Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 71 - Chapter 80

448 Chapters

Bab 71

"Kau ingin menghancurkan aku?" Kemarahan Bellona akhirnya tertumpah. "Dalam mimpimu, Anak Muda!"Bellona menderap maju. Tangannya secepat kilat melayang ke pipi Gallen. Namun, sebelum tujuannya tercapai, sebuah tangan mencekal lengannya."Lepaskan, Bodoh!" maki Bellona saat tahu siapa yang telah menahan serangannya."Berani menyentuh tamu kehormatan kami, walau seujung rambut sekalipun, Anda akan menyesalinya, Nyonya!" Pemuda yang sedari tadi berlutut menunjukkan taringnya begitu keselamatan Gallen terancam.Tak akan ia biarkan seorang pun menyakiti Gallen. Ia akan melindunginya sepenuh hati, meskipun harus mempertaruhkan nyawa untuk Gallen.Seumur hidup ia tidak akan pernah lupa. Kalau bukan karena kemurahan hati dan sifat pemaaf Gallen, mungkin saat ini ia dan rekannya sudah menjadi seonggok tulang yang dikerubuti cacing tanah.Masih tersimpan kuat dalam ingatannya bagaimana tubuhnya mematung dan lumpuh dalam sekejap akibat serangan gerak cepat dari Ga
Read more

Bab 72

"Kau pasti bercanda! Iya, kan? Kau hanya ingin bermain-main dengannya."Armand tak percaya. Sejak kapan Regan bergaul dengan kalangan kelas bawah?Ia telah mengenal Regan sejak anak itu masih ingusan. Ia juga mengamati dengan siapa saja Regan bergaul. Sebagai tetangga, tentu banyak waktu yang telah mereka lewati bersama.Belum pernah ia melihat Gallen hadir pada acara keluarga Regan. Itu artinya hubungan pemuda berbaju lusuh itu dengan keluarga Regan tidak terlalu dekat, bukan?"Re, aku maklum ... sebagai anak muda, terkadang memang sulit mengendalikan jiwa anak-anak, apalagi kau berkecimpung dalam pekerjaan yang menuntut keseriusan sepanjang waktu. Tentu kau juga butuh hiburan di saat merasa tegang."Sebelah telapak tangan Armand bersarang di pundak Regan. Menghadirkan sensasi pijatan lembut penuh pengertian."Tapi, Re ... kali ini aku mengundangmu dalam keterbatasan waktu. Tolong, berhentilah bermain-main! Cepat singkirkan lalat pengganggu itu!"Wajah rama
Read more

Bab 73

"Berengsek! Gara-gara bocah kumuh itu, aku gagal menjamu Nyonya Bellona Hopkins!"Armand membanting jasnya ke lengan kursi di ruang tamu seraya melonggarkan dasi."Serius, Pa? Berarti enggak jadi dong kerja sama perusahaan kita?"Laura menutup pintu, lalu duduk di sofa.Armand mengempaskan pantat di sebelah Laura."Coba kau mau ikut ke pertemuan itu tadi, mungkin kau akan berguna.""Pa, kan aku sudah bilang nggak bisa. Papa sih ngotot mau malam ini.""Apakah menghadiri pesta ulang tahun temanmu lebih penting daripada masa depan perusahaan kita?" Armand mengembuskan napas kecewa."B–bukan begitu maksudku, Pa. "Laura merasa bersalah. "Memangnya apa yang terjadi? Kok bisa kerja samanya gagal?"Lalu, meluncurlah kisah drama dari bibir Armand. Tentu tak lupa ia menambahkan berbagai bumbu untuk mempertajam intrik dan konflik, di mana dialah yang berperan sebagai korban."Kita harus bisa mendapatkan kerja sama dengan perusahaan Kyler. Hanya dengan begitu s
Read more

Bab 74

"Kenapa tidak dikuburkan saja? Ini terlalu menakutkan untuk dilihat!" ceplos Gallen, merasakan ombak bergulung dari dalam perutnya menuju tenggorokan.Lima tahun ia bekerja sebagai agen rahasia, tetapi belum pernah dihadapkan pada kondisi mayat yang sudah membusuk.Entah berapa lama korban kecelakaan itu terperangkap pada kedalaman jurang. Tentu lebih dari tiga hari, hingga bola matanya tak lagi berada dalam rongganya."Sebaiknya memang begitu, tapi masalahnya ... jenazah ini diduga korban pembunuhan berencana.""Tidak terlalu sulit bagi polisi untuk menyelidikinya, bukan?""Kalau semudah itu menemukan dalang di balik semua ini, aku tidak akan meminta bantuanmu, dan kau tidak akan berada di sini."Netra biru Gallen meraba dalam samar sesosok tubuh terbalut jaket hitam melangkah pelan dari pintu masuk.Suara yang menjawab pertanyaannya terdengar seperti datang dari alam lain. Bergema dari setiap sudut ruangan."Lalu, apa yang dapat saya lakukan untuk Anda,
Read more

Bab 75

Setelah bersusah payah mengumpulkan keberanian dan menekan rasa jijik, Gallen akhirnya menempelkan telapak tangannya pada kepala jenazah.Sengaja ia memilih bagian rambut untuk menghindari bersentuhan langsung dengan kulit.Aliran kejut listrik merambat di pembuluh darah Gallen. Mengirim sinyal yang bertransformasi menjadi potongan gambar acak.Gallen harus memusatkan pikirannya untuk dapat merangkai kepingan gambar itu.Tampak seorang lelaki berusia empat puluhan berjalan mondar-mandir dalam sebuah kamar. Sesaat ia duduk di bibir ranjang, detik berikutnya ia bangkit dan berjalan menuju jendela. Lalu, kembali hilir mudik sambil menggigit kepalan tinju.Roman mukanya terlihat tegang sampai-sampai ia membuka dua kancing kemejanya lantaran gerah. Bulir-bulir keringat terus mengaliri lehernya.Puas bergumul dengan kecemasan yang kian mendera, lelaki itu membuka laci. Mengeluarkan sehelai map dari sana.Ia jatuh terduduk menghantam tepian ranjang setelah membaca
Read more

Bab 76

Rohim segera meluncur keluar dari kolong mobil. Berlari dan tegak mematung di tepi jalan hingga sosok Gallen benar-benar menghilang di kejauhan."Kang Deden merasa aneh nggak sih, Kang? Nggak biasanya bos bengong begitu.""Namanya juga hidup, Him. Ada pasang surutnya. Kadang senang, kadang sedih. Mungkin bos lagi ada masalah," komentar Deden, "biarkan sajalah! Kalau kita memang berhak untuk mengetahuinya, pasti nanti bos bakal cerita.""Ya kalau cerita. Kalau nggak?""Itu artinya bukan urusan kita. Begitu saja kok repot!" Deden menyudahi aktivitas mendandani motor di hadapannya, kemudian beralih ke motor di sebelahnya."Bikin penasaran, Kang!""Nah, ini ... yang begini bikin hidup nggak tenang. Kenapa harus pusing memikirkan hidup orang lain? Ada untungnya? Enggak, kan?""Yaelah, Kang ... namanya juga peduli.""Itu bukan peduli, Him, tapi kepo!""Lah apa bedanya?"Deden menjeda kegiatannya. "Umurmu berapa, Him?"Dengan polosnya Rohim menghitung j
Read more

Bab 77

"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"Regan tak mengerti di mana letak kesalahannya sampai-sampai Gallen melayangkan bogem mentah.Meskipun dengan kekuatan main-main, efeknya cukup kuat di perutnya."Kau perlu mengulang pelajaran tentang diksi!"Regan memutar ulang kalimat yang tadi diucapkannya pada Gallen. Saat dia menyadari di mana letak kekeliruannya, dia menyeringai mesem."Sorry, Bro! Bukan begitu maksudku."Pelototan Gallen membungkam mulut Regan.Regan berdiri tenang di sisi kanan Gallen, selangkah agak ke belakang.Jangan sampai keberadaannya mengganggu konsentrasi Gallen, tetapi ia juga harus memastikan bahwa jaraknya sangat memungkinkan untuk merekam semua perkataan Gallen dengan jelas.Kali ini Gallen tak lagi menarik kain putih berbau amis itu hingga ke pinggang. Ia hanya menyibak sedikit di bagian lengan.Berkaca dari pengalamannya saat bangun dari koma dan menyentuh Dokter Hellen, Gallen yakin bagian lengan hingga ke jari lela
Read more

Bab 78

Duduk dengan mata terpaku pada monitor laptop yang menyala, pikiran David terasa buntu. Otaknya mogok berpikir. Idenya terbang entah ke mana. Garis kursor berkedip pada layar kosong."Sial!"Kepalan tinju menghantam permukaan meja. Nyala pada kedua bola mata David kini melebihi terangnya cahaya yang memancar dari layar monitor.Sebulan terakhir ia mencurahkan segala perhatian dan menuangkan ide dengan damai. Berharap kisah thriller yang sedang dirangkai bisa selesai tepat waktu.Tak disangka sore ini istrinya pulang membawa cerita suram. Sebuah fakta yang memporak-porandakan ketenangan hati dan pikiran. Kenyataan yang tidak pernah ingin didengarnya lagi.Ia pikir badai telah terlalu. Ternyata ia hanya bersembunyi dalam sebuah gua dan tidak mengetahui hiruk-pikuk yang terjadi di dunia luar.Lelah bergumul dengan kekosongan pikiran dan kemelut batin, David mematikan laptop.Apa yang salah dengan rencananya? Semua sudah sangat sempurna. Tak sedikit pun
Read more

Bab 79

Buku di pangkuan Stephen terbang dengan kecepatan kilat dan mendarat di wajah David. Mengalirkan tetesan cairan berwarna merah dari luka gores memanjang.Sampul berkulit tebal itu ternyata cukup tajam untuk menjadi senjata yang dapat melukai seseorang.David menyeka darah yang mengalir di pipinya tanpa ekspresi.Hal itu menyebabkan Stephen semakin murka. Terbuat dari apa hati anaknya? Apakah mendiang istrinya benar-benar melahirkan anak manusia?Sikap dan emosi David laksana sebongkah batu besar yang terperangkap dalam timbunan gunung salju. Sulit sekali digerakkan."Apa belum cukup bagimu menyia-nyiakan waktu dengan bertapa dan mengkhayal sepanjang hari?" Tatapan Stephen dipenuhi kobaran api kemarahan."Berhentilah bermalas-malasan! Kau pikir berapa usiamu sekarang? Apa kau tidak malu? Usia anak laki-lakimu bahkan sudah pantas untuk menikah, tapi kau masih saja terlena dalam lamunan!""Aku tidak pernah mengganggu pekerjaan Ayah. Kenapa Ayah mencampuri urusa
Read more

Bab 80

Jemari panjang Nick gemetar. Tabung infus yang tergantung bahkan sampai berayun. Nick tak sanggup menjalankan tugas.Tangannya yang memegang botol infus beralih memagut tiang penyangga.Nick tergugu, alat injeksi yang terselip di jarinya nyaris terlepas.Terdengar entakan sepatu bertumit tinggi berjalan mendekat. Cepat-cepat Nick menyeka kristal bening yang meluncur dari kedua sudut matanya.Kini, ia berada dalam posisi siap menuntaskan misi. Ia menggigit bibir bawah dan memejamkan mata saat jempolnya perlahan menekan bagian kepala alat injeksi."Apa saja yang kau lakukan dari tadi?!" Suara bentakan menggelegar. Kentara sekali sang pemilik suara merasa tidak puas dengan kinerja Nick."M–maaf, Nyonya Kedua! S–saya harus memastikan c–cairan infusnya mengalir dengan kecepatan yang tepat.""Hem!"Wajah wanita yang dipanggil dengan sebutan Nyonya Kedua itu menegang. Nick masih saja memanggilnya Nyonya Kedua, walaupun lelaki itu tahu bahwa ia sangat membenci pa
Read more
PREV
1
...
678910
...
45
DMCA.com Protection Status