Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 131 - Chapter 140

448 Chapters

Bab 131

"Sepertinya kamu sedang dalam suasana hati yang sangat buruk hari ini," komentar Sandra, berusaha mengimbangi kecepatan langkah Grizelle. "Biar aku yang jadi juru bicara!""Terserah!"Grizelle menyahut acuh tak acuh. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Ia bukan tipe gadis yang baperan. Tetapi semenjak bertemu Gallen, suasana hati dan pikirannya sering kali kacau.Ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut!Dia harus kembali menjadi dirinya sendiri—sosok Grizelle yang belum bertemu dengan Gallen. Seorang gadis yang elegan dan mengangkat dagu tinggi-tinggi, tak peduli seburuk apa pun dunia memperlakukan dirinya.Berulang kali Grizelle menghela napas panjang. Setelah merasa lebih tenang, ia mengukir senyum."Mau bertemu siapa, Bu?" tanya sang resepsionis."Tuan Jack Robinson, ada?" Sandra mendahului menjawab pertanyaan sang resepsionis."Sudah buat janji?""Ya."Resepsionis memberikan petunjuk arah ke ruangan Jack Robinson.Tok! Tok!Grizelle menget
Read more

Bab 132

Grizelle melirik arloji di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi waktu tersisa sebelum jam kerja berakhir.Dua lelaki muda di ujung sana masih bercengkerama.Grizelle menepi ke dinding, memperpendek jarak di antara mereka sambil melebarkan kuping.Sandra tak mengerti, "Kenapa sih? Ada apa dengan mereka?""Ssst!" Grizelle menyilangkan jari telunjuk di atas bibir, menarik tangan Sandra agar bersembunyi di belakang punggungnya."Sorry! Aku tidak bisa mengikutimu sore ini," tegas Gallen pada Regan."Kenapa? Apa ada yang lebih penting dari tugas kita?""Aku ada janji untuk bertemu dengan seseorang dalam tiga puluh menit.""Ck! Sepertinya aku datang di waktu yang salah." Regan tampak kecewa."Kau bisa mengirimiku email. Aku akan menemuimu setelah urusanku selesai.""Baiklah. Jadi atau tidak kau menemuiku, tolong kabari aku. Okay?"Gallen mengacungkan jempol.Regan menepuk pundak Gallen. "Selamat bersenang-senang! Sampaikan sala
Read more

Bab 133

Turun dari taksi, Gallen melangkah masuk ke restoran.Hanum telah menunggu bersama seorang pria. Duduk di meja yang berada di posisi pojok."Aku tidak punya banyak waktu," beritahu Gallen tanpa basa-basi begitu mendaratkan pantat di atas kursi."Saya mengerti," sahut si lelaki. "Perkenalkan, saya Adrian, asisten pribadi Tuan Atha Kyler."Lelaki dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan itu mengulurkan tangan.Gallen menyambut uluran tangan Adrian dengan sopan. Bola matanya memancarkan kilatan aneh ketika mendengar nama Atha Kyler.Ia melirik pada Hanum dengan tatapan menyiratkan tanya."Ah, Tuan Muda Kyler mengutus Pak Adrian untuk menegosiasikan masalah akuisisi anak perusahaan Kyler."Sebelah alis Gallen menjungkit naik. "Bukankah aku telah menyerahkan masalah itu sepenuhnya kepadamu?""Begini, Tuan," sela Adrian. "Pada dasarnya kami sangat berterima kasih karena Anda bersedia mengulurkan tangan untuk menarik perusahaan kami dari jurang kehancuran."
Read more

Bab 134

Di kediaman Stephen Kyler, Atha meraung frustrasi dalam ruang kerjanya.Tangannya menyapu rata barang-barang di permukaan meja hingga berserakan di lantai. Lalu, membanting punggung ke sandaran kursi.Adrian berdiri dengan kepala tertunduk dan tangan saling menggenggam. Tatapannya jatuh ke lantai."Apa kemampuan negosiasimu seburuk itu?" sergah Atha, meraup kasar wajahnya yang merah padam. "Mengecewakan sekali!""Maaf, Tuan Muda. Pewaris D & Co terkenal tidak mudah dibujuk dan sulit berubah pikiran.""Lalu, kau menyerah begitu saja?""Sa-saya sudah berusaha merayunya, Tuan, tapi ... dia tipe lelaki yang berpendirian teguh."Adrian memberanikan diri mengangkat kepala setelah Atha memilih diam."Saya rasa ... tidak buruk pilihan yang dia tawarkan, Tuan," ujar Adrian hati-hati, "Tuan hanya kehilangan hak pemegang saham, tapi tetap bisa mempertahankan jabatan Tuan.""Jika Tuan berhasil membawa perusahaan itu bangkit dari keterpurukan, Tuan akan mendapa
Read more

Bab 135

Pukul 11.15 menjelang tengah malam.Gallen duduk di hadapan bartender. Kepalanya berputar lambat ke segala arah. Mengamati keramaian di tengah hiruk-pikuk entakan musik."Air putih," bisiknya, ketika bartender muda di depannya menyodorkan segelas vodka.Dia seorang muslim, tidak mengonsumsi minuman beralkohol.Kalau bukan karena Regan menghubunginya dan mengajaknya menjalankan misi, dia tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat seperti itu setelah memutuskan untuk pensiun dini."Hai, ganteng! Butuh teman?"Seorang wanita berbibir sensual tegak dengan bertopang siku di atas meja bar.Sebelah tangannya sibuk bermain-main dengan ujung rambutnya yang bergelombang sembari menggigit bibir.Tubuh sintalnya yang terbalut gaun merah dengan belahan dada rendah dan terbuka mengundang beberapa pasang mata liar untuk terus memandangnya.Gallen melirik sekilas pada wajah cantik wanita itu. Berpikir bahwa sangat disayangkan kecantikan itu harus bergelimang dalam
Read more

Bab 136

Musuh jangan dicari, jika datang, tak perlu dihindari. Gallen mencium gelagat aneh.Kehadiran gerombolan lelaki bertampang petarung itu tentu bukan sebuah kebetulan belaka.Puk!Gallen menepis pantat si lelaki setengah mabuk dengan mengerahkan sebagian tenaga dalamnya. Berjaga-jaga jika lelaki itu berniat melarikan diri.Lelaki itu masih tak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Ia menyeringai. Berpikir bahwa sebentar lagi dia akan bebas."Lepaskan dia, maka kalian bisa pergi tanpa cedera!"Lelaki bercambang lebat memberi perintah dengan nada tegas."Kami polisi yang sedang bertugas." Regan mengeluarkan lencana polisi miliknya. "Jangan menghalangi tugas kami!""Cuih!" Lelaki itu meludah ke tanah. "Polisi tidak punya tempat di sini. Kamilah yang berkuasa."Mata Regan berkedut. Ia sengaja mengeluarkan lencananya agar masalah lebih cepat selesai. Ternyata ia salah perhitungan.Ia lupa bahwa di dunia malam dan dunia bawah, yang berlaku adalah hukum rimba
Read more

Bab 137

Pites melotot menyaksikan satu per satu anak buah terbaiknya beterbangan di udara terkena pukulan Gallen."Bedebah! Kau harus membayar tunai penderitaan orang-orangku!"Gallen menantang Pites dengan gerakan jari telunjuk."Kau akan menyesali keputusanmu bermain-main denganku." Pites menggerakkan kepala, memperdengarkan bunyi derak dari otot-otot leher yang bergesekan.Dia melakukan peregangan pada bahu dan pergelangan tangan.Sementara tidak jauh dari mereka, Regan terlihat kewalahan menghadapi salah satu anak buah Pites yang masih tersisa."Aaakh!"Regan menjerit ketika tendangan berkekuatan penuh mendarat di perutnya. Ia terjajar mundur.Beruntung Gallen sigap menyambar sebelah tangannya sebelum dia jatuh terjengkang."Kau tidak apa-apa?" tanya Gallen, menyalurkan sedikit hawa murni ke tubuh Regan."Yeah. Thanks, Bro! Uhuk!"Regan terbatuk dan memuntahkan seteguk darah.Gallen merasa prihatin dengan kondisi Regan dan berkata dengan
Read more

Bab 138

Gallen mendongak, tetapi tak semili pun beranjak dari tempatnya.Bugh!Gallen menyambut siku Pites dengan kepalan tinju. Keheningan malam kembali pecah oleh bunyi krak dari tulang yang patah."Aaaakh!"Jerit kesakitan Pites mengalahkan lolongan anjing.'Tidak mungkin!' Pites menyangkal kenyataan pahit yang menimpanya, meskipun ia batuk darah setelah mendarat dengan dada membentur tanah.'Ini hanya kebetulan. Dia tidak mungkin sehebat itu!'Pites terus berdebat dengan pikiran sendiri."Bagaimana? Masih mau lanjut?" tantang Gallen, "Tapi ... kusarankan kau untuk berhenti sampai di sini. Jika tidak, kau akan menyesal nanti!"Pites bangun sambil meludahkan darah, "Cuih! Aku belum kalah!"Gallen mencebik. "Pilihan yang buruk!""Persetan! Aku tak butuh pendapatmu!"Pites tak lagi ingin bermain-main. Ia mengeluarkan senjata yang terselip di pinggangnya. Sebuah kapak berujung lancip, dengan ukiran naga melingkar pada gagangn
Read more

Bab 139

Nyawa Gallen berada di ujung tanduk. Sementara ia masih belum mampu menguasai diri."Galleeen!"Dari kejauhan, Regan memekik kencang ketika kapak di tangan Pites bergerak turun. Senjata mematikan itu mengunci leher Gallen sebagai titik sasaran.Tertatih-tatih Regan memburu Gallen, tetapi gerakannya terlalu lambat."Tidaaak!"Regan menutup mata dengan tangan. Ia tidak sanggup menyaksikan bagaimana kepala Gallen berpisah dari raganya.Ting!"Aakh!"Ketegangan kian mencekam dengan terdengarnya suara denting besi beradu dan jerit kesakitan."Amankan dia!"Entah siapa yang berteriak. Regan tak ambil tahu. Ia nyaris pingsan dan jatuh terduduk, berpikir bahwa ia baru saja kehilangan partner kerja terbaik yang pernah dimilikinya."Maafkan aku, Gallen! Maafkan aku! Ini semua salahku!"Dalam kegelapan dan dekapan lara yang menyenak dada, Regan terisak. Ia menyalahkan diri sendiri atas nasib buruk yang menimpa Gallen.Namun, sejurus kemudian,
Read more

Bab 140

Darah Gallen mendidih mendengar rencana keji Pites. Tangannya refleks melayang.Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Pites.Lelaki itu sungguh tidak layak disebut sebagai manusia. Bagaimana bisa dia berencana menjadikan kepala manusia sebagai mainan dan pakan hewan?Nuraninya pasti sudah mati!"Hatimu sangat busuk!" umpat Codet, "Menyesal aku tak menghabisimu tadi."Codet ikut geram dengan ocehan pongah Pites."Ayo bawa dia ke kantor polisi sekarang!" timpal Regan, tak kalah jengkel dari Gallen dan Codet."Tidak usah!" cegah Gallen, "Penjara terlalu nyaman untuknya.""Terus, apa rencanamu?"Gallen tak langsung menyahuti pertanyaan Regan. Ia menoleh pada Codet."Codet, ular berbisa peliharaanmu semakin berkembang, kan? Dengar-dengar kau juga menambah koleksi baru. Kau pasti kerepotan mengurus mereka. Jadi ya ... biarkan dia bekerja untukmu!""Ah, ya, ya ... aku baru saja meng-import ular viper bersisik gergaji dari India." Pites meneguk lu
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
45
DMCA.com Protection Status