan nada lantang. Menuntut haknya untuk ditunaikan. Muka Gallen bersemu merah. Merasa malu dan ingin memaki penghuni perutnya.Willy tersadar dan merasa bersalah. Hidupnya sudah cukup lama, tetapi dia melupakan etika dasar. Dia mengundang Gallen dan Kenzie untuk makan siang. Namun, yang dia lakukan adalah menimpakan beban di pundak Gallen sebelum makan.“Maafkan saya, Tuan Kyler! Sungguh saya orang tua yang tidak berguna.”Willy mengode pelayan yang sedari tadi mematung beberapa langkah dari meja mereka dan dibalas dengan anggukan kepala.“Baiklah. Kita makan siang dulu.

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 47

    “Nasibmu bagus banget, Bos!” Kenzie mengintip aktivitas Gallen di jok belakang melalui kaca spion tengah. Bola matanya berpijar menggoda. “Pulang-pulang disambut hadiah mewah. Lah aku siapa yang mau ngasih perusahaan?”Kenzie mendecak, menertawakan kemalangan diri sendiri.“Nggak usah iri! Kau juga bakal kecipratan berkahnya.”“Maksud, Bos?”Otak Kenzie tak mampu mencerna dengan sempurna perkataan Gallen. Konsentrasinya sebagian besar tertuju pada roda kemudi.“Kau kan tahu aku tidak betah dengan urusan perusahaan. Jadi ya … aku tidak keberatan kau mengambil alih tugasku.”Ckiiit!Kenzie refleks menginjak pedal gas.“Bisa nyopir nggak sih?! Kau mau kita berdua mati?!” Gallen menghardik kesal sambil mengusap jidatnya yang membentur bagian belakang jok di depannya.“S–sorry, Bos! Aku nggak sengaja.” Kenzie menoleh ke b

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 48

    Entakan sepatu dengan langkah tegap menggema setelah menghantam lantai. Gallen dan Kenzie serentak menoleh begitu pintu berderit pelan. Begitu pula dengan Bayu. Roman muka Bayu yang semula terlihat sedikit tegang berubah cerah dan penuh percaya diri ketika melihat dua lelaki bertubuh kekar melangkah masuk. Gallen segera mengenali Regan. Pemuda itu datang bersama seorang lelaki berseragam polisi, dengan tiga bintang emas menghias pundak. Jelas dia bukan orang sembarangan. Dengan penampilan gagahnya, lelaki itu terlihat lebih muda, padahal usianya kemungkinan besar sudah menginjak setengah abad. “Paman! Kakak! Lihat! Penjahat itu bahkan berani muncul lagi di sini!” Bayu menunjuk Gallen dengan lemparan dagu. “Maaf, aku ingin datang lebih awal ke sini, tapi masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Bagaimana kabar, Kakak?” Harris seolah tak mendengar pengaduan Bayu. “Apa yang dirasa sakit?” Harry mencoba duduk, tetapi dicegah oleh Harris, “Teta

Bab terbaru

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 448

    "Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 447

    Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 446

    "Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 445

    "Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 444

    "Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 443

    Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 442

    "Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 441

    "Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 440

    Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada

DMCA.com Protection Status