Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 141 - Chapter 150

448 Chapters

Bab 141

"Singkirkan atau selamanya kau akan mematung di sini!"Gallen berbisik dengan nada penuh penekanan. Sorot matanya dingin dan mengintimidasi."Ya, ya. Akan kusingkirkan! Akan kusingkirkan!"Tangan gemetar Malik bergerak tak teratur, memasukkan kembali gepokan uang miliknya ke dalam kantong. Beberapa kali ia gagal menyimpan uang itu dalam posisi yang benar sehingga ia harus mengulangnya, lagi dan lagi.Dia tidak mau mati berdiri di pelataran parkir sebuah klub malam."Sekarang sudah tidak ada uang di tanganku," lirih Malik seraya memasang tampang bingung dan memelas."Bagus! Kau berjanji akan memberikan apa pun yang kuminta. Betul?""Ya, ya. Apa pun!""Bagaimana kalau kau bohong?""Tidak! Aku tidak akan berani melakukan itu. Kau bisa memegang kata-kataku.""Aku tak percaya. Manusia oportunis sepertimu mudah sekali berbalik arah. Jaminan apa yang bisa kau berikan?"Malik tercekik perasaan putus asa. Dia berurusan dengan orang yang salah dan tidak mudah diajak kompromi. Kali ini riwayatnya
Read more

Bab 142

Wajah yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu masih tampak tak berdarah. Sesekali keningnya mengerut, menahan rasa sakit yang terbawa ke alam mimpi.Mentari telah menyingsing di ufuk Timur, menampakkan senyum malu-malu dari balik bukit.Kilau emasnya menembus kaca jendela, lalu bergerak perlahan, menyusup ke dalam ruangan. Sejenak cahaya kekuningan itu berhenti di atas ranjang dan membelai wajah penghuninya.Regan terjaga. Sebelah tangannya bergerak refleks melindungi mata.Gallen baru saja masuk dengan membawa seporsi bubur untuk sarapan pagi. Dia tersenyum menyadari Regan sudah bangun."Bagaimana perasaanmu pagi ini?" tanyanya seraya berjalan mendatangi Regan.Ditariknya sebuah kursi, lalu duduk di sana."Aku benci terikat dengan selang ini," keluh Regan, menatap sebal pada jarum IV yang terpasang pada tangan kirinya."Seharusnya kau bangga. Itu adalah bukti dedikasimu pada negara."Regan melengos. "Kenapa kau membawaku ke Rumah Sakit? Aku lebih suka kau membawaku pulang darip
Read more

Bab 143

Keluar dari kamar, Gallen sudah berpenampilan rapi. Ia mengenakan kemeja polos berwarna marun dengan celana abu-abu gelap.Sebuah tas sandang berukuran kecil tersampir di pundaknya."Kakak mau ke mana?" tanya Falisha, terlihat tidak senang dengan rencana kepergian Gallen.Bagaimana akan senang kalau faktanya Gallen baru saja pulang, kemudian berniat hengkang lagi dari rumah.Akhir-akhir ini Falisha merasa kebersamaan mereka semakin berkurang karena kesibukan Gallen.Entah apa yang lelaki itu lakukan hingga nyaris tak lagi punya waktu untuk keluarga. Lagaknya seperti seorang pengusaha yang supersibuk saja."Oh, aku ada urusan di luar kota. Mungkin tidak pulang dalam beberapa hari. Tolong jaga ayah untukku ya!" Gallen menyahut sambil memasang sepatu. "Kalau ada apa-apa, beritahu aku!""Kakak semakin sibuk sekarang. Apa pekerjaan seorang OB sesibuk itu hingga tak ada waktu buat keluarga?"Gallen tercenung, tapi belum waktunya bagi Falisha untuk mengetahui kebenaran tentang identitasnya."
Read more

Bab 144

Setelah melewati penerbangan selama satu jam setengah, Gallen dan Kenzie menginjakkan kaki di ibukota negara.Sebuah taksi membawa mereka ke hotel begitu keluar dari bandara."Kita masih punya waktu untuk sedikit bersenang-senang sebelum acara lelang dimulai," kata Kenzie, melirik arloji di pergelangan tangannya. "Mau keluar sebentar?"Gallen melempar pandang pada jam dinding. Kenzie benar. Mereka masih bisa santai menikmati hari selama dua jam. Pasti akan sangat membosankan bila terus mengurung diri di kamar hotel."Boleh. Kebetulan aku merasa sedikit lapar.""Ah, aku tahu makanan enak yang bisa kita coba."Kenzie tampak bersemangat. Ia merapikan rambutnya dengan bersisirkan jari sambil bersiul menghadap cermin.Gallen hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol sahabatnya itu."Aku masih ngantuk. Makan di resto hotel saja ya?""Eh! Serius nggak mau keluar?""Waktu luangnya juga tidak terlalu banyak. Yang penting bisa isi perut.""Kita tidak mesti makan di resto. Kita pesan saj
Read more

Bab 145

"Kau gagal?" Kenzie menyodorkan segelas jus anggur pada Gallen saat dia kembali ke meja."Aku harus mencari tahu siapa lelaki muda pengganggu itu dan mematahkan tulangnya.""Lupakan saja! Tidak baik terlalu kejam pada karakter kecil," tegur Kenzie, "Lihat ke sana! Dia wanita yang tadi kau ikuti, bukan?"Kenzie mengarahkan lirikan matanya pada meja di sisi kanan, baris kedua dari depan."Hem ... sepertinya iya.""Aku sempat mendengar seseorang menegurnya.""Benarkah? Apakah itu 'Bibi Elle'?"Kenzie menggeleng, lalu berkata dengan nada setengah berbisik, "Dia adalah Bellona Hopkins."Pffft!Gallen menyemburkan seteguk jus anggur dari mulutnya."Jangan bercanda! Itu sama sekali tidak lucu!""Terserah padamu apakah kau bercaya atau tidak. Aku hanya mengatakan apa yang kudengar."Kenzie mengalihkan pusat perhatiannya pada pembawa acara. Lelaki berkumis tipis itu sedang menjelaskan deskripsi barang yang akan segera dilelang.Gallen terus memikirkan perkataan Kenzie. Bibi Elle, Bellona Hopki
Read more

Bab 146

Sebuah cincin permata tersemat di jari manis tangan kanan Gallen. Di bawah cahaya lampu, permata pada cincin tersebut terlihat seperti kuntum mawar hitam merah darah. Rupanya cantik dan eksotis, tetapi terkesan misterius.Gallen menyesap sisa jus anggur dalam gelasnya seraya memosisikan mata cincin ke arah panggung. Dia harus mengabadikan momen berharga tersebut."Hei, Nak! Tundukkan pandanganmu! Wanita di atas panggung itu lebih pantas menjadi ibumu."Seorang lelaki dengan rambut yang mulai memutih menegur Gallen. Lelaki itu duduk di sebelah meja Gallen.Jarak mereka kurang dari satu meter, tetapi suara lelaki itu cukup keras hingga menarik perhatian orang-orang yang duduk di sekitar mereka.Kini banyak mata yang menatap sinis pada Gallen setelah memindai penampilannya."Zaman sekarang, ada orang yang tidak pandai menempatkan diri. Dia mengira dirinya merak, padahal hanya seekor gagak," timpal rekan semeja lelaki berambut putih itu."Kau benar! Dia bahkan menulikan telinga dari nasih
Read more

Bab 147

"Kau gila, Bro! Tega banget membuat orang tua itu nyaris kena serangan jantung." Kenzie berkata lirih tanpa mengalihkan pandangan dari panggung."Sesekali orang tua bermulut ember seperti itu perlu diberi pelajaran. Di usia yang sudah bau tanah, seharusnya dia lebih banyak mengingat Tuhan, bukan mengomentari kehidupan orang lain." Gallen menimpali dengan nada datar dan santai.Di atas panggung, Bellona memamerkan barang yang berhasil dibelinya. Kilat sinar blitz menerangi senyum semringah wanita itu.Gallen menegang. "Itu benar-benar dia!" gumamnya, menoleh pada Kenzie. Seakan meragukan penglihatannya, dia bertanya, "Wanita yang turun dari panggung itu Bellona Hopkins kan, Kenz? Bukan hanya ilusiku saja?""Tidak, Bro! Matamu jernih. Itu memang Bellona Hokpins.""Wow! Dia penjahat yang bersembunyi di balik topeng malaikat, tapi aku malah bekerja sama dengan perusahaannya.""Huh! Aku tidak ingat pernah meminta persetujuanmu untuk bekerja sama dengannya.""Bukan kau, tapi Hanum.""Ah, ya
Read more

Bab 148

"Kau bisa mengandalkan aku, Bos!" Kenzie menepuk dada."Hem!"Di atas panggung, juru lelang kembali bersuara ketika seorang pria berdasi kupu-kupu muncul dengan membawa nampan berisi seuntai gelang berlian, kombinasi butiran mutiara.Penjelasan sang juru lelang mampu membangkitkan minat setiap orang yang ada dalam ruangan itu."Baik. Kita mulai dari harga delapan puluh juta. Setiap penawaran berikutnya harus dalam kelipatan sepuluh juta."Belum kering mulut si juru lelang menjabarkan aturan pelelangan, seorang pelanggan mengangkat papan nomor peserta. Itu adalah lelaki si rambut putih.Dia melirik sinis pada Gallen sebelum berseru, "Seratus juta!""Seratus tiga puluh juta!""Seratus lima puluh juta!"Harga penawaran terus naik. Setiap kali si rambut putih menaikkan harga, ia melirik pada Gallen dengan seringai mengejek.Gallen menyesap minumannya acuh tak acuh. Membiarkan sebagian penggila barang mewah itu berebut sepotong kue kecil yang terlihat lezat dan menggoda."Lagaknya sok ikut
Read more

Bab 149

"Tiga ratus lima puluh juta!"Si rambut putih yang ditantang, tetapi Jody yang menyambut tantangan Gallen.Si rambut putih kebakaran jenggot. "Empat ratus juta!""Lima ratus juta!" Sekali lagi Gallen mengangkat papan nomor miliknya.Para pengunjung mulai berkasak-kusuk. Sebagian ternganga sambil menutup mulut, terkagum-kagum dengan keberanian Gallen.Sisanya mendelik dengan kerling cemooh."Dia pasti sudah gila!""Ya. Kasihan sekali dia! Mungkin dia sudah terlalu lama hidup dalam kemiskinan sampai-sampai otaknya korslet dan menganggap dirinya seorang miliarder.""Kenapa petugas keamanan tidak mengusir dia keluar dari ruangan ini?"Komentar demi komentar saling bersambut memojokkan Gallen."Sudahlah! Biarkan saja dia ikut meramaikan acara lelang ini. Tidakkah kalian semua merasa bahwa ini jauh lebih menarik? Kita dapat menyaksikan siaran langsung di mana kubu kelas atas saling unjuk kekayaan demi mempertahankan harga diri."Seorang lelaki berkacamata menengahi keributan tersebut sambil
Read more

Bab 150

Sunyi!Ruangan lelang itu sehening kuburan. Bahkan, suara jarum yang jatuh pun akan terdengar nyaring.Di atas panggung, sang juru lelang membiarkan mulutnya menganga lebar. Mikrofon di tangannya nyaris terempas.Gallen satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh suasana. Dia terlihat asyik bermain dengan gelas kosong. Tidak ada yang dapat membaca isi pikirannya saat itu."Hei, Nak! Apa kau sudah kehabisan uang?" Si rambut putih memanfaatkan sikap diam Gallen untuk membalaskan sakit hatinya.Pertanyaan sarkastik si rambut putih seperti jari-jari tangan yang memutar sebuah keran air. Begitu keran terbuka, maka air yang terbendung mengalir dengan deras.Suasana hening dalam sekejap menjelma menjadi hiruk pikuk."Haha ... tebakan Anda tepat sekali, Pak Tua!""Ya. Pasti begitu. Lihat! Dia telah menjahit rapat mulutnya.""Dia bahkan tidak berani mengangkat kepala.""Cih! Tuan Muda Hopkins dilawan, ya keok!"Celoteh demi celoteh yang merendahkan Gallen disambut dengan ledakan tawa."Haha
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
45
DMCA.com Protection Status